5 Dampak Negatif Gula terhadap Otak dan Fungsi Kognitif yang Patut Diwaspadai

Sukabumiupdate.com
Rabu 10 Sep 2025, 22:04 WIB
5 Dampak Negatif Gula terhadap Otak dan Fungsi Kognitif yang Patut Diwaspadai

Ilustrasi dampak negatif gula (Sumber: Freepik/@jcomp)

SUKABUMIUPDATE.com - Otak adalah pusat kendali tubuh yang membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk bekerja optimal. Glukosa menjadi sumber bahan bakar utamanya, menyediakan tenaga bagi setiap proses berpikir, mengingat, dan mengambil keputusan. Namun, konsumsi glukosa yang berlebihan terutama dari gula tambahan dapat menjadi pedang bermata dua. Alih-alih memberi energi, kelebihan gula justru bisa merusak struktur dan fungsi otak, serta mempengaruhi kesehatan mental secara signifikan.

Di tengah gaya hidup modern yang sarat dengan makanan dan minuman manis, tantangan menjaga asupan gula menjadi semakin besar. Tanpa disadari, kebiasaan mengkonsumsi gula berlebih dapat memicu berbagai masalah, mulai dari penurunan daya ingat hingga gangguan suasana hati. Memahami dampak negatif gula terhadap otak bukan hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga demi mempertahankan kejernihan berpikir dan kestabilan emosi dalam jangka panjang.

Dampak Negatif Gula terhadap Otak dan Fungsi Kognitif

1. Mengganggu Sistem Penghargaan Otak

Mengkonsumsi gula dapat mengaktifkan sistem penghargaan otak secara berlebihan. Sama seperti zat adiktif, gula memicu pelepasan dopamin, membuat seseorang merasa senang dan ingin mengonsumsi lebih banyak. 

Baca Juga: Keponakan Prabowo Nyatakan Mundur dari Anggota DPR RI, Ini Alasannya

Makanan tinggi indeks glikemik (GI), seperti roti putih dan donat, dicerna dengan cepat dan meningkatkan gula darah secara drastis. Ini memperkuat dorongan adiktif dan mengaktifkan bagian otak yang memicu keinginan makan berlebihan, yang pada akhirnya berpotensi memicu obesitas dan diabetes tipe 2. Sebaliknya, makanan dengan GI rendah seperti sayur, buah, kacang-kacangan, dan produk susu, dicerna lebih lambat sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah tajam.

2. Menimbulkan Efek Seperti Kecanduan

Studi menunjukkan bahwa gula bisa memicu respons otak yang menyerupai kecanduan. Semakin sering seseorang mengonsumsi gula, semakin tinggi toleransi yang terbentuk sehingga dibutuhkan jumlah lebih besar untuk mendapatkan kepuasan yang sama. Pada penelitian hewan, makanan manis bahkan lebih memicu perilaku adiktif dibandingkan kokain. Walaupun temuan ini belum sepenuhnya terbukti pada manusia, penelitian mendukung hipotesis bahwa gula dapat menimbulkan perilaku kecanduan, terutama pada makanan olahan tinggi gula, garam, dan lemak.

3. Melemahkan Daya Ingat

Lonjakan glukosa darah yang tajam, meskipun sesekali, bisa berdampak buruk pada otak. Efeknya termasuk perlambatan kognitif, gangguan memori, dan penurunan fokus. Peradangan akibat konsumsi gula tinggi juga berperan, seperti yang terlihat pada studi tikus yang menunjukkan peradangan di hipokampus, bagian otak penting untuk pembentukan memori. Kabar baiknya, diet rendah gula dan GI rendah dapat membantu memulihkan fungsi memori. Mengkonsumsi suplemen seperti omega-3 dan kurkumin juga terbukti bermanfaat.

4. Mempengaruhi Suasana Hati

Gula tidak hanya mempengaruhi fisik, tetapi juga emosi. Kadar gula darah tinggi dapat mengganggu kemampuan otak memproses emosi. Studi pencitraan otak pada orang sehat menunjukkan hal ini, dan pada penderita diabetes tipe 2, kadar gula tinggi berkaitan dengan meningkatnya kecemasan dan kesedihan. Penelitian terhadap lebih dari 23.000 orang juga menemukan bahwa konsumsi gula tinggi meningkatkan risiko depresi hingga 23%.

Baca Juga: Gempa M4,7 di Pesisir Sukabumi Akibat Sesar Aktif, Getaran Terasa Kuat di Pajampangan

5. Menurunkan Kapasitas Mental

Kadar glukosa tinggi bisa merusak pembuluh darah, termasuk di otak. Pada penderita diabetes, hal ini dapat menyebabkan penyusutan otak dan gangguan pada kemampuan belajar, memori, serta fungsi kognitif lainnya. Bahkan pada orang sehat, konsumsi gula berlebih dikaitkan dengan skor kognitif yang lebih rendah. Faktor seperti hiperglikemia, tekanan darah tinggi, resistensi insulin, dan kolesterol tinggi turut berperan. 

Selain itu, gula berlebih mengurangi produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), zat penting bagi pembentukan memori dan pembelajaran. Rendahnya kadar BDNF dikaitkan dengan risiko demensia dan Alzheimer.

Baca Juga: Disnakertrans Upayakan Pemulangan Perempuan Sukabumi Korban TPPO di China

Gula tambahan dalam makanan modern membawa banyak risiko bagi otak dan kesehatan mental. Untuk menghindarinya, biasakan mengganti makanan manis olahan dengan buah segar. Selain memberikan rasa manis alami, buah juga kaya serat, antioksidan, dan nutrisi yang mendukung fungsi otak sehat tanpa resiko lonjakan gula darah yang berbahaya.

Sumber: verywellhealth

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini