SUKABUMIUPDATE.com - Kunjungan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke rumah singgah di Kampung Tangkil RT 04/01, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Senin (30/6/2025), diwarnai insiden pelarangan liputan terhadap awak media. Hal itu membuat jurnalis merasa kecewa.
Kejadian bermula sejumlah jurnalis yang tengah meliput langsung kedatangan pria yang akrab disapa KDM itu mengaku mendapat larangan merekam video, bahkan diminta mematikan siaran langsung (live) di media sosial oleh orang yang diduga bagian dari pengawal pribadi gubernur.
“Saat KDM turun dari mobil dan hendak masuk rumah, teman saya sedang live. Tiba-tiba ada yang bilang, 'jangan live, jangan live' mungkin dari tim ring 1 Dedi Mulyadi. Bukan hanya itu, rekan dari media lain juga diminta matikan live,” ujar Riki Achmad Saepulloh, jurnalis Kompas.com, kepada sukabumiupdate.com.
Insiden tersebut terjadi di tengah keramaian warga dan wartawan yang sudah menunggu kunjungan gubernur pasca-viral pembubaran kegiatan retret pelajar Kristen di rumah singgah tersebut pada Jumat, 27 Juni 2025.
Ketegangan sempat meningkat ketika seorang perempuan diduga mengalami kesurupan dan dievakuasi masuk ke dalam rumah. Momen itu pun tak luput dari sorotan wartawan, namun pengambilan gambar kembali dilarang oleh pengawal KDM.
Baca Juga: Bupati Sukabumi Prihatin atas Insiden Cidahu, Minta Masyarakat Jaga Kondusifitas
“Waktu itu seorang ibu seperti pingsan atau kesurupan, dibawa masuk dan disusul oleh KDM. Beberapa dari kami yang mencoba merekam justru dihalangi. Bahkan pagar dan pintu ditutup,” lanjut Riki.
Riki menyebut dirinya sempat menunjukkan ID card dan diperbolehkan masuk oleh pengawal. Namun di dalam, ia kembali diminta untuk tidak merekam.
“Di dalam aula, saya mau ambil video, lagi-lagi diminta jangan merekam karena katanya tempat sensitif. Sementara itu, tim media yang dibawa KDM justru leluasa mengambil gambar hingga ke bagian dalam rumah singgah. Kami jurnalis dari luar hanya bisa berada di area bawah dan tidak mendekat,” tuturnya.
Ia juga menyoroti ketimpangan perlakuan terhadap awak media yang datang secara independen dengan tim media internal gubernur. “Ini rumah singgah, bukan ruang tertutup negara. Kami bukan mengganggu, hanya melakukan tugas jurnalistik. Tapi justru kami dibatasi, sedangkan tim internal bisa bebas dokumentasi,” katanya dengan kecewa.
Baca Juga: Pemuda Sukabumi Diikat-Disetrum, Kakak Minta Bantuan Pulangkan Sang Adik dari Kamboja
Riki menyebut dirinya enggan memperpanjang perdebatan, mengingat situasi yang cukup ramai dan disaksikan warga sekitar. Ia memilih kembali menulis berita untuk kebutuhan publikasi setelah KDM menyelesaikan kunjungannya.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Gubernur Jawa Barat maupun protokoler Pemerintah Provinsi Jabar terkait alasan pelarangan peliputan tersebut.