SUKABUMIUPDATE.com - Kisah Guling Munding di Desa Bojonggaling, Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, mendapat penjelasan dari perspektif sejarah. Sebelumnya, cerita menarik di Jalan Nasional Sukabumi-Palabuhanratu ini dituturkan warga setempat bernama Nunung Heri (65 tahun).
Guling Munding Bantargadung merupakan wilayah jalan yang pernah dibangun pada masa Asisten Residen O.A Burnaby Lautier (1881-1883). Penamaan Guling Munding tak lepas dari jalan yang awalnya memang sering dilalui kerbau, terutama kerbau pembawa gerobak kopi dari Cibadak ke Palabuhanratu atau sebaliknya.
Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan selain kerbau pembawa gerobak kopi, ada pula kerbau yang dibeli dari Jampang dan dibawa beriringan ke Sukabumi melewati Guling Munding. Wajar jika memang ada cerita tentang munding (kerbau) yang terguling ke jurang di sekitar Guling Munding.
"Lokasi yang terlewati adalah jalan Cibadak-Palabuhanratu, tidak jauh dari Sungai Cimandiri. Jalur jalan Cibadak-Palabuhanratu yang sempat dirintis oleh van Riebeeck (1711) bukanlah jalur jalan pos yang dibangun Daendels (1808)," kata Irman kepada sukabumiupdate.com pada Selasa (28/2/2023).
Baca Juga: Cerita Guling Munding dan Anak Berbaju Merah di Jalan Raya Bojonggaling Sukabumi
Berdasarkan hasil survei Herman Willem Daendels, disimpulkan bawa daerah jalur kopi Sukabumi masih cukup layak dan masih bisa dilewati oleh gerobak yang ditarik kerbau. Menurut Irman, kerbau digunakan karena hewan berbadan besar ini mampu melintasi jalan berlumpur, terutama pada musim turun hujan.
Di sisi lain, pembangunan jalan Cibadak-Palabuhanratu ternyata menyisakan luka bagi masyarakat Sukabumi. Burnaby, kata Irman, adalah pemrakarsa jalan yang merupakan asisten Residen Afdeling Sukabumi pada masa Residen Priangan J.M Van Vleuten. Burnaby dalam sejarahnya terkenal sangat kejam.
Hal itu terungkap setelah Burnaby pindah ke Bogor dan menjadi asisten residen di sana (1884). Akibat perseteruan Burnaby dengan pemilik lahan di Ciomas, Bogor, dibukalah semua dosa Burnaby yang di antaranya terjadi di Gresik dan Sukabumi. Kekejaman ini berkaitan dengan pembangunan jalan Cibadak-Palabuhanratu.
Irman mengatakan saat Burnaby melakukan pembangunan jalan Cibadak-Palabuhanratu, terungkap bahwa prosesnya dilakukan dengan membawa masyarakat dari beberapa lokasi untuk bekerja tanpa dibayar. Bahkan konon, banyak lahan baik tanah, ladang, dan sawah masyarakat yang diambil tanpa ganti rugi.
"Jalan yang dibangun tidak pendek, tapi sepanjang 22 pos (pos pemberhentian kuda) mulai Cibadak hingga Palabuhanratu selebar 10-12 kaki," kata Irman yang juga penulis buku "Soekaboemi the Untold Story".