SUKABUMIUPDATE.com - Mitos tentang hutan sebagai satu-satunya "paru-paru dunia" yang menyuplai oksigen bagi kehidupan perlu ditinjau kembali. Data ilmiah dari badan antariksa global, NASA, dan lembaga kelautan terkemuka, NOAA, secara tegas mengungkap bahwa sumber oksigen terbesar di Bumi bukanlah pepohonan, melainkan lautan.
Fakta mengejutkan ini menunjukkan bahwa sekitar 50 hingga 80% oksigen yang kita hirup setiap hari dihasilkan oleh fitoplankton, organisme mikroskopis yang hidup mengapung di permukaan samudera. Sama seperti tanaman darat, fitoplankton melakukan fotosintesis, mengubah sinar matahari dan karbon dioksida menjadi energi dan melepaskan oksigen sebagai produk sampingan.
"Meskipun ukurannya sangat kecil, biomassa kolektif fitoplankton sangatlah masif, menjadikan mereka penyokong utama kehidupan di Bumi," jelas laporan dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Kontribusi masif inilah yang menjadikan lautan sebagai pabrik oksigen global yang sesungguhnya.
Pergeseran Peran: Hutan sebagai Penjaga Iklim Kritis
Lalu, bagaimana peran hutan? Pernyataan ini sama sekali tidak mengecilkan pentingnya hutan. NASA menekankan bahwa peran hutan, terutama hutan hujan tropis, kini lebih kritis sebagai "penyedot karbon" (carbon sink) utama di daratan.
Dalam konteks krisis iklim saat ini, fungsi hutan dalam menyerap karbon dioksida (CO2) dalam skala besar sangat vital untuk menyeimbangkan atmosfer dan melawan pemanasan global. Selain itu, hutan tetap menjadi benteng keanekaragaman hayati dan pengatur siklus air yang tak tergantikan.
Mengetahui bahwa lautan adalah sumber oksigen utama memicu alarm darurat terkait konservasi. Populasi fitoplankton sangat rentan terhadap tiga ancaman global (Ilustrasi:AI)
Alarm Darurat untuk Lautan dan Iklim
Mengetahui bahwa lautan adalah sumber oksigen utama memicu alarm darurat terkait konservasi. Populasi fitoplankton sangat rentan terhadap tiga ancaman global: perubahan iklim (yang memanaskan air laut), pengasaman air laut (akibat penyerapan CO2 berlebih), dan polusi plastik. Gangguan sekecil apa pun pada ekosistem laut dapat mengancam pasokan oksigen global secara langsung.
Oleh karena itu, tindakan konservasi tidak lagi bisa memilih salah satu. Melindungi lautan adalah kunci untuk menjamin kita terus memiliki udara bersih, sementara melestarikan hutan adalah jaminan untuk mengamankan stabilitas iklim di masa depan. Keduanya adalah sistem pendukung kehidupan yang terikat erat dan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia.
Selama ini, kita terbiasa mendengar bahwa hutan hujan tropis adalah "paru-paru dunia" yang bertanggung jawab atas sebagian besar oksigen yang kita hirup. Namun, data ilmiah dari lembaga otoritatif seperti NASA dan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menyajikan fakta yang jauh lebih menakjubkan: sumber oksigen terbesar di Bumi justru berasal dari lautan. Diperkirakan 50 hingga 80% oksigen global diproduksi oleh fitoplankton, organisme mikroskopis yang mengambang di permukaan air laut. Mikroorganisme ini melakukan fotosintesis layaknya pepohonan di darat, mengubah karbon dioksida dan sinar matahari menjadi energi sambil melepaskan oksigen dalam skala yang sangat masif, menjadikan lautan sebagai pabrik oksigen global yang sesungguhnya.
Meskipun lautan adalah produsen oksigen utama, ini tidak lantas mengecilkan peran krusial hutan. Faktanya, hutan memegang peran yang kini lebih penting sebagai penyedot karbon (carbon sink) terbesar di daratan, sebuah fungsi yang sangat vital dalam upaya mitigasi perubahan iklim global.
Baca Juga: Sal Priadi Ajak Nostalgia Bareng di Memomemoria 2025, Festival 3 Hari Penuh Kenangan di Jakarta!
Sementara fitoplankton menjaga kita tetap bernapas, hutan berfungsi untuk menstabilkan atmosfer dengan menyerap CO2 secara masif, sekaligus menjaga keanekaragaman hayati dan mengatur siklus air. Oleh karena itu, ekosistem darat dan laut bekerja dalam sistem kemitraan yang seimbang, di mana keduanya saling mendukung dan memastikan stabilitas lingkungan yang kita butuhkan untuk bertahan hidup.
Pemahaman baru ini membawa sebuah peringatan serius: ekosistem laut yang menghasilkan oksigen kita kini berada dalam ancaman ganda. Pemanasan air laut akibat perubahan iklim dan polusi plastik mengancam populasi fitoplankton, berpotensi mengganggu pasokan oksigen global di masa depan. Kita tidak bisa hanya fokus menyelamatkan satu ekosistem saja; menjaga kesehatan lautan sama pentingnya dengan melestarikan hutan. Melalui konservasi terpadu mengurangi emisi, melawan polusi, dan melindungi habitat kita dapat memastikan bahwa kedua "paru-paru" Bumi ini tetap berfungsi optimal demi kelangsungan hidup umat manusia dan stabilitas planet.
(Sumber: Berbagai sumber)