15 Contoh Rarakitan: Puisi sunda Penuh Makna, Nomor 7 Bikin Banjir Air Mata!

Sukabumiupdate.com
Selasa 30 Sep 2025, 11:42 WIB
15 Contoh Rarakitan: Puisi sunda Penuh Makna, Nomor 7 Bikin Banjir Air Mata!

Rarakitan ini bukan sekadar puisi kuno. Rarakitan adalah sisindiran (pantun) khas Sunda yang cerdas, jenaka, namun menyimpan filosofi hidup yang mendalam. (Ilustrasi AI: ChatGPt)

SUKABUMIUPDATE.com - Bayangkan kembali ke era sebelum scroll media sosial jadi kegiatan utama. Saat itu, kakek-nenek kita punya "media sosial" mereka sendiri, Namanya Rarakitan! Ini bukan sekadar puisi kuno. Rarakitan adalah sisindiran (pantun) khas Sunda yang cerdas, jenaka, namun menyimpan filosofi hidup yang mendalam. Ibarat meme zaman purba, ia punya kekuatan magis untuk menyentil, menghibur, dan bahkan menyentuh hati tanpa perlu banyak menerangkan dalam kata dengan narasi panjang.

Rarakitan adalah bentuk puisi yang unik, di mana baris pertama dan kedua (disebut cangkang atau sampiran) tidak berhubungan dengan isi, tapi harus bersajak dengan baris ketiga dan keempat (disebut eusi atau isi). Pola khas ini menciptakan irama dan kejutan yang asyik!

Sudah siap terhanyut dalam kearifan lokal yang abadi? Yuk, kita bedah 15 contoh rarakitan yang bakal bikin harimu lebih berwarna dan hidupmu lebih bermakna!

Baca Juga: Hati-hati Dia Kembali! Mariah Carey Siap 'Hancurkan' Chart Musik dengan 'Here for It All'

Kumpulan Rarakitan Penuh Inspirasi (Cinta, Semangat, & Kehidupan)

  1. Rarakitan Semangat Juang

Ka pasar meuli bako jeung gula,

Bako mah meuli di Mang Udin.

Hirup kudu boga cita-cita,

Ulah eureun najan ripuh teuing.

Makna: Mengajak untuk selalu memiliki tujuan dan pantang menyerah, sekusut apa pun perjalanan hidupmu.

  1. Rarakitan Cinta Orang Tua

Sawah lega di kebon awi,

Cangkang kadu dijadikeun suluh.

Indung bapa saban dinten digawé,

Nafkah barudak sanés pamulih.

Makna: Menggambarkan pengorbanan orang tua yang bekerja keras demi anak-anaknya, berbakti bukanlah hal yang bisa dinilai harganya.

  1. Rarakitan Persahabatan Sejati

Jalan satapak deukeut lembur,

Lembur sepi loba tangkal sampeu.

Babaturan nu satia kacatur,

Dina susah jeung senang sok ngarangkul.

Makna: Menekankan arti persahabatan sejati yang teruji, yaitu yang selalu ada untuk saling merangkul dalam suka dan duka.

Baca Juga: Bahaya! Parkir di Jalur Lingsel Kota Sukabumi, Satu Mobil Dibobol Maling Modus Pecah Kaca

  1. Rarakitan Menjaga Alam Lestari

Ka Cirebon ku mobil sedan,

Di jalan loba anu keur macul.

Leuweung héjo sing dijaga-jaga,

Ngarah alam teu gancang ngagulagul.

Makna: Ajakan tegas untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan agar tidak cepat rusak atau binasa.

  1. Rarakitan Pendidikan Karakter

Ka ditu hayang meuli sapatu,

Sapatu anyar meunang meuli ti toko.

Barudak kudu diajar jujur,

Ngarah jadi manusa anu mulya.

Makna: Pentingnya menanamkan kejujuran dan adab yang baik sejak dini agar menjadi manusia yang mulia.

  1. Rarakitan Kritik Sosial Halus

Di sawah loba sora bangkong,

Bangkong ngakan hileud dina daun.

Jalan gedé loba anu bolong,

Rakyat leutik anu sok lila nungguan.

Makna: Kritik halus terhadap pembangunan infrastruktur (jalan) yang rusak, di mana rakyat kecil sering kali menjadi pihak yang lama menanti perbaikan.

  1. Rarakitan Rindu pada Orang Tua (Bikin Nangis!)

PERHATIAN: Siapkan tisu! Rarakitan ini adalah yang paling sering menyentuh emosi karena universalitas rasanya.

Ka Sumedang meuli kalapa,

Di jalan meuli kalapa muda.

Baheula mah aya ibu-rama,

Ayeuna mah kari caritana.

Makna: Menggambarkan kerinduan mendalam pada kasih sayang dan kehadiran orang tua (kasepuhan) yang sudah tiada. Perasaan dari yang "ada" menjadi "hanya tinggal cerita" inilah yang sangat menusuk hati.

Baca Juga: Tips Belanja Fashion Online Agar Tidak Salah Ukuran

  1. Rarakitan Kesederhanaan Hidup

Kembang malati dina jandéla,

Dianggo hiasan ku Neng Geulis.

Hirup téh saukur ulah loba kahayang,

Ngarah haté teu gancang tagiwur.

Makna: Mengajak untuk hidup sederhana dan tidak terlalu banyak keinginan, agar hati menjadi tenteram dan damai.

  1. Rarakitan Menjaga Kesehatan

Sangu haneut  terus nyoto,

Ngadahar soto dibarengan jeung tahu.

Ulah loba teuing dahar nu amis,

Ngarah awak jagjag salawasna.

Makna: Pentingnya menjaga pola makan sehat dan berolahraga, agar tubuh selalu sehat dan kuat.

  1. Rarakitan Cinta Tanah Air & Budaya

Tulis surat pake patlot,

Patlot meuli di toko buku.

Sunda budaya anu ajén,

Kudu dipiara salamina.

Makna: Ekspresi kebanggaan akan budaya Sunda yang bernilai tinggi dan ajakan untuk melestarikannya selamanya.

Baca Juga: Harga Tiket Timnas Indonesia vs Arab Saudi & Irak Mulai dari Rp30.000

  1. Rarakitan Keikhlasan

Nyatu ku leungeun katuhu,

Di gigir aya cai atah.

Ngalangkungan kahirupan ieu,

Kudu ikhlas, sabar tur pasrah.

Makna: Mengajarkan nilai keikhlasan, kesabaran, dan kepasrahan dalam menjalani takdir kehidupan.

  1. Rarakitan Harapan Masa Depan

Ka sawah nyandak gembolan,

Eusi gembolan aya kuéh bolu.

Harepan hirup urang sadaya,

Mugia diijabah ku Pangéran.

Makna: Ekspresi harapan dan doa agar segala cita-cita dan keinginan dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

  1. Rarakitan Kerja Keras

Kuring mah rék jalan-jalan,

Jalan-jalan ka kota Garut.

Gawe téh kudu getol pisan,

Ulah sok loba ngeluh.

Makna: Motivasi untuk bekerja keras dengan rajin dan tidak banyak mengeluh demi hasil yang maksimal.

  1. Rarakitan Persatuan

Hayu urang ngadahar buah,

Buahna beureum tina tangkal.

Urang Sunda kudu sauyunan,

Ngarah hirup silih nangtayungan.

Makna: Ajakan untuk bersatu dan saling melindungi (sauyunan dan silih nangtayungan) demi memperkuat persaudaraan.

  1. Rarakitan Syukur

Di kebon loba tatangkalan,

Aya tangkal kalapa jangkung.

Saban poé kudu syukur,

Ngarah hirup nambah untung.

Makna: Mengingatkan pentingnya bersyukur setiap hari atas nikmat yang diberikan, agar hidup selalu dilimpahi keberuntungan.

Baca Juga: Jelang Menghadapi Arab Saudi & Irak, Emil Audero Diragukan Tampil

Mengapa Rarakitan Nomor 7 Begitu Menyentuh?

Rarakitan nomor 7 (tentang kasepuhan yang tinggal cerita) bukan kebetulan membuat haru. Kekuatan emosinya terletak pada:

  1. Kontras yang Tajam: Baris eusi menciptakan drama emosional yang mendalam. Dari "Ti baheula aya kasepuhan" (dulu ada) menjadi "Ayeuna mah kari caritana" (sekarang tinggal ceritanya). Perubahan status ini melambangkan kehilangan yang tidak bisa kembali.
  2. Universalitas Rasa: Kehilangan dan kerinduan pada figur orang tua atau kasepuhan adalah rasa yang dialami oleh semua orang, menjadikannya sangat relevan dan menyentuh chord emosi yang paling pribadi.
  3. Keseimbangan Diksi: Pemilihan diksi "kasepuhan" tidak hanya merujuk pada orang tua, tapi juga kearifan dan kehadiran yang menenangkan, membuat rasa rindu itu semakin kompleks dan dalam.

Cara Gampang Bikin Rarakitan Keren Versi Sendiri

Mau mencoba menciptakan meme Sunda kuno yang therapeutic? Ikuti 4 langkah sederhana ini:

  1. Tentukan Isi (Eusi): Tuliskan dua baris tentang pesan inti (cinta, nasihat, kritik) yang kamu mau sampaikan. Misalnya: Hirup téh kudu lempeng jalan, ulah nepi ka béngkok.
  2. Cari Bunyi Sajak: Lihat akhiran baris isi. Dalam contoh di atas, akhirannya adalah "jalan" dan "béngkok".
  3. Buat Sampiran (Cangkang): Buat dua baris awal yang tidak ada hubungannya dengan isi, tapi harus berakhiran "jalan" (baris 1) dan "béngkok" (baris 2).
  4. Susun Jadi Rarakitan:
  5. Ka pasar meuli lauk pépékan, (Bunyi: an)
  6. Di jalan loba anu keur dagang. (Bunyi: ang)
  7. Hirup kudu lempeng pisan,
  8. Ulah nepi ka paréngpang.

Rarakitan bukan sekadar warisan budaya, tapi cara berpikir yang cerdas dan tulus. Cobalah buat sendiri, siapa tahu ia jadi terapi hati buat kamu!

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini