SUKABUMIUPDATE.com - GS (16), remaja asal Kampung Tipar, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, menceritakan detik-detik mencekam saat dirinya menjadi korban amuk massa karena dituduh mencuri motor. Padahal kala itu ia hanya sedang mengantar dompet ayahnya yang tertinggal di rumah.
Peristiwa terjadi pada 8 Agustus 2025, dini hari. GS mengaku baru saja mengantar ayahnya bekerja ke Kepulauan Seribu, berangkat dari Terminal Pajagan, Cikidang. Namun sang ayah lupa membawa dompet dan KTP, sehingga GS diminta pulang untuk mengambilnya.
“Jam 03.15 saya mengantar ayah kerja ke Terminal Pajagan. Pas perjalanan pulang, tiba-tiba ada dua orang, satu bawa mobil, satu lagi jalan kaki. Mobil itu seperti mau menyerempet saya. Saya tancap gas, tapi yang jalan kaki teriak ‘tewak!’ (tangkap). Di depan sudah ada dua orang menunggu, satu bawa gantar bambu,” tutur GS kepada sukabumiupdate.com.
Baca Juga: Banjir Besar di Ciseureuh Kota Sukabumi Gegara Sampah, Bobby: Itu yang Kita Takutkan
Ia kemudian berhenti dan langsung dimaki. Meski sudah menjelaskan bahwa dirinya hanya ingin mengantar dompet dan KTP, penjelasannya diabaikan. Motor yang ia bawa diseret hingga terjatuh, lalu dirinya dipukuli.
“Mereka tanya, apakah saya teman yang nyolong motor. Saya jawab tidak kenal. Tapi mereka tetap memukul berkali-kali. Mereka bilang, ‘Mau anak siapa pun, mau anak jenderal juga, pokoknya kamu dibunuh!’,” ungkapnya.
GS mengaku diseret ke dekat lokasi yang ada pom mini, diikat, lalu dipukul sambil diancam akan dibunuh. "Saya sempat bilang lagi, ‘Pak, saya mau antar dompet, ayah mau kerja ke pulau’. Enggak ada yang percaya. Malah saya dipukul lagi. Mereka bilang, kalau saya enggak mengaku, saya mau dibunuh di depan bapak,” ujarnya.
Baca Juga: KDM Ancam Tahan Bantuan Provinsi bagi Daerah yang Lalai Tangani Sampah
Penganiayaan semakin brutal. GS mengaku jaketnya robek akibat tarikan, tubuhnya lebam, dan ia disiram air got hingga lukanya terasa perih. "Sudah mah luka disiram pakai air got itu otomatis luka saya perih. Sudah disiram saya juga dipukuli lagi," kata GS.
Aksi kekerasan baru berhenti setelah para pelaku menyadari bahwa GS salah sasaran. "Di kerumunan itu kebetulan ada saudara saya lewat. Kami saling menyebut nama-nama keluarga untuk memastikan itu saya. Orang yang membela saya juga hampir dipukul. Benar-benar berhenti setelah nenek dan keluarga datang. Lalu saya dibawa ke dokter sama orang yang kehilangan motornya," ungkapnya.
Keluarga Pelaku Datang dan Laporan Polisi
Ibu korban, Imas Solihat (38), mengungkapkan anaknya mengaku pasrah meski nyawa terancam. Imas menuturkan, saat tiba di rumah GS dalam kondisi mengenaskan dengan wajah lebam, benjolan di kepala, dan rasa sakit di dada.
Baca Juga: Mengenal Dua Sosok Wakil Rakyat Asal Sukabumi yang Terjerat Korupsi
"Iya kan pas pulang ke rumah mah udah di bersihin, sudah dibawa ke dokter katanya, jadi ke rumah mah lebam-lebam, darah udah nggak ada gitu, udah dibersihin, darah nggak ada, lebam lebam banyak, disini ada benjolan kepala sakit katanya, dada sakit katanya, iya ka sing sabar sing sabar kak, diusap pundaknya sama saya, GS ini anak pertama dari tiga bersaudara," ucapnya.
Menurut Imas, keluarga pelaku sempat datang untuk meminta maaf, namun ia menegaskan proses hukum harus tetap berjalan. “Harusnya warga memastikan dulu sebelum bertindak. Jangan main hakim sendiri,” tegasnya.
Imas berharap putranya segera pulih secara fisik dan mental tanpa trauma berkepanjangan. "Ya mudah mudahan anak saya cepat sehat secara fisik dan mentalnya, nggak ada trauma trauma. Untuk kasusnya iya saya sudah lapor polisi," ujarnya.
Baca Juga: Kerajinan Bambu Sukabumi Karya Suhendi Tembus Pasar Australia hingga Korea
Saat dikonfirmasi pada Sabtu (9/8/2025). Kanit Jatanras Satreskrim Polres Sukabumi Ipda MGS Irlansyah membenarkan laporan tersebut. "Iya betul, kemarin (malam tadi) kita cek TKP dan membawa korban ke rumah sakit untuk visum. Hari ini rencana kita lakukan penyelidikan lebih lanjut," ujarnya.