SUKABUMIUPDATE.com - Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Sukabumi tengah mengusut kasus persekusi atau amuk massa yang dialami GS (16), remaja di Kecamatan Cikidang. Aksi main hakim sendiri itu membuat GS mengalami luka fisik dan trauma.
Kasatreskrim Polres Sukabumi, Iptu Hartono, mengatakan penyelidikan kasus ini telah naik ke tahap penyidikan. "Hari ini progres naik sidik. Pemeriksaan sedang berjalan, dan sudah ada 10 orang yang diperiksa," ujarnya, saat dikonfirmasi sukabumiupdate.com Selasa (11/8/2025).
Sementara itu, Kuasa hukum korban dari LBH Darmaputra Jayakarta, Heros Rosidin, turut mendampingi keluarga GS saat mendatangi Polres Sukabumi pada Senin 11 Agustus 2025 malam. "Kami hanya memastikan proses hukum berjalan lancar dan ada kepastian hukum demi keadilan bagi klien saya," kata Heros.
Baca Juga: Sungai Ciparanje Meluap, Ratusan Hektar Sawah di Tegalbuleud Sukabumi Terendam
Ia mengungkapkan, sebagian terduga pelaku sudah dipanggil polisi. 'Sejauh ini ada yang dipanggil, tetapi kami belum memastikan apakah mereka diperiksa sebagai saksi atau tersangka. Yang kami lihat malam itu baru empat orang," jelasnya.
Adapun terkait dengan kondisi psikologis korban GS saat ini, Heros menyebut korban masih trauma. "Kalau dilihat dari sisi psikologis, dia sangat murung dan trauma," ungkapnya.
Heros juga berharap kepada pihak kepolisian dapat menegakkan hukum secara adil. "Pengeroyokan dan main hakim sendiri tidak dibenarkan. Kami ingin kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pihak," tegasnya.
Baca Juga: DPMPTSP Beberkan 2 Poin Instruksi Bupati Sukabumi soal Pengawasan dan Validasi Perizinan
Korban Amuk Massa Dituduh Maling Motor
Pasca insiden persekusi, kondisi GS (16 tahun), remaja asal Kampung Tipar, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, masih memprihatinkan. Lebam di wajah, luka di kepala, dan penglihatan kabur masih ia rasakan.
Peristiwa persekusi terjadi pada Jumat, 8 Agustus 2025 dini hari, ketika GS hendak mengantarkan dompet dan KTP milik ayahnya, Nandin Sallahudin (43 tahun), yang akan bekerja ke Kepulauan Seribu, Jakarta.
"Kondisinya sekarang penglihatan masih kabur, kepala pusing, dan di wajah masih ada bengkak. Kena pukulan benda atau apa gak tahu ya karena belum tahu di pukulnya pakai apa. Kalau melihat kayak gini saya sebagai ayahnya sangat was-was juga seperti itu kalau melihat kondisi anak," Kata Nandin saat ditemui di rumahnya, Senin (11/8/2025).
Baca Juga: APBD Perubahan Jabar 2025 Fokus Perkuat Infrastruktur dan Pendidikan
Nandin berharap anaknya bisa mendapatkan perawatan terbaik, sebab kondisi ekonomi keluarganya serba pas-pasan. "Kalau BPJS ada sudah di cek aktif, tapi saya minta yang terbaik untuk pengobatannya. Saya kerja serabutan, kadang ada kerjaan kadang nggak, kadang sampai berbulan-bulan nganggur. Rumah yang ditempati ini pun rumah orang tua saya," ujarnya.