Sukabumi Darurat Keracunan Massal, Ahli: Pertolongan Pertama Itu Penting! Simak Tipsnya

Kamis 13 Juni 2024, 12:21 WIB
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) Arfatul Makiyah, M.Kes, memberikan tanggapan atas dua kasus keracunan massal di Kabupaten Sukabumi sepanjang bulan Juni 2024 (Sumber: istimewa)

Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) Arfatul Makiyah, M.Kes, memberikan tanggapan atas dua kasus keracunan massal di Kabupaten Sukabumi sepanjang bulan Juni 2024 (Sumber: istimewa)

SUKABUMIUPDATE.com - Ahli kesehatan masyarat menyebut kasus-kasus keracunan massal dapat dicegah keparahannya dengan penanganan yang tepat dalam pertolongan pertama. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) Arfatul Makiyah, M.Kes, memberikan tanggapan atas dua kasus keracunan massal di Kabupaten Sukabumi sepanjang bulan Juni 2024, yang menyebabkan dua warga meninggal dunia.

Diketahui ratusan warga menunjukkan gejala keracunan seperti mual, diare, pusing, demam, dan muntah, tak lama setelah menyantap makanan yang dibagikan pada acara syukuran, baik itu yang terjadi di Cibadak maupun Sagaranten Kabupaten Sukabumi.

Dari kasus Sagaranten, dua pasien yang sempat mendapatkan penanganan medis akhirnya meninggal dunia. Seorang bocah perempuan berusia 9 tahun dan laki-laki dewasa berusia diatas 50 tahun, sempat mengalami kondisi kejang sebelum menghembuskan nafas terakhir.

Hal ini menjadi catatan penting bagi dunia kesehatan masyarakat, khususnya stakeholder kesehatan di Kabupaten Sukabumi. Dimana menurut Arfatul Makiyah, gejala kejang adalah dampak fatal dari keracunan makanan. Ini menandakan zat racun dalam tubuh sudah mencapai saraf otak.

Ia menduga korban meninggal dunia karena terlambatnya penanganan pertama pasca gejala keracunan diketahui. “Racun itu cepat menyebar. Apalagi kalau sudah masuk ke tubuh kita. Lewat lambung, usus halus, usus besar, itu penyerapan tubuhnya cepat sekali. Kalau terlambat penanganan bisa kejang dan berujung kematian. Di sini pentingnya mengedukasi masyarakat mengenai pertolongan pertama,” jelasnya kepada tim liputan sukabumiupdate.com, Kamis (13/6/2024).

Pertolongan Pertama Kasus Keracunan

Keracunan lanjut Arfatul Makiyah, menimbulkan risiko lebih parah hingga kematian jika faktor penanganan pertama ini diabaikan. Untuk itu dia mendorong, stakeholder kesehatan menggencarkan materi edukasi soal ini kepada masyarakat.
“Pertolongan pertama ini penting diketahui masyarakat. Keracunan ini sifatnya genting kan. Korban harus segera ditangani. Terutama jika akses mendapatkan penanganan penanganan medis terkendala waktu dan jarak tempuh. Mau tidak mau kita harus memberinya pertolongan pertama,” beber Arfatul Makiyah.
.
Menurutnya, penting sekali mencukupi cairan tubuh pasir dengan memberi air putih. Adapun untuk gejala muntah, harus diposisikan duduk, hindari posisi terlentang agar muntahannya tidak malah masuk ke saluran pernapasan, menghindari resiko tersedak. Kemudian beri makanan yang mudah dicerna, pisang, bubur, madu, atau kentang.” Terang Arfatul Makiyah.

Berikut beberapa langkah pertolongan pertama untuk menghindari risiko keracunan yang lebih parah;.
1. Beri air putih agar tubuh tetap terhidrasi.
2. Jika muncul gejala diare, beri oralit atau cairan garam dan gula.
3. Beri bahan karbon aktif seperti norit.
4. Beri air kelapa yang berfungsi untuk plasebo yaitu menetralkan tubuh. Air kelapa bisa menggantikan cairan elektrolit tubuh yang hilang.
5. Beri air rebusan jahe yang bisa memberi efek menenangkan pada saluran pencernaan. Selain itu juga bisa meredakan mual dan nyeri perut

Faktor Pemicu Keracunan

Arfatul Makiyah juga menjelaskan ada banyak faktor yang memungkinkan jadi pemicu keracunan massal, seperti kasus di Sagaranten dan Cibadak. Dalam istilah medis, keracunan dipicu oleh reaksi kimia, reaksi biologis, maupun mikroorganisme.

Keracunan makanan bisa disebabkan bahan kimia beracun seperti pestisida, timah, merkuri, dan kadmium yang masih tertinggal dalam makanan. Dari segi biologis, racun itu bisa disebabkan jamur atau toksin yang dihasilkan tanaman tertentu.

Selain itu, racun juga bisa disebabkan mikroorganisme. Ada banyak kasus keracunan disebabkan mikroorganisme. Tidak hanya terjadi di Indonesia, kasus keracunan makanan juga terjadi di luar negeri. Arfatul Makiyah menyebut kasus keracunan makanan terjadi juga di Inggris dan UK. Sebanyak 77,3% disebabkan mikroorganisme kampilobakter.

“Kemunculan gejala keracunan seperti mual, perut melilit, pusing, muntah, diare bisa dalam rentang waktu yang tidak tentu tergantung bakteri apa yang menginfeksi korban,” bebernya.

Kronologi kasus keracunan di Sagaranten yang menimbulkan korban jiwa diketahui pada Minggu (9/06/2024) dan gejalanya mulai muncul pada keesokkan harinya yaitu pada Senin (10/06/2024). Berdasarkan pengamatan Arfatul Makiyah, keracunan ini bisa disebabkan dari makanan yang terkontaminasi patogen seperti Kampilobakter, Salmonella, dan Shigella.

Orang yang terinfeksi bakteri ini bisa mengalami gejala seperti muntah, diare, demam, dalam rentang waktu 6 – 72 jam. Namun penyebab keracunan ini masih perlu diuji laboratorium lebih lanjut.

Baca Juga: 2 Warga Tewas, Polisi Akan Selidiki Kasus Dugaan Keracunan Massal di Sagaranten Sukabumi

Arfatul juga menyebut beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat agar terhindar dari keracunan makanan, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Memisahkan masakan masak dari makanan mentah di setiap pengolahan. Dari penyiapan, penyimpanan, hingga di meja makannya.
2. Menjaga makanan tetap higienis seperti mencuci makanan terlebih dahulu sebelum disajikan
3. Menggunakan alat ketika mengambil makanan agar makanan tidak terkontaminasi bakteri dari tangan
4. Menutup makanan setelah dikonsumsi untuk menghindari lalat hinggap. Vektor lalat merupakan salah satu vektor parasit mikroorganisme yang bisa jadi penyebab keracunan
5. Sortir makanan yang sudah tidak segar dan membusuk

Peliput tim PKL UMMI 2024: Jelsa

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini
DPRD Kab. Sukabumi23 Oktober 2024, 22:10 WIB

Banggar DPRD Sukabumi dan Pemda Sepakati RAPBD 2025, Fokus Pembangunan Infrastruktur

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sukabumi menggelar rapat Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) terkait pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2025.
Rapat Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sukabumi sepakati RAPBD 2025 | Foto : Ilyas Supendi
Sukabumi23 Oktober 2024, 21:49 WIB

Kecewa, 16 Anggota Walk Out Saat Paripurna Pembentukan AKD DPRD Kota Sukabumi

Sebanyak 16 Anggota DPRD Kota Sukabumi dikabarkan tak kembali saat jeda istirahat sidang paripurna membahas pembentukan alat kelengkapan dewan (AKD) di ruang sidang Gedung DPRD Kota Sukabumi. Selasa (22/10/2024) malam.
Rapat paripurna pembahasan AKD di Gedung DPRD Kota Sukabumi. Selasa (22/10/2024) | Foto : Dok. Sekwan
Inspirasi23 Oktober 2024, 20:53 WIB

Jejak Inspiratif, Sosok Wamen Pendidikan Dr. Fajar Dimata Guru dan Kakak Kelas di YASTI Sukabumi

Kemunculan nama Fajar Riza Ulhaq di jajaran Kabinet Merah Putih menjadi kebanggaan tersendiri bagi guru dan kakak kelasnya semasa sekolah tingkat menengah di Kabupaten Sukabumi. Pasalnya, Dr. Fajar merupakan alumni MTs YASTI
Dr. Fajar Riza Ulhaq, Wamen Pendidikan RI 2024-2029 (kiri), Haerudin (Guru MTs Yasti Cisaat Sukabumi) | Foto : Sukabumiupdate.com
Musik23 Oktober 2024, 20:00 WIB

Tinggal Menghitung Hari, NEVAEVA! Festival 2024 Batal Diselenggarakan

Festival musik yang akan mendatangkan musisi dari K-Hip Hop dan K-R&B yakni NEVAEVA! Festival 2024 secara resmi mengumumkan batal diselenggarakan.
Tinggal Menghitung Hari, NEVAEVA! Festival 2024 Batal Diselenggarakan (Sumber : Instagram/@nevaeva_indonesia)
Jawa Barat23 Oktober 2024, 19:58 WIB

Anggota DPRD Jabar Haji Aka Minta Negara Cari Solusi untuk Masalah Gurandil di Sukabumi

Hal ini lebih khusus disampaikan kepada Dinas ESDM Jabar.
Anggota Komisi IV DPRD Jabar Yusuf Maulana mengikuti rapat kerja dengan mitra kerja Komisi IV di kantor BAPENDA Kabupaten Garut pada Selasa, 22 Oktober 2024. | Foto: Istimewa
Sukabumi23 Oktober 2024, 19:29 WIB

Hilang Kendali di Tikungan Lalu Tabrak Warung, Pemotor Tewas di Simpenan Sukabumi

Mereka diduga kehilangan kendali sehingga terjatuh ke sebelah kiri jalan.
Lokasi kecelakaan tunggal di Jalan Cigaru-Kiara Dua, tepatnya di kawasan perkebunan Teh Cigaru, Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Rabu (23/10/2024). | Foto: Istimewa
Food & Travel23 Oktober 2024, 19:00 WIB

5 Makanan Khas Kota Tangerang yang Unik dan Menggugah Selera

Tangerang memiliki segudang kuliner khas yang menggugah selera dan wajib dicoba.
Tangerang memiliki segudang kuliner khas yang menggugah selera dan wajib dicoba. (Sumber : Instagram/@laksatangerangcikimhua/@sumsum_pisangmas).
Entertainment23 Oktober 2024, 18:30 WIB

NCT DREAM Bakal Merilis Album Baru Bulan Dengan Formasi Lengkap

Kabar bahagia datang dari NCT DREAM yang akan comeback dengan merilis album terbaru bertajuk DREAMSCAPE pada 11 November 2024. Renjun akan berpartisipasi usai hiatus.
NCT DREAM Bakal Merilis Album Baru Bulan Dengan Formasi Lengkap (Sumber : Instagram/@nct_dream)
Life23 Oktober 2024, 18:00 WIB

Kumpulan Doa Minta Jodoh Terbaik untuk Laki-laki dan Perempuan, Yuk Amalkan

Berdoa meminta jodoh terbaik merupakan salah satu bentuk ikhtiar seorang hamba kepada Allah SWT.
Meminta jodoh yang terbaik adalah bentuk usaha untuk mendapatkan pasangan hidup yang bisa membimbing kita dalam menjalankan ibadah dan meraih ridho Allah. | (Sumber : Instagram/@dindahw)
Sukabumi23 Oktober 2024, 17:53 WIB

Satu Tewas! Pemotor Satria Kecelakaan Tunggal di Jalan Simpenan Sukabumi

Kecelakaan melibatkan pengendara dan penumpang sepeda motor Satria F 150.
Sepeda motor Satria F 150 yang kecelakaan tunggal di Jalan Cigaru-Kiara Dua, tepatnya di kawasan perkebunan Teh Cigaru, Desa Kertajaya, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Rabu (23/10/2024). | Foto: Istimewa