Kebanyakan Rapat Minim Hasil, Menyimak Pandangan Pakar Dunia Soal Budaya Kerja di Indonesia

Sukabumiupdate.com
Kamis 22 Mei 2025, 12:36 WIB
ilustrasi. Budaya kerja di Indonesia: Banyak Minim Hasil (Sumber: freepik)

ilustrasi. Budaya kerja di Indonesia: Banyak Minim Hasil (Sumber: freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Budaya kerja di Indonesia dapat sorotan dari pakar konsultan sumber daya manusia (SDM) dunia. Leigh McKiernon, executive headhunter & HR consultant, yang sudah enam tahun bekerja di negeri ini, menyebut Indonesia kebanyakan rapat namun minim hasil.

Postingan tentang kritik Leigh McKiernon kemudian viral di media sosial. Membuat publik di Indonesia terhenyak dan senyum-senyum sendiri. Garis besarnya Ia menyoroti budaya kerja di Indonesia yang kebanyakan rapat.

Setelah bertahun-tahun bekerja di negeri ini, Leigh McKiernon mengungkapkan bahwa banyak perusahaan dan institusi di Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu dalam rapat daripada eksekusi.

Baca Juga: 10 Pemain Persib Bandung Masuk Nominasi Best of the Season Liga 1 2024/2025

Leigh McKiernon menegaskan orang Indonesia lebih suka kelihatan sibuk tapi sebenarnya tidak benar-benar bekerja. Ia menyebutnya dengan “talk (& talk), but never do!”

Nuning Sapta Rahayu, Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi menuliskan pandangan Leigh McKiernon ini dengan nyelekit di kanal kompasiana, kompas.com.

McKiernon mengamati bahwa hotel-hotel mewah di Jakarta sering menjadi tempat berbagai seminar, diskusi kelompok, dan pertemuan strategis dengan tema besar seperti “Masa Depan Ekonomi Digital Indonesia” atau “Inovasi untuk Kemajuan.”

Baca Juga: KDM Tak Hadir, Sosok “KW”-nya Curi Perhatian Warga di Hari Nelayan Palabuhanratu

Pria ini menyebutkan rapat di Indonesia memiliki banyak nama. Mulai dari seminar, rapat, grup discussion hingga ground breaking. Padahal intinya adalah berkumpul saja. Ironisnya, setelah pertemuan usai, implementasi dari ide-ide yang didiskusikan sering kali tidak terlihat nyata.

“Kita bisa melihat begitu banyak rapat yang digelar dengan topik yang sama berulang kali, tetapi tidak ada perubahan signifikan. Orang-orang tampak sibuk, tetapi apakah mereka benar-benar bekerja?” ujar McKiernon dalam sebuah wawancara.

Nuning, menegaskan kritik dari McKiernon relevan dengan studi yang dilakukan oleh Harvard Business Review. studi ini menemukan bahwa terlalu banyak rapat dapat merugikan produktivitas karyawan. Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa pekerja yang sering terlibat dalam pertemuan tanpa keputusan konkret mengalami penurunan efektivitas kerja hingga 30%.

Baca Juga: Inspiratif! Cleaner Masjid Asal Sukabumi Cecep Abdullah Diundang Haji oleh Kerajaan Arab Saudi

Dalam paparannya, juga diungkap bahwa budaya rapat berlebihan bukan hanya terjadi di Indonesia. Sebuah penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa pertemuan yang terlalu sering dapat menghambat produktivitas kerja karena menghabiskan waktu yang bisa digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas penting.

Namun, menurut McKiernon, masalah ini lebih mencolok di Indonesia karena adanya kecenderungan untuk mengutamakan formalitas dan diskusi panjang tanpa ada tindak lanjut yang jelas. “Di banyak perusahaan internasional, rapat hanya diadakan jika benar-benar diperlukan dan selalu berujung pada keputusan konkret. Sementara di Indonesia, banyak rapat diadakan hanya untuk menunjukkan kesibukan atau sebagai formalitas belaka,” tambahnya.

Sumber: Kompasiana - Nuning Sapta Rahayu

 

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini