50 Ha Sawah di Jampangtengah Sukabumi Krisis Air, Petani Rugi hingga 100 Ton per Musim

Sukabumiupdate.com
Selasa 27 Mei 2025, 21:28 WIB
Pesawahan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, mengalami krisis air | Foto : Turangga Anom

Pesawahan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, mengalami krisis air | Foto : Turangga Anom

SUKABUMIUPDATE.com – Sekitar 50 hektar lahan pesawahan milik petani di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, mengalami krisis air sejak beberapa tahun terakhir. Akibatnya, produktivitas hasil pertanian terus menurun dan para petani terpaksa beralih menanam palawija.

Ketua Kelompok Tani Medal Wargi, Dian Mulyadi (39 tahun), menjelaskan bahwa persoalan ini terjadi akibat saluran irigasi yang bersumber dari Sungai Cimandiri sering mengalami penyumbatan, terutama saat musim hujan.

“Ini terjadi sejak tahun 2021, terus menerus setiap tahunnya karena kendalanya itu di saluran irigasi yang airnya dari Sungai Cimandiri. Setiap musim hujan saluran irigasinya sering mengalami penyumbatan,” ujar Dian kepada sukabumiupdate.com, Senin (26/05/2025).

Kondisi ini membuat hasil panen padi turun drastis. Jika sebelumnya satu hektare sawah bisa menghasilkan hingga 6 ton gabah, kini hanya sekitar 4 ton. Bahkan, sebagian petani memilih menanam komoditas lain seperti jagung, cabai, dan timun ketika air tidak mencukupi.

“Kalau air normal, kami bisa tanam padi sampai tiga kali dalam setahun. Sekarang hanya bisa sekali saat musim hujan. Kerugian kami rasakan sekitar 100 ton per musimnya,” ungkapnya.

Baca Juga: Dinkes Sukabumi Jelaskan Biaya Rumah Sakit Non BPJS, Sebut Jaminan STNK Kades Sudah Dikembalikan

Kepala Desa Padabeunghar, Ence Rohendi, membenarkan kondisi tersebut. Ia menyebut lahan terdampak tersebar di dua kedusunan, yaitu Padabeunghar dan Leuwipeundeuy. Menurutnya, saluran irigasi utama atau dahuan sudah jebol dan tak mampu lagi menyalurkan air secara maksimal ke area pesawahan.

“Pemerintah desa sebenarnya cukup peduli. Kami sudah sering ajak musyawarah para petani dan ikut membantu anggaran sebisanya. Saat ini upaya sementara yang dilakukan adalah swadaya masyarakat untuk membenahi saluran dan pemasangan pompa air,” jelas Ence.

Tak hanya berdampak ke pertanian, krisis air ini juga membuat warga kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau karena sumur-sumur mengering. Mereka bahkan harus patungan untuk membeli air.

Pemerintah desa telah mengajukan proposal bantuan ke sejumlah dinas dan anggota dewan, namun belum juga mendapat respon. “Kami harap pemerintah kabupaten maupun provinsi bisa bersama-sama membantu membenahi irigasi Jentreng. Ini bukan kejadian baru dan harus segera diatasi,” harapnya.

Berita Terkait
Berita Terkini