Banjir Salabintana bukan sekadar luapan air—ini alarm keras kerusakan ekologis!
Saat hutan di kaki Gunung Gede terus menyusut dan lahan berubah jadi bangunan hingga kafe-kafe baru, daya serap air pun hilang. Akibatnya, kawasan dataran tinggi pun ikut terendam banjir hingga menyeret motor dan merendam kios warga.
Warga dan petani sepakat: alih fungsi lahan yang tak terkendali, izin sewa lahan eks HGU, hingga maraknya pembangunan wisata jadi akar persoalan.
Hutan lindung Sukabumi kini hanya tersisa 12,72%—dan fungsinya sebagai penahan air makin melemah.
Ini bukan bencana biasa. Ini peringatan.
Jika hulu saja sudah tak mampu menahan air, maka ancaman banjir besar di wilayah bawah hanya tinggal menunggu waktu.
“Jika kawasan hulu saja sudah tidak mampu menahan air, banjir dengan skala besar di Kota Sukabumi tinggal menunggu waktu,” -Rozak Daud.