SUKABUMIUPDATE.com - Warga Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, digegerkan oleh penemuan jasad seorang remaja putri berinisial AK (14 tahun) yang ditemukan tak bernyawa di rumahnya, tergantung menggunakan kain sarung, pada Selasa malam (28/10/2025).
Jasad korban, yang diketahui merupakan siswi MTs, ditemukan tergantung di tiang pintu kamar. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan mendalam, terutama setelah beredar foto tulisan tangan korban yang diduga merupakan pesan terakhir dalam sebuah buku tulis. Pesan tersebut mengindikasikan adanya tekanan emosional yang berat, termasuk dugaan perundungan (bullying) di sekolah.
Baca Juga: Viral Dugaan Bullying di Sekolah, Siswi MTS di Sukabumi Ditemukan Tergantung Kain Sarung
Dalam surat yang dituliskan, yang sebagian besar menggunakan bahasa Sunda dan telah diterjemahkan, korban yang akrab disapa Eneng menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga serta mengungkapkan perasaan sakit hati yang dialaminya.
Berikut petikan isi surat tersebut:
Mah, kalau misalnya Eneng punya salah sama Mamah, maaf ya. Eneng nggak bermaksud nyakitin hati Mamah. Itu tuh waktu Eneng lagi emosi, lagi marah. Pak, maaf juga kalau Eneng ada salah sama Bapak. Maaf teh (menyebutkan nama) Eneng minta maaf kalau selama ini suka tidak sopan, culudur (tidak sopan), suka marah-marah. Itu semua Eneng lakukan waktu sedang emosi, maaf ya.
Dan teruntuk guru di sekolah, A (nama korban) minta maaf kalau punya salah sama Ibu-bapak semuanya. Dan untuk teman-teman sekelas, emm… A cuma bisa memaafkan buat yang tidak suka nyindir-nyindir A, kayak (menyebutkan empat nama teman sekelas). Yang selebihnya, kalau mau dimaafkan, datang saja ke rumah langsung bicara sama mamah A.
A bukan tidak mau memaafkan kalian atau A bukan dendam, tapi A sudah berusaha memaafkan kalian-kalian yang sering bikin hati A sakit, entah lewat perkataan, perilaku, tapi tidak perkataan mah sering oleh A didapatkan dari si (menyebutkan nama), tidak tahu salah A apa, tapi A merasa (menyebutkan nama) suka sundar sindir ke A, kayak kejadian yang (menyebutkan nama) bilang, “Paeh we, paeh lah” (“mati aja, mati lah”), itu bikin A benar-benar sakit hati.
(Menyebutkan nama), kamu tahu enggak sih waktu kemarin kamu ngadu domba aku, dari situ aku di bikin hancur sehancur-hancurnya. Padahal aku udah nganggep kamu kayak kakak sendiri.
Ini Eneng enggak ngarang atau apa-apa, Eneng cuma pengen nyampein pendapat hati eneng yang udah banyak terluka. Bukan baper bukan apa, tapi Eneng sudah dibuat sakit ku perkataan teman-teman di kelas. Oleh perkataannya, sikap, Eneng sudah capek, Eneng cuman pengen ketenangan. Sebenarnya Eneng pengen pindah sekolah, tapi mamah dan bapak enggak punya uang. Eneng jadi tidak mau sekolah, karena suasana kelas yang seakan nyuruh eneng untuk pergi
Eneng sayang Mamah, Bapak. I love you
Sebenernya masih banyak cerita teh, tapi segini aja we babay
Baca Juga: Siswi MTs di Sukabumi Ditemukan Tergantung Tak Bernyawa, Ada Pesan untuk Sahabat di Sekolah
RS, tetangga yang masih kerabat korban, membenarkan bahwa surat tersebut ditulis oleh korban. “Dari surat itu keluarga menyimpulkan dugaan bully yang dialami korban, hingga almarhumah bertindak nekat,” ucap RS kepada sukabumiupdate.com, Rabu (29/10/2025).
“Walaupun masih dugaan, kami berharap informasi ini diselidiki pihak hukum untuk menjelaskan fakta. Kalau memang benar terjadi bully, harus ada penanganan hukum. Kita tidak ingin kasus ini berulang lagi dan lagi,” bebernya.
Menurut RS, keluarga korban menolak otopsi karena sudah menerima kejadian ini sebagai takdir. Jenazah almarhum langsung dimakamkan Rabu pagi di pemakaman umum terdekat.
“Bapaknya merantau kerja di Kalimantan, kakaknya juga kerja di luar sukabumi. Korban selama ini tinggal bersama ibu dan neneknya, mereka membuka warung kecil-kecilan di sini,” pungkas RS.
Korban lahir di Sukabumi pada 8 Juni 2011 merupakan anak dari pasangan Ed dan I. Ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa, Selasa malam sekitar pukul 23.15 WIB oleh sang nenek yang hendak mengambil air wudhu.
Kejadian tersebut langsung dilaporkan kepada aparat desa dan pihak kepolisian. Petugas gabungan yang terdiri dari Camat Cikembar, Satpol PP, Polsek, Babinsa/Koramil, Pemerintah Desa Bojong, serta tim dari Puskesmas Cikembar segera mendatangi lokasi untuk melakukan asesmen dan koordinasi lanjutan.
Hingga berita ditayangkan, redaksi masih berupaya meminta informasi dari aparat penegak hukum terkait kejadian ini.
Catatan redaksi: Berita ini ditulis dengan tujuan memberikan informasi kepada publik. Redaksi tidak bermaksud mengglorifikasi atau mendorong tindakan mengakhiri hidup dalam bentuk apa pun. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki kecenderungan mengakhiri hidup atau masalah kesehatan mental segera cari bantuan dari tenaga profesional, keluarga, atau layanan yang disediakan pemerintah.





