Jangan Pukul Pantat Anak, Kenali 4 Dampak Buruk dan Solusi Lebih Bijak

Sukabumiupdate.com
Selasa 30 Sep 2025, 13:00 WIB
Jangan Pukul Pantat Anak, Kenali 4 Dampak Buruk dan Solusi Lebih Bijak

Ilustrasi dampak buruk memukul pantat anak (Sumber: Freepik/@jcomp)

SUKABUMIUPDATE.com - Mendidik anak memang membutuhkan kesabaran ekstra, terutama saat ia melakukan kesalahan. Tak sedikit orang tua yang masih menerapkan hukuman fisik, seperti menjewer atau memukul pantat anak, dengan harapan anak menjadi jera. Namun, cara ini ternyata bukan solusi yang tepat. Alih-alih membuat anak disiplin, memukul justru membawa dampak buruk bagi perkembangan fisik maupun mentalnya.

Bolehkah Memukul Pantat Anak?

Hukuman fisik sering dianggap sebagai cara cepat untuk mendisiplinkan anak. Namun, banyak penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ini justru tidak efektif. Menurut studi dari American Academy of Pediatrics, memukul pantat dapat meningkatkan risiko anak menjadi agresif, mengalami gangguan mental, hingga meniru perilaku kekerasan tersebut pada orang lain.

Semakin sering anak dipukul, orangtua biasanya merasa perlu meningkatkan intensitas atau kekerasan pukulan agar anak “patuh”. Akibatnya, risiko kekerasan pada anak bisa semakin besar. Anak pun tidak memahami letak kesalahannya, melainkan hanya belajar untuk takut pada hukuman.

Baca Juga: Cantik Gak Harus Putih, Lakukan 6 Perawatan Ala Korea Ini Agar Kulit Sehat dan Bercahaya

Dampak Negatif Memukul Pantat Anak

Meski sebagian orang tua menganggap memukul pantat adalah hal biasa, kenyataannya ada banyak dampak buruk yang mengintai anak, di antaranya:

1. Anak Meniru Perilaku Kekerasan

Anak adalah peniru ulung. Bila orangtua menggunakan kekerasan sebagai cara mendidik, anak bisa menganggap memukul adalah solusi ketika ia marah atau kecewa. Bukan tidak mungkin ia akan melakukan hal serupa kepada teman, adik, atau bahkan kelak pada anaknya sendiri.

2. Anak Lebih Agresif

Penelitian menunjukkan anak yang sering dihukum fisik lebih rentan tumbuh menjadi pribadi agresif. Saat emosi, ia bisa melampiaskannya dengan memukul atau menyakiti orang lain. Selain itu, mereka juga lebih mudah mengalami gangguan perilaku dan masalah kesehatan mental saat dewasa.

3. Membuat Anak Minder dan Tidak Percaya Diri

Pukulan yang disertai kata-kata kasar dapat melukai hati anak. Jika dilakukan di depan orang lain, rasa malunya bisa semakin besar. Anak merasa tidak berharga, takut mencoba hal baru, dan kesulitan bersosialisasi. Perlahan, kepercayaan diri anak pun menurun.

Baca Juga: Satpol PP Sukabumi Tegaskan Pentingnya Trantib, Dorong Sinergi dengan Kecamatan

4. Merusak Hubungan Orangtua dan Anak

Rasa sakit akibat dipukul bisa membuat anak menjauh dari orang tuanya. Ia mungkin enggan mendengarkan atau bahkan melawan. Komunikasi menjadi renggang, dan hubungan emosional antara orangtua dan anak ikut terganggu. Padahal, hubungan yang hangat sangat penting agar anak mau terbuka dan percaya pada orangtuanya.

Cara Lebih Baik untuk Mendisiplinkan Anak

Mengasuh anak tanpa hukuman fisik memang tidak mudah, apalagi ketika emosi sedang memuncak. Namun, ada banyak cara yang lebih sehat dan efektif, misalnya:

  • Gunakan metode time out. Saat anak berbuat salah, minta ia masuk ke kamar sejenak untuk menenangkan diri dan merenungi perbuatannya. Setelah tenang, ajak ia bicara tentang kesalahannya.
  • Berikan konsekuensi yang bermanfaat. Misalnya, jika anak mencoret dinding, hukumannya adalah membersihkan dinding tersebut. Dengan begitu, anak belajar bertanggung jawab atas tindakannya.
  • Jadilah teladan. Anak lebih mudah meniru dibanding mendengar nasihat. Tunjukkan sikap sabar, jujur, dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
  • Gunakan komunikasi positif. Alih-alih memukul, ajak anak berdiskusi dengan nada lembut. Berikan pujian ketika ia berperilaku baik agar ia termotivasi mengulanginya.

Memukul pantat anak mungkin terlihat sepele, tapi dampaknya sangat besar. Dari meningkatkan perilaku agresif, menurunkan rasa percaya diri, hingga merusak hubungan emosional dengan orangtua.

Daripada menggunakan hukuman fisik, ada banyak cara yang lebih baik untuk mendidik anak, seperti memberikan konsekuensi logis, menggunakan metode time out, atau memberi contoh nyata. Dengan begitu, anak belajar memahami kesalahannya tanpa harus merasa sakit atau terhina.

Baca Juga: Tidak Hanya Bikin Kulit Awet Muda: Ini 5 Manfaat Kolagen untuk Tubuh

Mengasuh anak memang penuh tantangan, tetapi pendekatan penuh kasih dan komunikasi yang sehat akan jauh lebih efektif dibandingkan hukuman fisik. Ingat, tujuan mendidik bukan sekadar membuat anak patuh, melainkan membimbingnya menjadi pribadi yang bertanggung jawab, percaya diri, dan berempati.

Sumber: hellosehat

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini