Perusahaan Penyalur Tenaga Kerja: Dugaan Korban TPPO Kamboja Sempat Pulang Ke Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Senin 07 Jul 2025, 12:50 WIB
Perusahaan Penyalur Tenaga Kerja: Dugaan Korban TPPO Kamboja Sempat Pulang Ke Sukabumi

(Foto Ilustrasi) korban TPPO. | Foto: warganet

SUKABUMIUPDATE.com - Muhammad Bagas Saputra (22 tahun) pemuda asal Kota Sukabumi yang kini dikabarkan menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja ternyata sempat pulang ke rumahnya, setelah tiga bulan berlayar menjadi Anak Buah Kapal. PT RNT Utama Indonesia sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja yang memberangkatkan Bagas memberikan klarifikasi.

Hal itu terungkap setelah DPC Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Sukabumi melakukan penelusuran terhadap PT RNT Utama Indonesia yang sempat memberangkatkan Bagas, untuk menjadi ABK.

“Kemarin kita kan menjelaskan kita akan telusuri dulu Pt nya, nah setelah itu kita koordinasi dengan SBMI Tegal, karena PT RNT ini kan berdomisili di sana,” ujar Jejen kepada sukabumiupdate.com pada Minggu (6/7/2025) di Kantor SBMI Sukabumi.

Baca Juga: Gagal Menuju Piala Asia 2026, Timnas Wanita Indonesia Bersuara Soal Liga Putri Nasional

“Akhirnya perusahaan tersebut merespon dan awalnya mau mengirim surat klarifikasi terkait banyaknya pemberitaan, akhirnya mereka memutuskan untuk datang langsung ke Sukabumi untuk klarifikasi dengan bukti-bukti yang dia miliki,” kata dia.

Di tempat yang sama, Samsul Arifin selaku Direktur Operasional PT RNT Utama Indonesia membenarkan Bagas pernah menjadi salah satu ABK yang diberangkatkan melalui perusahaannya. Namun setelah tiga bulan berlayar, Bagas beserta tiga ABK lainnya meminta untuk dipulangkan.

“Bagas berangkat menjadi ABK pada tanggal 11 April 2024 melalui PT kami (PT RNT Utama Indonesia), itu berangkat ke kapal ikan, setelah itu tiga bulan berlayar dia minta pulang sama ABK lainnya tiga orang, yang pertama namanya Junaedi, Rosan Salam, Otnil Julio Manuputi dan Muhamad Bagas Saputra,” ujar Samsul saat ditemui di Sukabumi.

Baca Juga: Itu Penjara! Perhimpunan Pendidikan dan Guru Tolak Aturan 50 Murid per Kelas di Jabar

Sebagai bentuk tanggung jawab, PT RNT memulangkan Bagas bersama tiga rekan ABK nya dari tengah laut melalui kapal kolekting dan berlabuh di pelabuhan Cina pada 24 Juni 2024. Sesampainya di Cina, Bagas dan tiga teman dibelikan tiket pesawat dan langsung dipulangkan ke Indonesia dengan transit di Negara Macau.

“Kami memberikan tiket sebanyak dua kali. Pertama dari Cina ke Indonesia, transit di Macau, tapi di Macau itu (mereka) ketinggalan pesawat sehingga kita harus membelikan tiket lagi berarti dua kali pembelian tiket, dan itu pembiayaannya langsung dari perusahaan,” jelas dia.

Adapun alasan permintaan Bagas dan tiga rekannya itu, kata Samsul, mereka mengaku ada ketidakcocokan dengan ABK lainnya pada saat bekerja.

Baca Juga: Persib Kalah di Laga Perdana Piala Presiden 2025, Jupe Alami Patah Tulang Rusuk!

“Nah mereka memang pada waktu itu meminta pulang karena kondisi di kapal katanya ada ketidakcocokan dengan ABK lain. Kalau di kapal memang di sana kita ada delapan ABK, tetapi yang pulang itu ada empat ABK, ketidakcocokan itu pasti ada cuman kan memang bagaimana kedewasaan kita dalam menyikapi hal tersebut, karena semua pekerjaan itu pasti memiliki resikonya masing-masing cape, stres dan lain-lain,” paparnya.

Lebih lanjut, berdasarkan informasi yang diterimanya, sesampainya di Indonesia pada tanggal 24 Juni 2024 dan tiba di rumahnya pada tanggal 27 Juni bersama satu orang teman ABK.

“Sesampainya di bandara Soekarno Hatta, mas Bagas itu pulang sama Otnil (teman ABK Bagas) ke Sukabumi dan ketemu sama keluarganya, nah sesampainya di rumah, berdasarkan informasi yang kami terima, mas Bagas pamitan lagi ke keluarga untuk ikut kembali berlayar menjadi ABK melalui PT kami, namun kenyataannya yang kembali hanya Otnil, Bagas tidak tahu kemana dan tidak pernah kembali ke kantor kami,” ucapnya menjelaskan.

Baca Juga: Menurut Studi, Mencuci Piring dengan Mindful Bikin Rileks dan Bisa Hilangkan Stres

PT RNT Utama Indonesia sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja yang memberangkatkan Bagas memberikan klarifikasiPT RNT Utama Indonesia sebagai perusahaan penyalur tenaga kerja yang memberangkatkan Bagas memberikan klarifikasi

Oleh sebab itu, PT RNT Utama Indonesia memastikan bahwa keberangkatan Bagas hingga dikabarkan menjadi korban TPPO di Kamboja bukan melalui PT RNT Utama Indonesia. “Nah di sini kami memastikan bahwa keberangkatan mas Bagas hingga saat ini informasinya ada di Kamboja itu bukan melalui PT Kami,“ tegas dia.

Sementara itu, Rangga Saputra (26 tahun) kakak kandung Bagas membenarkan jika adiknya memang sempat pulang ke rumah dan meminta izin untuk kembali berangkat menjadi seorang ABK.

“Iya benar (sempat pulang ke rumah) kan pulang sama temennya ABK juga, sempet nginep juga di rumah, mereka bilangnya mau berangkat lagi ke sana jadi ABK melalui PT RNT, nggak tahunya yang satu (Otnil) berangkat, tapi adik saya kemungkinan berangkat juga tapi tidak melalui PT RNT, jadi kita juga belum tahu siapa yang memberangkatkan adik saya itu,” ujar Rangga.

Baca Juga: Satu Malam, Banyak Bencana: BPBD Catat Sukabumi Diterjang Longsor hingga Pohon Tumbang

Atas klarifikasi dari PT RNT Utama Indonesia itu, Rangga menduga, sang adik telah merencanakan keberangkatannya itu dan tidak melalui PT RNT Utama Indonesia.

“Nah jadi keberangkatannya itu belum diketahui dan masih saya telusuri, sepertinya adik saya sudah merencanakan pemberangkatannya itu karena memang tidak ada keterbukaan dari adik saya ini sama keluarga waktu berangkat itu,” ucapnya.

Luruskan Kronologi Korban TPPO Versi Keluarga

Klarifikasi ini sekaligus meluruskan informasi kronologi versi keluarga tentang perjalanan Bagas hingga akhirnya diduga menjadi korban TPPO di Kamboja. Sebelumnya kepada sukabumiupdate.com, keluarga korban tidak menjelaskan bahwa Bagas sempat pulang ke sukabumi dari Cina sebelum akhirnya menghilang tanpa kabar.

Baca Juga: Mitos dan Fakta tentang Skincare: Mana yang Benar, Mana yang Hanya Marketing?

Rabu, 2 Juli 2025, Muhammad Rangga Saputra (26 tahun) kakak dari Muhammad Bagas Saputra (22 tahun) korban TPPO asal Ciaul, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi menceritakan awal mula keberangkatan sang adik hingga menjadi korban TPPO di Kamboja.

Saat itu, Rangga bercerita tentang awal keberangkatan adiknya di akhir tahun 2023. Bagas meminta izin untuk menjadi Anak Buah Kapal (ABK) dan berlayar dengan perusahaan berbendera Indonesia, melalui PT yang ada di Tegal, Jawa Tengah.

Keluarga menegaskan rencana keberangkatan Bagas melalui prosedur resmi, mengingat semua dokumen, termasuk paspor telah dipersiapkan sebelumnya hingga mengikuti proses pelatihan terlebih dahulu. Bagas kemudian berangkat menjadi ABK sekitar bulan April 2024 setelah mengikuti pelatihan bahasa dan persiapan lainnya.

Baca Juga: Resep Wedang Jahe, Minuman Hangat yang Pas Dinikmati Saat Cuaca Dingin

Setelah tiga bulan pelayaran, bagas mengabarkan bersama tiga teman ABK lainnya diturunkan paksa di Cina. Keluarga menyebut hilang kontak hingga setahun berlalu dan Bagas mengabari bertemu dengan orang yang mengajaknya bekerja di perusahaan scammer.

Jumat 27 Juni 2025, Bagas memberi kabar masih baik-baik saja dan rencananya akan pulang ke Sukabumi pada Agustus 2025. Hanya berselang beberapa jam, keluarga korban di Sukabumi kembali mendapatkan telepon video dari seseorang yang mengaku bos di perusahaan scammer tempat Bagas bekerja.

“Siangnya dia (Bagas) ngabarin gitu (baik-baik saja), sorenya ada video call itu, posisi adik saya lagi diikat, disiksa, disetrum gitu, mereka minta ganti rugi. Orang yang video call itu ngomong pake bahasa Kamboja tapi ada yang translate pakai bahasa indonesia, suara cewek,” ujarnya.

Baca Juga: PGRI Punya Ketua Baru, Disdik Kabupaten Sukabumi Dorong Kolaborasi Lebih Erat

“Di situ katanya adik saya nggak mencapai target kerja terus kena dendaan. Mereka minta uang sekitar Rp 40 juta cuman dia minta seadanya dulu, tapi saya juga nggak ada. Saya bilang nggak ada itu adik saya disetrum lagi, di cambuk lagi, congkel aja matanya katanya,” kata Rangga menuturkan.

Dalam keadaan khawatir dan cemas, Rangga menanyakan keberadaan Bagas di Kamboja. Informasinya Bagas berada di sebuah wilayah bernama Buffet di negara Kamboja.

“Waktu kami tanya pas video call itu saya tanya Kamboja nya di mana, posisi adik saya lagi disiksa tu tiap nanya kambojanya di mana disetrum lagi, dicambuk lagi. Terakhir yang translater itu bilang dia kerja di scam katanya. Terus bosnya ngomong my name is bosky katanya, kita ada di Buffet di Mobay,” ungkapnya.

Baca Juga: Piala Presiden 2025, KDM: Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Jadi Hiburan bagi Pelajar

Hingga saat ini, Rangga mengaku belum mendapatkan kabar terbaru dari adiknya itu. Dia berharap agar adiknya dapat pulang dengan selamat. “Sampe sekarang saya belum dapat kabar lagi dari adik saya, saya cuman pengen adik saya pulang dengan selamat aja,” harapnya.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini