SUKABUMIUPDATE.com – Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, menyebut meninggalnya Raya (3 tahun), balita asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, akibat infeksi cacing sebagai peringatan serius bagi pihaknya.
Kasus ini, yang menjadi perhatian publik setelah viral di media sosial, menurut Agus merupakan kasus pertama dengan gejala tidak biasa. Pihaknya berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terkait penanganan kesehatan di wilayahnya.
“Ini tamparan keras buat kami ya. Ini adalah baru pertama kali adanya penyakit seperti ini yang langsung viral. Itu awal mulanya itu kami mendapat laporan, ya ini terjadi pada tanggal 22 Juli kemarin kan ya. Meninggalnya itu. Jadi hari Minggu (17 Agustus) itu baru kami mendapatkan informasi. Setelah informasi itu kami telusuri dengan memanggil Kepala Puskesmas, bidan, dan dokter yang menangani,” ujar Agus kepada awak media, Rabu (20/8/2025).
Agus menjelaskan, Raya sempat dibawa ke puskesmas karena demam selama tiga hari pada 13 Juli 2025. Dokter puskesmas saat itu hanya mendeteksi demam dan sesak napas. Dokter kemudian menyarankan segera membawa Raya ke rumah sakit.
“Langsung waktu itu ke rumah sakit. Dikira ke rumah sakit Sekarwangi ternyata ke Bunut (RS Syamsudin SH). Ya enggak apa-apa, yang penting itu sudah terselamatkan. Mungkin seperti itu pikiran dokter. Dokter itu tidak mengupas sampai ke sana (cacingan). (Pasien) demam saja, hanya ada sesek katanya. Itu kan kita emang tidak tahu ya, secara medis (pernyataan) dia bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya.
Baca Juga: Fakta Medis Kasus Raya, Balita Sukabumi Meninggal karena Infeksi Cacing dan TB
Menurut keterangan keluarga, lanjut Agus, mereka memilih RS Bunut karena ada relawan dari keluarga yang membantu transportasi.
“Dibawanya itu kan sama relawan, iya dia itu katanya, keluarganya itu meminta dokter itu, kalau mau dirujuk itu kan mobil (ambulans) ada. Tapi bicaranya bahwa dia itu ada keluarganya yang jadi relawan. Keluarganya bilang,” paparnya.
Agus menyampaikan bahwa Raya memang terdeteksi sebagai balita BGM (Bawah Garis Merah). Meski terkendala identitas kependudukan, puskesmas tetap memberikan pelayanan kesehatan bagi Raya, termasuk pemberian makanan tambahan (PMT) lokal seperti, susu, telur, ayam, dan buah-buahan. Bahkan Raya juga sempat menerima obat cacing dari posyandu.
“Walaupun kita bicara masalah identitas dan sebagainya tidak punya, tapi tetap pemerintah Kabupaten Sukabumi, khususnya di Puskesmas kecamatan setempat, tetap memberikan PMT. Susu, telur, ya itu untuk diberikan,” kata Agus.
“Karena apa? dia (dokter) itu sudah tahu, kelihatan berat badannya, badannya kurus, makanya langsung dikasih PMT. Kalau memang dari awal itu dikatakan tidak datang ke posyandu, ya itu diberikan obat cacing satu tahun dua kali. Saya percaya obat cacing itu dimakan, karena kepala desa, bidan, dan keluarganya masih ada hubungan dekat. Hanya saja memang ada laporan bahwa PMT yang seharusnya untuk dua minggu habis dalam dua hari. Mungkin dipakai keluarganya,” sambungnya.
Agus kemudian menyoroti pola asuh sebagai faktor yang memengaruhi kondisi Raya.
“Dari laporan pertama, KMS-nya ada, ya biasa saja. Hanya mungkin pola asuh semakin ke sini menurun. Padahal di sana ada petugas kesehatan, anak kepala desa kan bidan. Kalau berpikir realistis, masa sih tidak terpantau. Tapi memang ada penurunan pola asuh, walaupun PMT dan sebagainya sudah diberikan,” tuturnya.
Terkait pelayanan kesehatan, Agus menegaskan bahwa identitas kependudukan bukan hambatan.
“Karena Pak Bupati itu menyarankan, untuk pelayanan kesehatan itu jangan melihat identitas. Saat ini prinsipnya layani-layani. Kami seperti itu,” jelasnya.
Baca Juga: BMKG Ungkap Pemicu Gempa Darat M4,9 di Bekasi yang Getarannya Terasa hingga Sukabumi
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Andi Rahman, menyatakan keprihatinan mendalam terkait kasus meninggalnya balita Raya akibat infeksi cacing. Ia menegaskan kasus ini akan menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat kolaborasi antarinstansi pemerintah daerah.
“Kalau saya sebagai pengawas internal, saya sangat berduka. Kasus ini akan dijadikan momentum bagi kami untuk membangun kesadaran, sekaligus meningkatkan kolaborasi antara Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, serta BPKAD terkait jaminan kesehatan masyarakat,” ujar Andi.
Andi menyoroti masalah mendasar yang selalu dominan di Kabupaten Sukabumi, yakni masyarakat miskin tidak Kartu Indonesia Sehat (KIS) serta dokumen kependudukan.
“Kasus Raya ini luar biasa. Dari lahir hingga usia tutup tiga tahun, tidak memiliki KTP maupun kartu keluarga. Hal ini menjadi perhatian serius dan pemikiran bersama untuk mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat,” tuturnya.
Ia menekankan pentingnya pengawasan internal di Puskesmas. “Pelayanan kesehatan harus dioptimalkan, terutama pengawasan di jajaran Puskesmas. Saya sangat menyayangkan kejadian ini dan menegaskan akan menindak tegas kelalaian tugas, baik dari bidan desa maupun kepala Puskesmas. Kasus seperti ini seharusnya bisa ditangani dengan baik,” jelas Andi.
“Jangan sampai terjadi lagi di kemudian hari. Kasus yang seperti ini seharusnya bisa ditangani dengan baik. Program pemberian obat cacing kan dilakukan dua kali setahun, pada Februari dan Agustus. Kok kenapa ada meninggal bayi akibat cacingan. Pemerintah daerah juga kini tengah fokus pada pencegahan dan penanggulangan TBC. Kasus ini harus menjadi momentum perbaikan, dengan meningkatkan pengawasan di puskesmas dan kolaborasi antarstakeholder di Pemda Sukabumi agar kejadian serupa tidak terulang,” tutupnya.