SUKABUMIUPDATE.com – Kondisi pasien pria lanjut usia berinisial A (70 tahun), warga Sukaraja Kabupaten Sukabumi, yang terjun dari lantai tiga Gedung Anyelir RSUD R Syamsudin SH (Bunut) Kota Sukabumi pada Rabu (23/7/2025), kini dinyatakan stabil dan sadar penuh.
Hal itu disampaikan Ketua Komite Etik RSUD R Syamsudin SH, dr Nurul Aida Pathya. Ia menyampaikan bahwa pasien mengalami sejumlah luka serius, termasuk patah tulang di lengan kanan dan luka di wajah serta badan, namun tidak dalam kondisi yang mengancam nyawa.
"Sudah dilakukan pemeriksaan oleh beberapa dokter spesialis jadi sudah di rontgen, CT scan, kemudian tadi diperiksa jantungnya juga. Jadi penanganan lukanya menunggu stabil terlebih dahulu. Kalau dokter jantungnya sudah acc baru kita tangani lebih lanjut," ujar Nurul kepada sukabumiupdate.com.
Ia memastikan, meski sempat ditemukan tergeletak di atap lorong rumah sakit usai jatuh dari ketinggian sekitar 10 meter, pasien tidak pernah mengalami penurunan kesadaran.
"Sudah bisa ditanya, memang tidak pernah terjadi penurunan kesadaran. Jadi pasiennya sadar, dibilang kooperatif tapi tadi ngomongnya tidak nyambung," jelasnya.
Baca Juga: RSUD Syamsudin Sukabumi Jelaskan Kronologi Pasien Lansia Terjun dari Lantai 3: Alami Demensia
Terkait dugaan upaya bunuh diri, menurut dr Nurul, hal itu belum bisa disimpulkan karena masih menunggu asesmen dari dokter spesialis kejiwaan.
"Itu harus ada asessment dari dokter jiwa ya. Sekarang yang paling utama adalah penanganan medisnya dulu, penanganan luka-luka sama dokter psikiater nya juga udah diberikan obat-obatan kalau misalkan nanti pasiennya gelisah kembali," ujarnya.
Saat ini kondisi pasien dinyatakan stabil. Luka-luka yang diderita memang menyebabkan keluarnya darah, namun tidak mengancam keselamatan jiwa.
“Intinya, dari ketinggian pasti ada perlukaan. Tapi kondisi sekarang stabil,” tegasnya.
Lebih lanjut, dr Nurul menyebut pihak keluarga kini sudah mengetahui kondisi pasien dan telah memberi izin kepada rumah sakit untuk menyampaikan informasi kepada publik, dengan catatan identitas pasien dirahasiakan.
"Keluarga tidak tahu kalau pasien itu datang ke rumah sakit, dipikirnya ke RS Hermina, karena sebelumnya dirawat di sana tapi ternyata tidak ada. Kemudian datang ke Bunut dipikirnya rawat jalan ternyata rawat inap. Jadi keluarga pun tidak tahu ternyata pasien dirawat," tandasnya.
Baca Juga: Tersangka Baru Kasus Korupsi DLH Sukabumi, Vendor Truk Sampah Ditangkap di Bandung
Sementara itu Plt Direktur UOBK RSUD R Syamsudin SH, Yanyan Rusyandi, mengonfirmasi bahwa pasien A saat ini sudah sadar dan kembali dirawat di ruang Anyelir.
Menurutnya, insiden terjadi saat pasien yang diketahui mengidap penyakit jantung dan didiagnosis mengalami demensia diduga berusaha melarikan diri dari ruang perawatan.
“Benar telah terjadi pasien yang mencoba kabur dari rumah sakit tepatnya di ruang Anyelir lantai tiga, terjadi sekitar pukul 11.30 WIB,” ujar Yanyan.
Plt Direktur UOBK RSUD R Syamsudin SH, Yanyan Rusyandi (kanan) dan Ketua Komite Etik RSUD, dr Nurul Aida Pathya (tengah), memberikan keterangan kepada awak media terkait kronologi pasien lansia yang nekat terjun dari lantai 3 Gedung Anyelir, Rabu (23/7/20
Yanyan menuturkan, pasien tersebut datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) seorang diri tanpa didampingi keluarga pada Senin, 21 Juli 2025, sekitar pukul 18.00 WIB. Setelah menjalani pemeriksaan, pasien diketahui mengalami gangguan enzim jantung dan dinyatakan perlu menjalani perawatan inap. Ia kemudian ditempatkan di ruang Anyelir.
“Dengan diagnosa ada gangguan enzim jantung dan memerlukan indikasi perawatan nah pasien datang sendiri ke UGD jadi tidak ada keluarga yang mengantar. Kemudian masuk ke instalasi darurat inap di Anyelir,” jelasnya.
Menurut Yanyan, pasien tidak menunjukkan sikap kooperatif sejak dirawat. Pihak rumah sakit bahkan sempat berupaya menghubungi keluarga pasien pagi tadi.
“Sejak semalam pasien memang tidak kooperatif jadi berupaya untuk keluar dari rumah sakit berupaya untuk menghindar dari pelayanan, itu yang kami dapat. Dan tadi pagi kami berikhtiar untuk menghubungi pihak keluarganya,” tutur Yanyan.
Peristiwa terjadi saat pasien diduga mencoba melarikan diri melalui balkon dan terjatuh dari ketinggian sekitar 10 meter. Ia ditemukan tergeletak di atap lorong gedung rumah sakit.
“Jadi dari hasil penanganan, dia jatuh dari ketinggian kurang lebih sekitar 10 meter, tentunya memang sudah kami periksa dan ada luka akibat dari dia menjatuhkan ke areal balkon,” tutur Yanyan.
Ia juga menekankan bahwa perilaku pasien yang disebut tidak kooperatif berkaitan erat dengan diagnosis demensia.
“Jadi tidak kooperatif itu kalau secara medis namanya kasus dengan demensia atau pikun itu namanya disorientasi. Ada Disorientasi orang ada disorientasi waktu dan ada disorientasi tempat. Jadi ga ngeuh (sadar) ini di mana, jadi ga sadar ini siapa, jam berapa. Dikira jalan pulang mau kabur maka dia mencoba untuk melakukan kabur melalui pintu balkon rumah sakit,” pungkasnya.