Ruang Kelas Tak Aman, Siswa MTs di Nyalindung Sukabumi Ini Dipulangkan Setiap Hujan

Sukabumiupdate.com
Kamis 22 Mei 2025, 20:05 WIB
Kondisi ruang kelas MTs Al-Furqon Nyalindung Sukabumi tanpa plafon, berdinding dan berlantai kayu. (Sumber : SU/Turangga)

Kondisi ruang kelas MTs Al-Furqon Nyalindung Sukabumi tanpa plafon, berdinding dan berlantai kayu. (Sumber : SU/Turangga)

SUKABUMIUPDATE.com – Kondisi fisik sejumlah bangunan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Terpadu Al-Furqon, Kampung Nyalindung RT 02/02, Desa Nyalindung, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, kian memprihatinkan. 

Tiga ruang kelas yang tersedia dinilai tidak layak pakai sehingga proses belajar mengajar kerap terganggu.

Dari pantauan di lokasi, ketiga ruang kelas itu terlihat sangat sederhana dan jauh dari standar kenyamanan maupun keselamatan.

Tanpa plafon, bagian dalam ruangan langsung terbuka ke rangka atap yang terbuat dari bambu dan kayu. Kondisi ini membuat ruang belajar menjadi panas saat siang, serta rawan bocor saat musim hujan.

Tak hanya ruang kelas, fasilitas lain seperti ruang guru, ruang tata usaha, hingga ruang pimpinan juga dalam kondisi yang sama tidak memadai.

Kepala MTs Terpadu Al-Furqon, Juansah, mengatakan bahwa saat hujan deras disertai angin, siswa seringkali dipulangkan lebih awal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Atap bangunan yang mulai lapuk dikhawatirkan dapat membahayakan keselamatan siswa.

“Lantai bawahnya kan kayu, batas antara kelas dengan kelas sudah agak miring. Kalau hujan, kadang anak suka dipulangkan saja, karena bocor dan takut juga ada genting yang jatuh langsung kena kepala anak, jadi kita takut yang tidak diharapkan,” ujar Juansah kepada sukabumiupdate.com, Kamis (22/5/2025).

Baca Juga: Puluhan Anak di Jampangtengah Sukabumi Belajar Di Bangunan Madrasah Memprihatinkan

Pihak madrasah sejatinya telah berupaya mengajukan permohonan bantuan perbaikan ke pemerintah, termasuk ke Seksi Pendidikan Madrasah (Penmad) Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi. Mereka juga pernah mengusulkan bantuan melalui skema Bantuan Kinerja dan Afirmasi (BOS BKBA), namun hingga kini belum ada tindak lanjut yang memadai.

“Kami sudah mengajukan upaya meminta perhatian dari Mapenda, pernah mengajukan BOS BKBA tapi tidak keluar,” kata Juansah.

Juansah menuturkan, proses perbaikan secara mandiri juga sudah diupayakan namun terkendala keterbatasan biaya.

“Kami kehabisan biaya, karena anak-anak yang sekolah di sini tidak dipungut biaya. Enggak ada bulanan ataupun Dana Pembangunan dan Pengembangan Pendidikan (DP3),” ungkapnya.

Madrasah yang berdiri sejak 2012 di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Furqon ini menerapkan sistem infaq mingguan sebesar Rp1.000 sebagai bentuk partisipasi, tetapi tidak berjalan optimal karena mayoritas siswa berasal dari keluarga kurang mampu.

“Kami menerapkan sistem infaq Rp1.000 per minggu saja tidak jalan, karena rata-rata yang bersekolah di sini latar belakang ekonominya kelas menengah ke bawah,” imbuh Juansah.

Bahkan, siswa yatim dan dari keluarga tak mampu dibebaskan dari semua biaya, termasuk infaq. Bagi siswa dari keluarga menengah, pembayaran pun hanya dilakukan enam bulan sekali, sebatas untuk kebutuhan fotokopi soal ulangan.

“Anak yang tidak mampu atau anak yatim tidak bayar, termasuk infaq. Ada anak dengan kategori menengah, bayarnya pun hanya enam bulan sekali untuk fotokopi berkas ulangan, nominalnya tergantung banyaknya fotokopi,” ujarnya.

Kondisi bangunan yang tidak representatif ini turut berdampak pada penurunan jumlah peserta didik baru dalam lima tahun terakhir. Data mencatat, jumlah siswa mengalami penurunan dari 111 orang pada tahun ajaran 2019/2020 menjadi hanya 69 siswa pada 2024/2025. Rinciannya, 23 siswa di kelas 7, 25 siswa di kelas 8, dan 21 siswa di kelas 9.

Juansah menyebut, sebagian besar siswa yang masih bertahan berasal dari pondok pesantren atau wilayah luar kecamatan, yang setiap hari diantar jemput oleh orang tua. Sementara itu, masyarakat di sekitar madrasah cenderung enggan mendaftarkan anaknya karena menilai bangunan tidak layak.

Ia berharap, ada perhatian serius dari pemerintah dan pihak terkait untuk mendukung perbaikan sarana belajar mengajar di MTs Terpadu Al-Furqon. Menurutnya, keselamatan dan masa depan pendidikan anak-anak tidak bisa terus dibiarkan dalam kondisi seperti ini.

“Kami hanya minta diperhatikan saja mengenai bangunan untuk MTs Terpadu Al-Furqon Nyalindung, yang saat ini sangat dikhawatirkan kejadian untuk keselamatan siswa,” pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini