SUKABUMIUPDATE.com - Bupati Sukabumi, Asep Japar, menyampaikan rasa prihatin atas adanya insiden yang terjadi di kecamatan Cidahu, dirinya meminta agar masyarakat menjaga kondusifitas dan menciptakan rasa aman di dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal itu disampaikan Bupati Asep Japar atas pembubaran retret pelajar Kristen oleh warga setempat di sebuah rumah singgah atau vila di Kampung Tangkil RT 04/01 Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
"Kejadian ini harus menjadi pelajaran bersama bagi Pemkab Sukabumi dan semua pihak bagaimana pentingnya saling menghormati dan saling menjaga kondusifitas," kata Asep Japar kepada sukabumiupdate.com melalui sambungan telepon, Senin (30/6/2025).
Asep Japar berharap ke depan hal ini tidak terulang, dan masyarakat diharapkan mengedepankan musyawarah dan prosedur hukum yang berlaku. "Saya meminta kejadian ini jangan sampai terulang, dan apabila ada informasi kurang bagus jangan langsung reaktif namun dikonsultasikan dengan aparat penegak hukum, kudu asak sasar (harus diperiksa dulu) dan melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat dan kepolisian," ujarnya.
Baca Juga: Pulihkan Toleransi, KDM Sebut Proses Hukum: 4 Langkah Penanganan Kasus Cidahu Sukabumi
Asep Japar menambahkan bahwa Kabupaten Sukabumi melalui visi Mubarakah bertujuan membangun masyarakat religius yang haromonis, hidup rukun dan damai. Selain itu, kata dia, sebagai urang Sunda yang menganut filosofi silih asah silih asuh dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa memandang latar belakang.
"Semoga Sukabumi kedepan dengan visi mubarakah masyarakatnya hidup rukun dan tertib serta menghormati hukum," pungkasnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Tri Rhomadono, menambahkan bahwa atas insiden tersebut sudah dilakukan musyawarah lintas sektor dengan melibatkan Polres Sukabumi, Pemerintah Daerah, Dandim 0622/Kabupaten Sukabumi, perwakilan DPRD, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), kepala desa, dan camat.
Tri Rhomadono menyampaikan melalui forum tersebut telah diluruskan terkait informasi yang simpang siur di media sosial. Menurutnya, tidak benar ada gereja yang dirusak. Menurutnya, yang terjadi adalah kesalahpahaman dan kurangnya komunikasi serta penghormatan antar pihak.
Ia menjelaskan bahwa bangunan yang digunakan sebagai rumah singgah tidak memiliki izin resmi, termasuk bangunan baru seperti aula, kamar, dan vila. Menurutnya, hingga kini tidak ada rekomendasi izin dari camat setempat terkait bangunan tersebut.
Baca Juga: Saat KDM ke Cidahu Sukabumi: Emak-emak Pingsan Hingga Dilarang Live Medsos
"Rumah tersebut juga saat ini dijaga ketat oleh aparat sejak kejadian. Babinsa dan Bhabinkamtibmas berjaga 24 jam untuk memastikan keamanan. Ini bentuk komitmen menjaga kerukunan dan kondusifitas wilayah," ucapanya.
Tri berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak agar lebih menghargai kerukunan dan toleransi antar umat beragama, serta pentingnya mengikuti prosedur perizinan yang berlaku.
"Alhamdulillah, kondisi di Kecamatan Cidahu tetap damai. Forkopimda, MUI, FKUB, dan tokoh lintas agama sudah meluruskan semuanya," tandasnya.
Diketahui, kasus ini direspon Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan langsung mengunjungi lokasi pada Senin (30/6/2025). Pria yang akrab dipanggil KDM itu mengumumkan akan membantu untuk renovasi bangunan.
"Kerugian tidak boleh membebani warga, maka kerusakannya saya ganti, saya siapkan Rp 100 juta untuk memperbaiki. Tapi saya memberikan saran, ke depan agar bangunannya disesuaikan dengan konstruksi lingkungan," kata dia di hadapan wartawan.
Kerusakan terjadi karena kesalahpahaman terkait penggunaan vila atau rumah untuk kegiatan retret pelajar Kristen. Video aksi warga yang merusak bangunan tersebut viral di media sosial, menarik perhatian luas, termasuk Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai.