SUKABUMIUPDATE.com – Kabupaten Sukabumi yang masuk kategori zona merah bencana membuat upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat menjadi semakin mendesak. Salah satu langkah penting yang kini ditempuh adalah pembentukan Kampung Siaga Bencana (KSB), seperti yang baru saja dilakukan di Desa Nyalindung, Kecamatan Nyalindung.
Desa tersebut resmi ditetapkan sebagai KSB oleh Kementerian Sosial (Kemensos). Sebanyak 50 relawan dari berbagai unsur masyarakat dikukuhkan dan mengikuti pembinaan yang digelar Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sukabumi selama dua hari, 19–20 November 2025. Mereka mendapat materi hingga simulasi langsung penanganan bencana.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial (Linjamsos) Dinsos Provinsi Jawa Barat, Enok Komariah, menegaskan bahwa penanganan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Partisipasi masyarakat menjadi kunci, terlebih Sukabumi tercatat sebagai wilayah dengan risiko bencana yang tinggi.
"Memang Sukabumi ini kalau dilihat dari IRBI (Indeks Rawan Bencana Indonesia) adalah nomor satu untuk potensi bencana, jadi masuk zona merah," ungkap Enok kepada awak media saat menghadiri apel siaga bencana dan simulasi KSB di Lapang Desa Nyalindung, Kamis (20/11/2025).
Baca Juga: Siap-siap! Dinsos Sukabumi akan Pasang Stiker di Rumah Penerima Bansos
Enok menjelaskan bahwa pembentukan KSB merupakan program Kemensos untuk memperkuat mitigasi berbasis masyarakat. Dengan pelibatan langsung warga, diharapkan muncul garda terdepan yang sigap ketika kondisi darurat terjadi.
"Masyarakat juga harus tahu, ketika bencana itu terjadi masyarakat harus berbuat dan melakukan apa," ujarnya.
"Dengan melibatkan masyarakat yang ada di sini diharapkan menjadi garda terdepan dalam penanganan bencana," tambahnya.
Kepala Bidang Linjamsos Dinsos Kabupaten Sukabumi, Iwan Triyanto, membenarkan bahwa kondisi geografis Sukabumi yang terdiri dari dataran rendah, perbukitan, hingga pegunungan membuat wilayah ini rawan berbagai jenis bencana.
"Dengan kondisi tersebut, Sukabumi kerap terjadi kebencanaan, mulai longsor, banjir, tanah bergerak dan sebagainya," tuturnya.
Oleh karena itu, Iwan mengharapkan keterlibatan semua pihak dalam penanganan kebencanaan, mulai dari masyarakat, sukarelawan, pengusaha, hingga pihak swasta. Karena penanganan bencana ini bukan hanya tanggungjawab pemerintah semata.
"Penanganan bencana ini harus kolaborasi, dan kami sangat welcome kepada siapa dan lembaga manapun dalam kesiapsiagaan bencana ini," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Nyalindung Asep Supriadi menyampaikan apresiasi atas pembentukan KSB di wilayahnya. Menurutnya, langkah ini sudah lama diharapkan karena desa mereka memiliki sejumlah titik rawan bencana.
"Sudah sejak lama kami mengharapkan pembentukan kampung siaga bencana, karena desa kami termasuk daerah rawan bencana," ucap Asep yang akrab disapa Bang Has.
"Ada empat titik di wilayah desa yang tanahnya labil, bahkan sudah ada yang terdampak karena tanah bergerak, dan juga berpotensi longsor," tambahnya.
Ia berharap pengetahuan yang diterima para relawan KSB bisa ditularkan hingga tingkat keluarga sehingga masyarakat lebih siap menghadapi potensi bencana.
"Kami sangat berharap pengetahuan kesiapsiagaan bencana ini dapat ditularkan sampai tingkat keluarga, agar keluarga juga siap siaga dalam menghadapi bencana," pungkasnya.





