Jembatan Pamuruyan kembali jadi sorotan. Proyek jembatan barunya mangkrak sejak 2022, sementara jembatan lamanya justru mengalami scouring dan terus digunakan sebagai jalur vital Sukabumi–Bogor.
Padahal, jembatan ini bukan sekadar infrastruktur. Sejak era kolonial, Pamuruyan telah menjadi jalur militer penting, bahkan dulu pernah menggunakan atap ijuk dan memungut tarif layaknya tol untuk pemeliharaan.
Jembatan modern pertama dibangun pada 1899, namun sepanjang sejarahnya selalu menyisakan catatan kecelakaan akibat kontur jalan yang curam dan tikungan berbahaya.
Kini, situasi kian pelik. Proyek pengganti senilai Rp 24,76 miliar yang dibiayai APBN 2022 terhenti tanpa kejelasan, menambah kemacetan dan kekhawatiran masyarakat.
Sebagai jembatan bersejarah yang melintasi ratusan tahun perjalanan, Pamuruyan semestinya menjadi solusi, bukan sumber bahaya.