Sering Menunda Pekerjaan? Ini Alasan Psikologis dan Cara Mengatasinya

Sukabumiupdate.com
Kamis 15 Mei 2025, 12:17 WIB
Ilustrasi seorang pria yang terlihat lelah dan malas melanjutkan pekerjaannya. (Sumber Foto: Freepik)

Ilustrasi seorang pria yang terlihat lelah dan malas melanjutkan pekerjaannya. (Sumber Foto: Freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Pernahkah kamu membuka laptop dengan niat menyelesaikan tugas, lalu tanpa sadar malah menghabiskan waktu satu jam scrolling media sosial?. Atau mungkin kamu sering berkata, “Nanti saja, masih ada waktu,” padahal deadline tinggal sehari lagi?. Fenomena seperti ini begitu akrab dalam kehidupan sehari-hari, dari pelajar hingga pekerja, banyak orang terjebak dalam pola ini.

Apakah Benar Semua Ini Terjadi Hanya Karena Kita Malas?

Dari sudut pandang psikologi, fenomena ini terjadi bukan serta merta hanya karena rasa malas. Timothy A. Pychyl, Ph,D. menyampaikan dalam bukunya yang berjudul “Solving the Procrastination Puzzle: A Concise Guide to Strategies for Change” bahwa, orang menunda-nunda bukan karena tidak mau bekerja, tetapi karena ingin menghindari emosi negatif yang terkait dengan tugas tersebut, entah karena membosankan, terlalu sulit atau membuat cemas.

Fenomena ini dikenal sebagai prokrastinasi, berasal dari bahasa Latin pro yang berarti "maju" dan crastinus yang berarti "besok", sehingga secara harfiah berarti "menunda hingga hari esok" .

Menurut Piers Steel dalam jurnalnya “The Nature of Procrastination: a Meta-Analytic and Theoretical Review of Quinstessential Self-Regulatory Failure” menjelaskan bahwa, prokrastinasi adalah tindakan menunda secara sengaja suatu kegiatan yang diinginkan, meskipun individu mengetahui bahwa penundaan tersebut dapat menghasilkan dampak buruk. Artinya, kita sebenarnya sadar bahwa menunda akan merugikan, tetapi tetap melakukannya.

Baca Juga: Benarkah Dia Jujur? Ini Cara Jitu Mengenali Kebohongan Berdasarkan Trik Psikologis

Mengapa Kita Menunda?

Berikut beberapa penyebab umum seseorang cenderung menunda-nunda pekerjaan:

1. Menghindari emosi negarif

Tugas yang dianggap menekan, membosankan, atau terlalu menantang sering kali memicu stres. Menunda menjadi cara otak untuk melindungi diri dari tekanan itu, walau bersifat sementara.

2. Perfeksionisme

Orang dengan standar tinggi sering kali takut jika hasil pekerjaannya tidak sempurna. Akibatnya, mereka menunda karena merasa belum siap mengerjakan tugas dengan ‘ideal’.

3. Kurangnya regulasi diri

Mereka yang kesulitan mengelola waktu dan emosi cenderung lebih mudah terdistraksi. Kontrol diri yang lemah membuat godaan seperti membuka media sosial lebih sulit ditolak.

4. Ketergantungan pada mood

“Kalau mood-ku sudah bagus, baru kukerjakan.” Kalimat seperti ini sering jadi pembenaran. Padahal, menunggu mood membaik tidak selalu menghasilkan waktu yang tepat.

Dampak Prokrastinasi

Meski mungkin pada awalnya terasa baik-baik saja, kebiasaan menunda-nunda ini bisa memberi dampak yang serius, diantaranya:

1. Menurunnya kualitas pekerjaan karena dikerjakan dalam waktu singkat
2. Rasa bersalah dan stres berkepanjangan
3. Penurunan kepercayaan diri dan motivasi
4. Gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan

Bagaimana Cara Mengatasinya?

1. Pecah Tugas Besar Jadi Bagian Kecil

Alih-alih berpikir “semua harus selesai hari ini”, ubah menjadi “hari ini cukup selesaikan satu bagian”. Seperti membaca buku: cukup satu halaman per hari, bukan langsung menargetkan selesai seminggu.

2. Terapkan teknik Pomodoro

Fokus selama 25 menit, istirahat 5 menit. Ulangi beberapa kali, lalu ambil istirahat lebih panjang.

3. Kenali penyebab emosionalnya

Tanya diri sendiri: “Apa yang kutakutkan dari tugas ini?”, “Apa yang sebenarnya kuinginkan?”, “Bagaimana cara mewujudkannya?”.

4. Berhenti menunggu mood

Mulailah, meski sedikit. Aksi kecil bisa memicu semangat untuk lanjut.

5. Beri diri sendiri reward

Rayakan pencapaian, sekecil apa pun. Hadiah kecil bisa jadi motivasi besar. Tidak perlu selalu berupa barang, ucapan yang menghibur atau melakukan hal yang disenangi juga sudah cukup.

Menunda pekerjaan bukan semata soal kemalasan, melainkan respons emosional yang sering kali muncul tanpa kita sadari. Prokrastinasi bisa menjebak siapa saja terlepas dari seberapa rajinnya mereka, karena pada dasarnya ini menyangkut bagaimana kita mengelola tekanan, ekspektasi, dan emosi pribadi.

Dengan memahami akar penyebabnya dan mencoba menerapkan langkah-langkah kecil, kita bisa mulai membangun kebiasaan baru yang lebih sehat dan produktif. Mulai saja dulu, tidak perlu menunggu sempurna. 

Penulis: Rista Rahim Puspita, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi

Berita Terkait
Berita Terkini