SUKABUMIUPDATE.com - Sejak zaman kuno, manusia telah merenungkan apa itu kebahagiaan dan bagaimana cara mencapainya. Dikutip dari psychology today Aristoteles mengaitkan kebahagiaan dengan hidup yang berbudi luhur, sementara para filsuf Abad Pertengahan percaya kebahagiaan berasal dari cinta kepada Tuhan. Di abad ke-18, Jeremy Bentham menegaskan bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam kesenangan pribadi.
Namun, pandangan kontemporer melihat kebahagiaan lebih luas sebagai sebuah mindset atau pola pikir. Jika kegembiraan (joy) adalah gelombang kesenangan sesaat, maka kebahagiaan adalah kemampuan untuk bangun dengan keyakinan bahwa hari kita penuh dengan kesempatan untuk hidup dengan tujuan dan rasa syukur. Saat menjalani hari, kebahagiaan kita tumbuh saat kita menyadari apa yang memberi kepuasan dan apresiasi.
Kenapa Banyak Orang Malas Mengejar Kebahagiaan?
Sayangnya, banyak orang merasa tidak layak untuk merasakan bahagia sehingga menyerah pada pencarian itu. Beberapa merasa mengejar kebahagiaan itu egois, seolah kebahagiaan pribadi selalu bertentangan dengan keinginan orang lain.
Baca Juga: 3 Doa Memohon Kemudahan dalam Menghadapi Segala Urusan Kehidupan
Carl Barney, penulis The Happiness Experiment, berpendapat bahwa kebahagiaan terlalu penting untuk diabaikan atau hanya menyerahkan pada keberuntungan. Menurutnya, kebahagiaan adalah ukuran kualitas hidup kita. Mengetahui apa yang membuat kita merasa baik bukan hanya sesaat, tapi juga apa hubungan, aktivitas, atau rutinitas yang membuat kita merasa berakar, bersyukur, atau terinspirasi membentuk identitas dan cara kita menjalani hidup.
Kebahagiaan sejati bukanlah sekadar mencari momen yang membuat kita merasa nyaman atau senang sesaat. Kebahagiaan adalah hidup yang selaras dengan nilai-nilai kita hidup yang bermakna, memberi energi, dan memuaskan.
Menunggu Kebahagiaan vs Menciptakan Kebahagiaan
Kita sering menganggap kebahagiaan sebagai bonus yang datang setelah semua pencapaian hidup terpenuhi: dapat gelar, dapat kerja, mulai keluarga, beli rumah. Lalu kita mengira kebahagiaan akan otomatis muncul. Ini disebut arrival fallacy keyakinan bahwa kita akan bahagia setelah mencapai milestone tertentu.
Padahal, peristiwa besar seperti promosi atau pembelian barang mewah hanya meningkatkan mood sesaat dan jarang memberi kebahagiaan berkelanjutan. Kebahagiaan bukan sesuatu yang kita “temukan” setelah semuanya selesai, melainkan sesuatu yang kita rencanakan dan rawat agar menjadi sumber yang terus ada dalam hidup.
Baca Juga: Bukan Hanya Perasaan: Ini 6 Emosi Dasar Manusia dan Peran Pentingnya dalam Hidup Kita
5 Cara Membuat Rencana Kebahagiaanmu Sendiri
1. Lakukan Inventarisasi Kebahagiaan
Renungkan sebulan terakhir, kapan kamu merasa paling hidup? Apa yang kamu lakukan, dengan siapa, dan kualitas apa dalam dirimu yang membuat momen itu berarti? Sebaliknya, kapan kamu merasa terkuras? Tujuannya adalah menemukan pola positif dan negatif dalam hidupmu.
2. Nilai Kehidupan Sehari-hari
Apakah hal-hal yang memberimu rasa puas dan bahagia hadir dalam rutinitas harian mu? Mungkin kamu sudah punya banyak momen syukur tanpa sadar. Catat dan rencanakan agar aktivitas ini bisa kamu ulangi. Atau mungkin kebahagiaanmu masih jarang muncul dan perlu kamu jadwalkan, misalnya waktu untuk berkreativitas, bertemu teman, atau berjalan di alam.
Baca Juga: Resep Nugget Sayur: Solusi Sehat untuk Anak yang Susah Makan Sayur!
3. Tetapkan Niat Kecil dan Spesifik
Tidak perlu mengubah hidup drastis. Mulailah dengan meluangkan 20 menit setiap hari untuk melakukan apa yang benar-benar membuatmu senang. Pilih berbagai aktivitas yang mendukung kesehatan, mempererat hubungan, memperdalam spiritualitas, menghargai lingkungan, atau menikmati kesenangan sederhana seperti membaca buku atau berkebun.
4. Pantau dan Refleksikan Aktivitasmu
Anggap rencana kebahagiaanmu sebagai eksperimen yang terus berkembang. Catat perkembanganmu dalam jurnal. Jangan terlalu keras pada diri jika ada waktu yang terlewat. Rayakan saat kamu memberikan hadiah kebahagiaan pada dirimu sendiri. Kamu mungkin menemukan bahwa apa yang dulu kamu kira membahagiakan, ternyata tidak begitu penting lagi. Sesuaikan jadwal mu seiring perubahan nilai dan keinginan.
Baca Juga: Daun Stevia: 9 Khasiat Kesehatan dari Pemanis Alami Pengganti Gula
5. Jaga Keseimbangan Hidup
Merencanakan kebahagiaan bukan berarti mengabaikan tanggung jawab. Justru, ketika hidup terasa lebih bermakna dan memuaskan, kamu menjadi lebih tangguh, hadir sepenuhnya, dan lebih terlibat dalam setiap tugas.
Kebahagiaan bukanlah hal yang sia-sia atau sesuatu yang harus “diperjuangkan” hingga layak mendapatkannya. Kebahagiaan adalah tekstur dalam kehidupan sehari-hari kita. Saat kamu bahagia, kamu bisa mencapai lebih banyak, dan energi positifmu menular ke orang-orang di sekitarmu.
Mulailah untuk sadar dan sengaja memasukkan kebahagiaan ke dalam agenda hidupmu. Perbarui rencana satu, tiga, atau lima tahun ke depan dengan memasukkan kebahagiaan sebagai prioritas. Bawa kebahagiaan ke dalam hidupmu hari ini, dan pastikan ia menjadi bagian dari masa depanmu.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Olahraga yang Bisa Mengurangi Beban Pikiran Stres
Sumber: psychology today