Siapa I? Nama yang Ditulis Siswi Korban Dugaan Bullying di Sukabumi Sebelum Akhiri Hidup

Sukabumiupdate.com
Kamis 30 Okt 2025, 19:54 WIB
Siapa I? Nama yang Ditulis Siswi Korban Dugaan Bullying di Sukabumi Sebelum Akhiri Hidup

Siswi MTs korban dugaan bullying di Sukabumi tulis nama I sebagai rekan di sekolah yang membuatnya sakit hati (Sumber: co pilot)

SUKABUMIUPDATE.com - I menjadi perbincangan publik khususnya updaters sukabumiupdate pasca kematian tragis AK (14) siswi MTS di Cikembar Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Nama ini ditulis AK dalam surat ‘wasiat’ yang menjadi pesan terakhirnya sebelum mengakhiri hidup dengan kain sarung di kusen kamar tidurnya, Selasa tengah malam, 28 Oktober 2025.

Sosok I menjadi fokus publik karena dituliskan korban sebagai orang yang perkataan yang dianggap menyakiti hatinya. Bahkan korban menuliskan di kertas wasiat, bahwa I sempat mengucapkan kalimat paeh we paeh lah (mati aja mati lah).

Baca Juga: 3 Mantan Direksi ASDP Dituntut 8 Tahun Penjara Atas Kasus Akuisisi PT JN

Berikut tulisan tangan AK yang sudah ditranslate ke bahasa indonesia, yang menyinggung soal sosok I.

“A (inisial korban) bukan tidak mau memaafkan kalian atau A bukan dendam, tapi A sudah berusaha memaafkan kalian-kalian yang sering bikin hati A sakit, entah lewat perkataan, perilaku, tapi tidak perkataan mah sering oleh A didapatkan dari si (menyebutkan I), tidak tahu salah A apa, tapi A merasa Inu suka sundar sindir ke A, kayak kejadian yang (menyebutkan nama I) bilang, “Paeh we, paeh lah” (“mati aja, mati lah”), itu bikin A benar-benar sakit hati.

Ini Eneng enggak ngarang atau apa-apa, Eneng cuma pengen nyampein pendapat hati eneng yang udah banyak terluka. Bukan baper bukan apa, tapi Eneng sudah dibuat sakit ku perkataan teman-teman di kelas.

Oleh perkataannya, sikap, Eneng sudah capek, Eneng cuman pengen ketenangan. Sebenarnya Eneng pengen pindah sekolah, tapi mamah dan bapak enggak punya uang. Eneng jadi tidak mau sekolah, karena suasana kelas yang seakan nyuruh eneng untuk pergi

Baca Juga: PT Daya Mas Cisolok Geothermal Kirim Bantuan untuk Penyintas Korban Banjir Bandang di Cisolok Sukabumi

Dari tulisan tangan tersebut, I menjadi perbincangan warganet. Saat ini bahkan ada akun media sosial yang membagikan foto seorang pelajar perempuan yang dia sebut sebagai I (klaim dan informasi yang tentunya harus akurasi-red).

Penyelidikan Dugaan Bullying dari Surat Wasiat Korban

Kasus dugaan bullying di balik Kematian tragis AK saat ini ditangani secara hukum oleh Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) Satresktrim Polres Sukabumi. Kepolisian secara resmi menerima laporan dari keluarga korban pada Rabu petang, 29 Oktober 2025.

“Paman dan Kakak korban yang membuat laporan. Penyelidikan langsung berjalan,” ucap Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Hartono.

Baca Juga: Cuaca Mingguan dan Peringatan Dini Gelombang 2,5 - 4,0 m Meter di Pesisir Sukabumi

Hartono menegaskan penyelidikan juga dilakukan terhadap surat wasiat yang diduga kuat dibuat oleh korban AK sebelum peristiwa tragis tersebut terjadi. ““Dugaan kuat almarhum yang buat, namun kita pastikan setelah pemeriksaan berjalan jauh biar pasti dan akurat,” ujarnya menegaskan.

Polisi lanjutnya, akan melakukan pemeriksaan secara marathon di Polsek Cikembar, terhadap pihak-pihak terkait dari kasus dugaan bullying ini.

Kemenag Sebut Ada Perselisihan Korban dan Kakak Kelas

Tanpa mengungkap identitas, Kementerian Agama mengakui ada perselisihan antara korban AK dan kakak kelasnya. Kasubbag TU Kemenag Kabupaten Sukabumi, Agus Santosa, menjelaskan hasil rapat koordinasi dengan sejumlah pihak menunjukkan adanya komunikasi yang kurang baik antara korban dan kakak kelasnya, sebagai fakta yang terungkap dari surat wasiat yang ditulis korban.

Baca Juga: Persib Bandung Siap Lanjutkan Tren Positif, Bali United jadi Korban Berikutnya ?

