SUKABUMIUPDATE.com - Baru-baru ini, warga Sukabumi, khususnya wilayah Kecamatan Cikembar digegerkan dengan kasus kematian seorang siswi MTsN 3 Sukabumi, inisial Ak (14 tahun) yang diduga akibat dampak bullying yang diterimanya di sekolah. Dikdik Hardy, seorang Pakar Psikologi Anak menduga, korban nekat akhiri hidupnya akibat terpuruk dan tidak memiliki dukungan untuk keluar dari masalah pribadinya.
Berdasarkan isi surat wasiat atau tulisan tangan milik korban, Dikdik mengatakan bahwa indikasi bullying yang dialami korban diduga sudah berlangsung berulang kali.
“Bullying itu bukan sekedar ejekan atau hinaan, tapi lebih ke arah intimidasi dimana pelaku bullying merasa superior dan korban merasa inferior. Dilihat dari surat yang ditulis korban sebelum aksi nekatnya, terindikasi bullying dilakukan secara berulang,” ujar Dikdik kepada sukabumiupdate.com pada Kamis (30/10/2025).
Baca Juga: Isi Surat Terakhir Siswi MTs di Sukabumi Sebelum Meninggal, Ungkap Keinginan Pindah Sekolah
Menurutnya, perilaku bullying biasanya melibatkan banyak orang, ada leader atau ketua yang biasanya berperan untuk memprovokasi. “Biasanya bullying dilakukan oleh lebih dari satu orang. Pelaku utama atau leader berperan untuk memprovokasi orang-orang agar ikut serta untuk membully. Bila dilihat dari isi surat korban, tertulis kata 'Kalian.. ' yang menandakan pelaku yang menyakiti korban lebih dari satu orang,” jelasnya.
Lebih lanjut, mengutip perkataan korban dalam isi tulisan tangannya terkait kecenderungan emosi korban yang tidak stabil, Dikdik menyebut hal itu dapat dipengaruhi oleh lingkungan korban yang tidak menyadari keterpurukan yang sedang dialaminya.
“Awalnya mungkin korban hanya mengalami kerentanan emosi (sensitif) dengan perilaku marahnya seperti dalam isi surat. Sepertinya lingkungan sekitar korban tidak menyadari jika korban mengalami pembullyan dan korban tidak mendapatkan support system untuk mengantisipasi dampak bullying,” tutur dia.
“Memang efek dari bullying pada setiap korban itu berbeda, dan itu sangat tergantung dari daya tahan psikis dari masing-masing korban bullying termasuk support system dari orang terdekat,” tambahnya.
Baca Juga: Kepsek MTsN 3 Sukabumi Akui Ada Keluhan dari Ibu Korban Sebelum Anaknya Akhiri Hidup
Untuk mengantisipasi perilaku bullying, kata Dikdik, diperlukan sikap yang bijak, bukan hanya sekedar menghentikan perilaku bullying, tetapi merubah perilaku pelaku bullying dengan masalah superiornya dan korban dengan masalah inferiornya.
Secara bahasa, bully atau Rundung adalah mengganggu, mengusik terus menerus, menyusahkan, menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis (kekerasan verbal, fisik, sosial) secara berulang-ulang.
Sedangkan American Psychological Association (APA) mendefinisikan bullying sebagai sebuah bentuk perilaku agresif yang dilakukan secara berulang dan disengaja untuk menimbulkan perasaan tidak nyaman maupun cidera bagi korban.
Catatan redaksi: Berita ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada publik. Redaksi tidak bermaksud mengglorifikasi atau mendorong tindakan mengakhiri hidup dalam bentuk apa pun. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan mengakhiri hidup atau masalah kesehatan mental segera cari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan yang disediakan pemerintah.





