SUKABUMIUPDATE.com - Di balik kesan "berisik" dan "chaotic", hyperpop menyimpan filosofi produksi musik yang revolusioner. Genre ini dengan sengaja mendobrak aturan baku produksi, menciptakan sebuah sonic playground yang bebas dan tanpa batas.
Bagi telinga yang belum terbiasa, hyperpop mungkin terdengar seperti kekacauan yang disengaja. Namun, di balik distorsi yang menggila dan Auto-Tune yang ekstrem, terdapat sebuah gerakan sengaja untuk mendekonstruksi dan membangun kembali apa yang kita pahami sebagai "musik pop".
Genre ini tidak sekadar membuat lagu; ia membuat pernyataan tentang bagaimana musik bisa dibuat di era digital. Dengan menolak standar produksi yang "enak didengar", para pionir hyperpop menciptakan sebuah bahasa sonik baru yang sepenuhnya lahir dari internet.
Baca Juga: 10 Band & Artis Bertopeng Ini Sukses Guncang Dunia Tanpa Tunjukkan Wajah Aslinya!
Memaknai Kekacauan: Ciri Khas Produksi Hyperpop
1.The "Glitch" Aesthetic: Hyperpop mengangkat kecacatan digital menjadi seni. Suara error, skip, dan glitch sengaja dimasukkan sebagai elemen ritme dan tekstur, merayakan ketidaksempurnaan dalam dunia yang menuntut kesempurnaan digital.
2.Maximalism yang Agresif: Prinsip "less is more" dibuang jauh-jauh. Di sini, "more is more". Lapisan synth yang bertumpuk, lead melody yang terdengar seperti ringtone, vokal yang dipitch-shift secara brutal, dan beat yang terinspirasi drum 'n' bass atau video game digabungkan menjadi satu ledakan energi yang padat.
3.Vokal sebagai Instrumen Effect: Vokal dalam hyperpop jarang bertujuan terdengar "alami". Auto-Tune tidak digunakan untuk menyamarkan ketidakcakapan bernyanyi, tetapi sebagai efek kreatif untuk menciptakan suara robotik, alien, atau seperti karakter kartun. Vokal menjadi sebuah tekstur suara lainnya yang bisa dimanipulasi sesuai keinginan.
Baca Juga: Di Balik Topeng: Misteri Identitas The Residents, Band Paling Anonim di Dunia
Arsitek Di Balik Revolusi Sonik
Beberapa nama yang tidak bisa dipisahkan dari pembentukan sound hyperpop adalah:
Sophie (†2021): Sang visioner. Sophie adalah seorang alchemist sound yang mampu menciptakan tekstur dari material paling tidak terduga seperti dentuman plastik, gesekan logam, atau letupan balon dan mengubahnya menjadi melodi dan rhythm yang catchy. Albumnya, Oil of Every Pearl's Un-Insides, adalah sebuah mahakarya yang mendobrak.
A.G. Cook: Otak di balik label PC Music yang menjadi katalisator gerakan ini. Cook mempopulerkan estetika "corporate pop" yang hiper-manis, ironis, dan sepenuhnya sintetis, menantang gagasan autentisitas dalam musik pop.
100 gecs: Duo yang mengambil estetika PC Music dan menambahkan energi punk, emo, dan pop-punk yang kasar. Album 1000 gecs mereka adalah sebuah pernyataan bahwa tidak ada genre yang tidak bisa dilebur dan didaur ulang.
Pengaruh terhadap Musik Arus Utama
Revolusi yang dimulai di pinggiran ini perlahan merembes ke pop arus utama. Kita bisa mendengar pengaruh hyperpop dalam produksi lagu-lagu Charli XCX di album How I'm Feeling Now, eksperimen sound Lady Gaga di Chromatica, bahkan dalam produksi artis K-Pop seperti (G)I-DLE atau LOONA.
Mereka membuktikan bahwa "kekacauan" yang diciptakan hyperpop bukanlah tanpa tujuan. Ia adalah sebuah bahasa baru, sebuah playground di mana semua aturan bisa ditulis ulang, dan setiap produser bebas menjadi dewa dari dunia suara yang mereka ciptakan sendiri.
Sumber: Berbagai Sumber
Penulis: Danang Hamid