SUKABUMIUPDATE.com – Selasa sore (02/12), sebuah momen langka yang nyaris terasa sureal terjadi di sudut kecil Karang Tengah Cibadak, Sukabumi. Di ruangan Shas Music Studio, yang dikenal sebagai rumah bagi para kreator lokal, sebuah kolaborasi lintas generasi dan genre menghasilkan resonansi yang menggema jauh melampaui batas kota. Sosok legendaris Eet Sjahranie (Edane) dan maestro blues Gugun (Gugun Blues Shelter) berdiri berdampingan, mengunci riff lagu ikonik "Ikuti" bersama talenta Sukabumi seperti Wau yang gebukin drum dan Budi membetot bass.
Sukabumi, daerah yang sering luput dari sorotan pusat industri musik, sejatinya menyimpan potensi musikalitas yang tak terhitung. Sejak lama, daerah ini dikenal telah melahirkan banyak talenta keren yang berjuang di jalur independen. Kehadiran Shas Music Studio di masa ini yang didedikasikan untuk mendukung musisi lokal lengkap dengan layanan produksi dan publisher menjadi bukti nyata ekosistem yang hidup.
Jauh sebelum kolaborasi monumental ini, Gugun bersama GBS telah rutin menjadikan studio ini sebagai tempat jamming, menancapkan akar blues yang kuat dan membangun koneksi erat dengan komunitas, mengubah Cibadak menjadi titik pertemuan musik berkualitas. Sesi-sesi jamming tersebut sering kali dipenuhi dengan performa energik membawakan materi-materi andalan GBS, mulai dari riff yang menghentak pada "Talk To Me" hingga groove yang lembut pada "Voodoo", memastikan bahwa generasi muda Cibadak mendapatkan pelajaran blues otentik langsung dari sumbernya. Interaksi yang konsisten inilah yang menciptakan fondasi kepercayaan dan kekaguman, menjadikan Shas Music Studio sebagai rumah kedua bagi Gugun, dan panggung latihan inspiratif bagi talenta lokal sebelum akhirnya bergabung dengan legenda lain, Eet Sjahranie, di panggung yang sama.
Baca Juga: Suara Lantang Ecky Lamoh di Album Perdana Edane "The Beast" Musik Standar Global
jamming session "Ikuti" di Shas Music Studio, Cibadak, yang menampilkan dua maestro gitar Indonesia, Eet Sjahranie (Edane) dan Gugun (Gugun Blues Shelter)
Momen kolaborasi ini, alih-alih terasa canggung, justru sangat organik. Dengan Wau dan Budi mengambil peran ritmis, sound Edane yang berat dan groove blues Gugun berpadu harmonis. Ini adalah perwujudan mimpi bagi Wau, sang drummer, yang emosinya terekam jelas dari sebuah postingan yang direspon meriah oleh netizen lewat unggahan jam session “Ikuti” di aku sosmed-nya, "aduhhh asa mimpi mang wau jaming bareng gitaris aslina." Ungkapan ini bukan sekadar kegembiraan melainkan representasi harapan seluruh musisi muda di Sukabumi yang mendambakan panggung dan kesempatan untuk membuktikan kemampuan mereka di hadapan idola sejati.
Lebih dari sekadar penampilan, pertemuan ini adalah pengakuan otentik dari dua figur penting dalam sejarah rock Indonesia terhadap kualitas dan semangat musisi daerah. Eet Sjahranie dan Gugun tidak hanya datang sebagai bintang tamu, tetapi sebagai mentor yang berbagi panggung dan energi, memberikan validasi bahwa talenta muda Cibadak di mana Shas Music bertindak sebagai fasilitator layak mendapatkan sorotan. Peristiwa ini mengirimkan pesan optimis: kualitas musik tidak dibatasi oleh ibu kota, dan semangat bermusik rock legendaris akan terus mengalir melalui generasi penerus.
Geliat musik Cibadak sejatinya tak pernah redup, mempertahankan nyala api yang telah membakar sejak era underground lokal merajalela ketika GMC,IMC, Cibadak Najority dan lainnya masih aktif. Jauh sebelum era streaming digital, komunitas di sini telah membentuk jaringan mandiri, menggelar pertunjukan di ruang-ruang terbatas, dan merayakan musik-musik yang raw dan penuh kejujuran. Semangat subkultur yang keras kepala dan otentik inilah yang kini berwujud pada antusiasme Wau dan Budi, di mana mereka membawa kedisiplinan underground ke panggung profesional. Momen jamming di Shas Music Studio ini menjadi semacam reunion energi, tempat sejarah musik jalanan bertemu dengan standar industri, memastikan bahwa Cibadak bukan hanya penerima, melainkan produsen gairah musik yang sejati.
Wau, sang drummer, yang emosinya terekam jelas dari sebuah postingan yang direspon meriah oleh netizen lewat unggahan jam session “Ikuti”
Kolaborasi Eet Sjahranie dan Gugun, yang menyanyikan "Ikuti," seolah membawa kita kembali ke masa-masa awal Edane Melodi dan riff yang membakar semangat, di Shas Music Studio sore itu secara tak terhindarkan membangkitkan kenangan akan salah satu arsitek utama Edane di samping Eet Sjahranie sang vokalis legendaris, mendiang Ecky Lamoh yang tutup usia 30 November lalu.
Suaranya yang khas dan karisma panggungnya adalah fondasi yang membantu Edane mendefinisikan ulang batas-batas heavy rock di Indonesia. Meskipun Ecky telah tiada, dentuman drum Wau dan petikan senar Eet di Cibadak terasa seperti tribute yang menegaskan bahwa legacy musik yang mereka bangun tetap hidup dan menginspirasi generasi baru.
Kehadiran Eet Sjahranie, yang menyempatkan diri berkolaborasi dengan talenta Sukabumi, menunjukkan bahwa semangat rock sejati adalah tentang meneruskan obor, bukan sekadar mengenang. Namun, dalam momen jamming yang sarat emosi ini, terutama ketika lirik "Ikuti" dilantunkan, terasa betul ada ruang kosong yang diisi oleh kehangatan kenangan akan Ecky Lamoh. Pertemuan musisi lintas generasi ini menjadi pengingat yang indah dan menyentuh, bahwa sebuah band tidak hanya diukur dari hits yang diciptakan, tetapi juga dari ikatan batin dan warisan energi yang ditinggalkan oleh setiap anggota, memastikan bahwa suara sang vokalis pertama akan selalu bergema dalam setiap riff Edane yang dimainkan.
Momen Jamming monumental ini dari riff Edane yang berat hingga groove blues GBS, yang dimainkan oleh Eet Sjahranie dan Gugun bersama talenta lokal Wau dan Budi adalah sebuah masterpiece yang akan terus diceritakan. Ini adalah kisah tentang bagaimana sebuah studio kecil di Cibadak, Shas Music Studio, berhasil menjembatani impian, membuktikan bahwa kualitas musik sesungguhnya tidak mengenal batas geografis. Kolaborasi ini menjadi penutup yang indah, sekaligus janji bahwa gairah musik di Jawa Barat, khususnya di kota ini, tidak akan pernah surut. Dari panggung underground yang keras hingga fasilitas rekaman profesional, pesan optimis tersebut kini bergema lantang. Sukabumi, You Rock!!! 2026 is coming, dude!



