SUKABUMIUPDATE.com - Pekan 20-27 September 2025 menjadi periode yang penuh gejolak di ranah digital Indonesia. Platform X dan media sosial lainnya dibanjiri diskusi yang mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap kebijakan domestik serta respons cepat terhadap isu kemanusiaan global.
Lima isu utama ini tidak hanya mendominasi volume perbincangan, tetapi juga menciptakan gelombang engagement dan polarisasi yang signifikan. Keresahan sosial, politik, dan kemanusiaan tampak saling terkait, menunjukkan dinamika publik yang semakin kritis.
1.Skandal Keracunan Massal Makanan Bergizi (MBG): Bencana di Program Unggulan
Isu yang paling mengguncang adalah skandal Keracunan Massal dalam program unggulan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah, khususnya di Jawa Barat. Laporan mengejutkan menyebut lebih dari 2.000 siswa dilarikan ke rumah sakit akibat mual dan muntah setelah mengonsumsi MBG. Netizen dengan cepat menyoroti dugaan korupsi dalam pengadaan dan buruknya pengawasan kualitas makanan, menyulut tagar #MBG dan #KeracunanMBG hingga trending. Kritik tajam diarahkan kepada pemerintah yang dinilai terburu-buru meluncurkan program tanpa jaminan keamanan pangan dan infrastruktur yang memadai. Tragedi ini bukan hanya tentang kesehatan, tetapi juga memicu perdebatan serius tentang prioritas anggaran negara.
Kekhawatiran orang tua terekspresikan secara masif. Netizen membanjiri lini masa dengan foto-foto makanan yang diduga basi atau tidak layak, menuntut investigasi menyeluruh dan transparansi data kontraktor. Sentimen ketidakpercayaan terhadap pelaksanaan kebijakan publik pun menguat. "Program MBG ini seharusnya jadi berkah buat anak-anak, tapi malah jadi bencana. Siapa yang bertanggung jawab atas ribuan siswa yang keracunan? Pemerintah harus buka data kontraktor dan audit menyeluruh!"– Dr. (HC) dr. Hj. Hasriadi, MARS, aktivis kesehatan masyarakat, dalam cuitan di X (25 September 2025).
2. Gelombang Protes Anti-Pemerintah dan Represi: Suara Rakyat di Jalanan
Ketidakpuasan publik memuncak menjadi Gelombang Protes Besar-besaran di Jakarta, Bandung, dan kota-kota besar lainnya. Pemicunya beragam: pemotongan anggaran pendidikan, kenaikan pajak properti hingga 300%, dan tunjangan mewah bagi anggota DPR. Aksi yang melibatkan buruh, petani, dan mahasiswa ini disambut dengan penangkapan lebih dari 3.000 demonstran, yang langsung memicu kecaman keras dari netizen.
Tagar #ReformasiDikorupsi menjadi seruan utama. Warganet menyebut ini sebagai "gelombang kedua" protes yang menyoroti dugaan pelanggaran HAM oleh aparat dan memburuknya ketimpangan ekonomi. Video-video bentrokan yang viral memperkuat narasi ketidakpuasan terhadap rezim yang berkuasa. Diskusi terpolarisasi, namun dukungan untuk pembebasan demonstran mendominasi. Para aktivis dan influencer membagikan petisi online, menguatkan narasi bahwa janji-janji reformasi telah dikhianati oleh elite politik.
"Rakyat lapar, pendidikan dipotong, pajak naik, tapi DPR dapat tunjangan miliaran. Ini bukan pemerintahan untuk rakyat, ini pemerintahan untuk kroni!"– Ananda Badudu, aktivis dan mantan jurnalis, dalam utas di X (23 September 2025).
Baca Juga: Bumi Sakinah, Pemkab Bangun 780 Rutilahu Warga Sukabumi di HJKS ke-155
3. Solidaritas Palestina: Menuntut Aksi Nyata dari Pemerintah
Di tengah isu domestik, Konflik Palestina-Israel kembali memantik Solidaritas Kuat dari netizen Indonesia, terutama setelah adanya serangan terhadap kapal bantuan kemanusiaan ke Gaza. Publik digital mengkritik keras sikap pemerintah Indonesia yang dianggap kurang tegas dalam mendukung solusi dua negara.
Tagar #FreeGaza dan #Palestina trending, menjadi wadah bagi netizen untuk membagikan informasi, video kekerasan, dan seruan boikot produk yang diduga terafiliasi Israel. Isu ini diperkuat oleh aksi solidaritas diaspora Indonesia di Eropa, menunjukkan bahwa nilai kemanusiaan dan peran Indonesia di kancah global menjadi perhatian utama.
Engagement postingan Palestina sangat tinggi. Banyak akun populer berbagi ajakan donasi untuk Gaza dan konten edukasi tentang akar konflik, menunjukkan bahwa isu ini bukan hanya soal emosi, tetapi juga literasi politik global. "Indonesia harus lebih keras bersuara untuk Palestina. Bukan cuma retorika, tapi aksi nyata: hentikan perdagangan dengan entitas yang dukung zionisme!" – Ustadz Felix Siauw, penceramah, dalam cuitan di X (24 September 2025).
Baca Juga: Gawat! Sumber Oksigen Terbesar di Bumi Terancam Polusi, Ini Organisme Laut yang Jadi Pahlawan Kita
4. Polemik Penyitaan Buku dan Hukum Beragama: Pergulatan Kebebasan Intelektual
Kontroversi Penyitaan Buku yang dianggap "melanggar norma agama" oleh otoritas tertentu memicu perdebatan sengit tentang kebebasan berekspresi versus penerapan hukum berbasis agama.
Netizen terbelah tajam. Sebagian menganggapnya sebagai perlindungan nilai, sementara yang lain mengecamnya sebagai sensor dan ancaman terhadap kebebasan intelektual. Diskusi ini bersinggungan dengan kekhawatiran yang dijuluki "Turkifikasi," yaitu kekhawatiran tentang pengikisan identitas lokal oleh pengaruh budaya asing. Tagar #KebebasanBerpikir dan #Syariah mencerminkan polarisasi antara kelompok progresif dan konservatif tentang arah masa depan kebijakan negara.
Akademisi, penulis, dan aktivis terlibat dalam utas panjang yang membahas dampak sensor terhadap perkembangan bangsa. Banyak netizen membagikan daftar buku yang disita sebagai bentuk protes terhadap pembatasan berkreasi."Menyita buku itu sama dengan membakar pikiran. Kalau kita takut pada ide, bagaimana kita bisa maju sebagai bangsa?" – Goeby, penulis dan kolumnis, dalam cuitan di X (22 September 2025).
Baca Juga: Hasim Adnan Bareng Pansus Bahas Raperda Tata Kelola BUMD Bersama Kemendagri
5. Cengkeraman Krisis Ekonomi: PHK, Kenaikan Pajak, dan Biaya Hidup
Isu Krisis Ekonomi menjadi beban nyata. PHK massal, tuntutan buruh terhadap kontrak kerja zero-hour yang eksploitatif, dan kenaikan pajak properti memicu luapan kemarahan di dunia maya. Netizen menyebut kenaikan harga ini sebagai "gentrifikasi ekonomi" yang mencekik kelas menengah ke bawah, bahkan sampai pada kenaikan harga barang bekas (thrift shop). Program makan siang gratis yang sebelumnya disorot karena skandal MBG, kembali dikritik karena food waste dan inefisiensi anggaran. Tagar #TolakPHK dan #EkonomiRakyat menjadi trending, didominasi diskusi tentang upah minimum dan pelebaran jurang ketimpangan sosial.
Ribuan netizen berbagi cerita personal tentang dampak PHK dan sulitnya mencari nafkah, memperkuat narasi bahwa kondisi ekonomi riil jauh dari klaim pemerintah. Meme satir tentang "hidup semakin susah" menjadi populer sebagai bentuk kritik halus. "Buruh di-PHK, pajak naik, harga thrift shop pun gila. Pemerintah bilang ekonomi stabil, tapi rakyat yang rasain susahnya!" – Said Iqbal, Presiden KSPI, dalam cuitan di X (26 September 2025).
Baca Juga: DPRD Jabar Minta Pemprov Maksimalkan Perlindungan Hak Disabilitas
Arah Sentimen Publik
Secara keseluruhan, sentimen netizen Indonesia pada pekan ini didominasi oleh kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah (eksekutif dan legislatif), baik dalam tata kelola isu domestik (MBG, ekonomi, protes) maupun sikap luar negeri (Palestina). Isu-isu ini saling tumpang tindih, membentuk narasi tunggal tentang ketidakadilan sosial dan buruknya tata kelola.
Polarisasi yang terjadi di X mencerminkan pergulatan ideologis antara kelompok yang mendorong reformasi progresif dan mereka yang mempertahankan nilai konservatif. Pekan ini menjadi penanda bahwa tekanan publik untuk transparansi, akuntabilitas, dan keadilan sosial berada di titik didih.
Menurut Anda, isu manakah dari lima isu ini yang memiliki dampak jangka panjang terbesar bagi stabilitas sosial-politik Indonesia?