Persoalan itu disebut Kemenag telah diselesaikan secara internal oleh guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah. “Dari sisi surat wasiat, memang ada sedikit perselisihan antara siswa kelas VIII dan IX. Ada pernyataan dari almarhum, kemudian kakak kelas merasa tidak enak. Tapi permasalahan itu sudah diselesaikan oleh guru BK dan tidak sampai pada kekerasan fisik,” ujar Agus kepada sukabumiupdate.com usai rapat koordinasi bersama pihak sekolah, Pemda Kabupaten Sukabumi, Unit PPA Polres Sukabumi, dan Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi di Kantor Kemenag Kabupaten Sukabumi, Kamis (30/10/2025).

Pertemuan tersebut juga dihadiri unsur Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, Dinas Pendidikan (Disdik), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), Polres Sukabumi, serta pihak MTsN 3 Sukabumi. Forum lintas lembaga itu, kata Agus, menjadi ajang evaluasi bersama agar kejadian serupa tak kembali terjadi.

“Forum ini tidak mencari siapa yang salah dan benar, tapi menjadi evaluasi bersama agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi. Melangkah untuk pencegahan dan edukasi terhadap bahasa-bahasa perundungan,” jelasnya.

Baca Juga: Kemendag: SPBU Curang di Sukabumi hingga Bogor Rugikan Pelanggan Rp 6,2 Miliar per Tahun

“Ada bahasa-bahasa yang dikira komunikasi biasa, tapi sebenarnya bentuk perundungan verbal. Misalnya menyebut teman dengan kata yang tidak pantas, dianggap bercanda, padahal bisa menyakiti perasaan orang lain,” tuturnya.

Saat ini, proses penyelidikan terkait dugaan perundungan terhadap AK masih berlangsung. Agus menyebut belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka. “Untuk proses hukumnya, kami serahkan kepada pihak berwenang. Tapi karena yang terlibat masih anak-anak, semuanya mendapatkan pendampingan dari DP3A,” pungkasnya.

Kepsek: Korban Sempat Mengeluh Ingin Pindah Sekolah

Kepada awak media, usai pertemuan di Kemenag Kabupaten Sukabumi, Kepala Sekolah MTsN 3 Cikembar, Wawan Setiawan Kamis (30/10/2025), mengakui sebelum peristiwa itu, sekolah menerima aduan dari orang tua korban.

Baca Juga: Liverpool Tersingkir dari Piala Liga Usai Dikalahkan Crystal Palace 0-3

“Setelah ada aduan dari orang tua, ditindaklanjuti oleh wali kelas kemudian dilanjutkan oleh BK/BP. Awal Oktober sudah selesai, sudah islah lagi di antara mereka,” ujar Wawan tanpa menyebut mereka yang dimaksud antara korban dan siapa?

Wawan kembali menegaskan laporan yang masuk itu bukan terkait dugaan perundungan, melainkan permohonan pindah sekolah dari pihak keluarga. Menurutnya aduan itu telah diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak ada masalah lanjutan dan aktivitas korban kembali seperti semula.

“Keluhan katanya ingin pindah sekolah, wali kelas menyampaikan ini ke BK, ada apa, diselesaikan. Jadi kami anggap ini normal-normal saja. Bukan keluhan bully tapi pindah sekolah,” jelasnya.

Baca Juga: Dari Miring hingga Telentang: 7 Posisi Tidur dan Efeknya bagi Kesehatan

Namun, Wawan tidak menampik bahwa setelah munculnya surat tulisan tangan yang ditemukan usai kematian AK, bahwa persoalan yang saat itu dihadapi korban merupakan masalah hati dan tekanan psikologis anak yang sulit diketahui dalam kesehariannya.

“Dikira kita tidak ada bullying, aman-aman saja, normal. Sampai hari Selasa itu normal tidak ada apa-apa. Setelah ada itulah (surat), kita ikut terenyuh. Nggak tahu, itu urusan hati,” ucapnya.

Terkait isi surat yang sempat beredar luas di media sosial, Wawan menegaskan pihaknya belum dapat memastikan kebenaran seluruh isi tulisan tangan milik korban, termasuk nama-nama siswa yang disebut dalam surat wasiat itu.

Baca Juga: Tim Dosen IPB Kembangkan Inovasi Sistem RAS untuk Budidaya Ikan Sidat di Tegalbuleud Sukabumi

“Kita juga mesti bijak, kita belum mengetahui kebenarannya. Kalaupun benar, itu anak kita juga harus kita lindungi,” kata dia.

Catatan redaksi: Berita ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada publik. Redaksi tidak bermaksud mengglorifikasi atau mendorong tindakan mengakhiri hidup dalam bentuk apa pun. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan mengakhiri hidup atau masalah kesehatan mental segera cari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan yang disediakan pemerintah.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini