Sentuhan Lembut Bimbingan Konseling: Membangun Fondasi Emosional Sejak Dini

Sukabumiupdate.com
Rabu 23 Jul 2025, 16:52 WIB
Sentuhan Lembut Bimbingan Konseling: Membangun Fondasi Emosional Sejak Dini

Guru PAUD atau konselor anak usia dini perlu memainkan peran sebagai pendengar aktif, pendamping, sekaligus fasilitator emosi anak. (Sumber Foto: Istimewa)

Setiap anak adalah dunia kecil yang unik. Terlahir dengan potensi luar biasa, anak-anak memasuki masa usia dini—yakni rentang usia 0 sampai 6 tahun—dalam kondisi alami yang penuh rasa ingin tahu, imajinasi, dan semangat untuk tumbuh. Namun, di balik keceriaan dan keluguan mereka, tersimpan kebutuhan emosional yang sangat mendasar: mereka perlu dimengerti, diterima, dan dibimbing. Di sinilah Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini (BK AUD) memainkan peran penting yang kerap terlupakan.

Masa Emas yang Perlu Sentuhan Hati

Psikolog perkembangan telah lama menyebut usia dini sebagai masa emas (golden age). Di fase ini, perkembangan otak anak berlangsung sangat pesat, mencapai 80% kapasitas otak dewasa pada usia 5 tahun. Artinya, segala pengalaman, hubungan sosial, dan pola pengasuhan yang diterima anak pada masa ini akan menjadi cetakan awal karakter dan kepribadian mereka di masa depan.

Sayangnya, di tengah fokus orang tua dan lembaga pendidikan pada aspek akademik atau keterampilan motorik, kesehatan mental dan keseimbangan emosi anak sering kali terabaikan. Padahal, anak usia dini belum memiliki kapasitas untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas. Mereka marah dengan tangisan, kecewa dengan diam, dan stres dengan perilaku regresif seperti mengompol atau tantrum. Inilah alasan utama mengapa pendekatan bimbingan konseling sejak usia dini menjadi sangat krusial.

Apa Itu Bimbingan Konseling Anak Usia Dini?

BK AUD bukan sekadar layanan untuk “anak bermasalah.” Sebaliknya, pendekatan ini bersifat preventif (pencegahan), kuratif (penanganan), dan juga pengembangan potensi. Tujuan utamanya adalah membantu anak mengenal diri, mengelola emosi, membangun relasi sosial, dan mengembangkan keterampilan hidup sejak dini.

Guru PAUD atau konselor anak usia dini perlu memainkan peran sebagai pendengar aktif, pendamping, sekaligus fasilitator emosi anak. Ketika seorang anak terlihat menarik diri, mudah tersinggung, atau mengalami kesulitan beradaptasi dengan teman, inilah sinyal bahwa ia membutuhkan lebih dari sekadar pembelajaran kognitif. Ia perlu didengar, ditenangkan, dan dibimbing secara empatik.

Mengembangkan Kecerdasan Sosial-Emosional Anak

Salah satu aspek utama dalam BK AUD adalah penguatan kecerdasan sosial-emosional. Hal ini mencakup kemampuan anak untuk:

  • Menyadari dan menamai emosinya sendiri (sedih, marah, senang, kecewa)
  • Menenangkan diri saat emosi memuncak
  • Menyampaikan kebutuhan secara wajar
  • Menjalin hubungan positif dengan orang lain
  • Memahami perasaan orang lain (empati)

Melalui pendekatan konseling yang sederhana dan sesuai usia, seperti bercerita, bermain peran, atau menggambar perasaan, anak bisa belajar mengekspresikan emosinya tanpa rasa takut. Konseling pada anak usia dini bukan dalam bentuk “duduk dan berbicara serius,” tetapi dalam bentuk yang menyenangkan, alami, dan kontekstual.

Peran Kolaboratif: Guru, Konselor, dan Orang Tua

Salah satu kekuatan BK AUD adalah pendekatannya yang kolaboratif. Konseling pada anak tidak bisa berdiri sendiri di ruang kelas atau ruang bermain. Diperlukan sinergi antara guru, konselor, dan orang tua. Komunikasi dua arah yang terbuka antara sekolah dan rumah sangat penting agar pola asuh dan respons terhadap kebutuhan anak tetap konsisten.

Misalnya, jika seorang anak di sekolah menunjukkan kecemasan saat berpisah dengan orang tua, guru bisa mengajak orang tua untuk menciptakan rutinitas yang menenangkan saat berpamitan. Atau ketika seorang anak menunjukkan perilaku agresif karena merasa kurang diperhatikan di rumah, pendekatan empatik di sekolah bisa menjadi jembatan untuk membantu anak menyampaikan kebutuhannya.

Saatnya Memprioritaskan Kesehatan Mental Anak Sejak Dini

Dalam beberapa tahun terakhir, kita semakin menyadari pentingnya kesehatan mental. Namun perhatian ini belum sepenuhnya menjangkau anak-anak, apalagi mereka yang masih di usia dini. Padahal, mencegah lebih baik daripada mengobati, dan bekal kesehatan emosional yang ditanamkan sejak kecil akan menjadi benteng kuat ketika anak memasuki usia sekolah dan remaja.

Sudah saatnya masyarakat memandang BK AUD bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai kebutuhan utama dalam sistem pendidikan anak usia dini. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan orang tua perlu bersinergi menciptakan lingkungan yang tidak hanya merangsang kecerdasan otak, tetapi juga menyuburkan kesehatan jiwa.

Penutup

Anak usia dini bukanlah “orang dewasa mini” yang bisa dipaksa memahami dunia seperti kita. Mereka butuh waktu, pengertian, dan bimbingan yang sabar untuk mengelola apa yang mereka rasakan. Melalui Bimbingan dan Konseling yang tepat, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara emosi, tangguh menghadapi tekanan, dan siap membangun relasi yang sehat di masa depan.

Karena sejatinya, setiap anak berhak merasa dimengerti, sejak langkah kecil pertamanya dalam kehidupan.

Mata Kuliah : Pengembangan Peserta Didik dan Konseling
Dosen Pengampu : Elnawati, M.Pd.I
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini UMMI (Universitas Muhammadiyah Sukabumi)

Dibuat Oleh :

  • Linda Andriani
  • Gina Sekariani Putri
  • Neisya Dwi Nopiana
  • Ely Marlina
  • Yuli Yuliana
  • Tiana Nuryuma
  • Neneng Siti Maryam
  • Ulfa Fahriah
Berita Terkini