SUKABUMIUPDATE.com - Banjir limpasan menerjang permukiman warga Kampung Gang Metro RT 01/RW 03, Desa Parungkuda, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut, Senin (29/12/2025). Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 14.30 WIB itu menyebabkan air masuk ke sejumlah rumah warga dan merusak aspal jalan.
Salah satu warga terdampak, Taufik Hidayat (48 tahun) mengungkapkan, bahwa banjir tersebut diduga berasal dari luapan air di wilayah atas permukiman. Ia menyebut kondisi ini kian parah sejak dimulainya proyek pembangunan perumahan tahap kedua di area tersebut.
“Dulu sebelum ada perumahan tahap dua, debit air tidak separah ini. Sekarang lahan sudah didoser (diratakan), belum ada bangunannya saja sudah seperti ini, apalagi nanti kalau sudah jadi, daerah resapan air hampir tidak ada,” ujar Taufik kepada sukabumiupdate.com.
Baca Juga: Longsor Putus Akses Desa dan Rusak Sawah di Nyalindung Sukabumi, Warga Butuh Alat Berat
Taufik menjelaskan, derasnya arus air yang meluap dari saluran drainase dan badan jalan secara bersamaan mengakibatkan aspal jalan terkelupas. Air kemudian masuk ke beberapa rumah warga, termasuk kediaman Ketua RW setempat.
“Airnya dari saluran air, dari jalan juga. Aspal sampai terkelupas, dan air masuk ke rumah Bu Neng sama rumah Pak RW,” ujarnya.
Ketinggian air yang merendam rumah warga bervariasi, bahkan di rumah Ketua RW dilaporkan mencapai 30 hingga 40 sentimeter atau setinggi lutut orang dewasa. Selain merendam rumah di RT 01/RW 03, air juga meluap melewati rel kereta api hingga menggenangi Jalan Gang Ojek.
Menurut Taufik, banjir ini bukan kali pertama terjadi. Setiap hujan intensitas tinggi turun, warga selalu diliputi kecemasan, terutama jika hujan terjadi pada malam hari.
“Sering kejadian. Kalau sudah hujan, saya sudah was-was. Yang paling terdampak itu rumah saya, warung, sama rumah yang di bawah,” ungkapnya.
Baca Juga: Petani Pastikan Banjir Limpasan Salabintana Tidak Berasal dari Lahan Garapan
Kekhawatiran tersebut semakin terasa ketika hujan turun pada malam hari. Ia menyebut, beberapa waktu lalu dirinya bersama orang tuanya sempat berjaga hingga dini hari karena takut air kembali masuk ke rumah.
“Kalau malam itu rasanya lebih khawatir. Pernah jam satu malam hujan gede, sampai hujan-hujanan juga sama orang tua, takut air masuk ke rumah,” katanya.
Meski banjir berangsur surut setelah hujan reda dan tidak ada kerusakan perabotan yang serius, warga tetap menuntut tanggung jawab pihak terkait. Taufik berharap pengembang perumahan tidak menutup mata dan segera mencari solusi jangka panjang.
“Minimal ada perhatian dari pihak perumahan. Turun ke lapangan, lihat langsung kondisinya seperti apa, terus ada solusi jalan keluarnya,” pungkasnya.





