SUKABUMIUPDATE.com - Di Tiongkok, Generasi Z dengan bangga menyebut diri mereka sebagai “manusia tikus”, sebuah istilah slang yang merepresentasikan gaya hidup lamban dan minim energi sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya kerja yang melelahkan.
Alih-alih mengejar kesuksesan dan jadwal padat, mereka justru memilih untuk menghabiskan waktu seharian di tempat tidur, menunda-nunda pekerjaan, men scroll layar ponsel, tidur, dan memesan makanan siap saji.
Generasi Z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Gaya hidup “manusia tikus” kontras dengan tren Generasi Milenial yang hidup dengan bekerja keras seperti bangun pukul 5 pagi, pergi ke gym, dan menjalani hari yang teratur.
Baca Juga: Tingginya Mencapai 2,26 Meter, Wanita Cantik Asal Tiongkok Ini Kesulitan Cari Pacar
Sebaliknya, para “manusia tikus” di Tiongkok menjalani hidup dengan ritme lambat, menjauhi interaksi sosial, dan tidak menetapkan tujuan besar dalam hidup mereka.
Istilah Manusia Tikus Pertama Kali Muncul
Istilah ini mulai populer setelah sebuah video viral pada akhir Februari 2025 yang diunggah oleh seorang perempuan muda dari Provinsi Zhejiang, Tiongkok timur, dengan akun media sosial bernama @jiawensishi.
Dalam videonya, ia membagikan rutinitas harian yang sangat pasif seperti tetap berada di tempat tidur selama tiga jam setelah bangun tidur, mencuci muka, lalu tidur lagi selama lima jam.
Ia baru makan saat dibangunkan orang tuanya di malam hari, membongkar paket belanjaan tengah malam, dan baru mandi pukul dua pagi.
Baca Juga: Pengguna QRIS Tembus 56 Juta, Mayoritas Digunakan Pelaku UMKM hingga Gen Z
Dengan menyebut dirinya “manusia tikus”, ia menyamakan rutinitasnya yang lamban dan menyendiri dengan seekor tikus penghuni selokan. Videonya mendapat lebih dari 400.000 like dan banjir komentar seperti “Vlog paling relevan yang pernah ada.”
Dalam video terbarunya yang menampilkan kehidupannya sebagai “tikus peliharaan”, @jiawensishi memperlihatkan bagaimana ia bangun tengah hari, menggulirkan layar ponsel hingga pukul 3 sore, bersantai di rumah duduk di sofa dengan main ponsel, sebagaimana dikutip dari laman Fortune.
Kemudian ia akan tidur kembali sebelum pukul 8 malam. Malam harinya ia habiskan dengan tidur-tidur ayam sambil terus scrolling layar.
Dengan gaya satir, ia menyamakan rutinitas berenergi rendah ini dengan kehidupan tikus, dan justru berhasil menginspirasi banyak orang muda lainnya.
Salah satu komentar warganet menyebut bahwa video itu adalah "vlog paling relevan yang pernah ada".
"Kami sudah muak dengan gaya hidup yang serba cepat, serba praktis, dan super efisien yang terus-menerus dipaksakan kepada kami," tulis seorang pengguna. "Kami hanya ingin kebebasan untuk berbaring kapanpun dan dimanapun kami mau."
Generasi Z yang Kelelahan
Meskipun istilah “manusia tikus” terdengar baru dan unik, fenomena ini bukanlah hal yang pertama kali terjadi di kalangan anak muda Tiongkok yang mengalami kelelahan mental.
Mereka cenderung memilih gaya hidup pasif, lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur, daripada mengejar jenjang karier yang melelahkan.
Pada tahun 2021, Generasi Z dan sebagian milenial muda di Tiongkok mulai menunjukkan penolakan terhadap budaya kerja keras dan jam kerja panjang yang melekat dalam masyarakat mereka, dengan memilih gaya hidup "berbaring datar" (tang ping).
Alih-alih mematuhi sistem kerja ekstrem “996” (bekerja dari jam 9 pagi hingga 9 malam, enam hari dalam seminggu), sebagian dari mereka memutuskan untuk berhenti bekerja sama sekali, atau hanya melakukan pekerjaan seminimal mungkin sekadar untuk bertahan hidup.
Fenomena ini sejatinya tidak hanya terjadi di Tiongkok. Di Barat, khususnya di AS dan Eropa, Generasi Z juga menunjukkan penolakan serupa terhadap pola kerja konvensional.
Mereka memperkenalkan istilah seperti No-Meeting Mondays (Senin Bebas Rapat) dan melakukan quiet quitting—bekerja sesuai tanggung jawab dasar tanpa kelebihan beban.
Di berbagai belahan dunia, respons generasi muda terhadap pasar kerja yang semakin keras dan penuh tuntutan semakin terlihat jelas.
Padahal, Generasi Milenial dan Z merupakan generasi paling terdidik sepanjang sejarah. Namun ironisnya, prospek keuangan dan peluang kerja mereka jauh lebih sempit dibandingkan generasi sebelumnya, seperti Generasi X.
Contohnya, saat ini lebih dari 4 juta anggota Generasi Z di Amerika masih menganggur. Sementara di Tiongkok, pemerintah menyatakan bahwa pada Februari 2025, satu dari enam anak muda tidak memiliki pekerjaan.
Masih dikutip dari laman Fortune, Pelatih Kepercayaan Diri dan Karier, sekaligus Presiden Chartered Institute of Public Relations, Advita Patel mengatakan jika fenomena ini adalah bentuk protes kaum Gen Z
“Fenomena ini bukan sekadar bentuk kemalasan, melainkan bentuk protes diam-diam dari generasi muda yang lelah, kecewa, dan merasa pasar kerja saat ini tidak memberikan harapan,” kata Advita Patel.
Ia menambahkan, “Jika seseorang terus melamar pekerjaan tapi tidak pernah dipanggil atau selalu ditolak, hal itu bisa sangat merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental mereka.”
Pada akhirnya, daripada mengejar pekerjaan yang dianggap tidak realistis atau terlalu membebani, gaya hidup “manusia tikus” menjadi cara bagi sebagian anak muda untuk merebut kembali rasa kendali atas hidup mereka.
“Ini bukan soal malas, tetapi soal kelelahan terhadap arah hidup. Menarik diri dari hiruk pikuk dunia kerja bisa menjadi pilihan untuk menjaga kesehatan mental,” ujar Patel.