Cerita Mahasiswa Indonesia di Jepang Saat Gempa Rusia: Perkuliahan Sempat Dihentikan

Sukabumiupdate.com
Kamis 31 Jul 2025, 17:23 WIB
Cerita Mahasiswa Indonesia di Jepang Saat Gempa Rusia: Perkuliahan Sempat Dihentikan

Gempa bumi Mag 8,7 di Rusia berdampak hingga Jepang | Foto : Pixabay

SUKABUMIUPDATE.com - Gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 8,8 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada 30 Juli 2025 kemarin langsung memicu peringatan tsunami di berbagai wilayah pesisir Pasifik, termasuk Jepang. Meski akhirnya tidak berdampak munculnya gelombang besar, kewaspadaan tetap tinggi, terutama di wilayah pesisir utara seperti Hokkaido dan Iwate.

Mahasiswa asal Indonesia yang tengah mengambil program doktoral di Tokyo University of Agriculture (NODAI) Jepang sekaligus Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang, Prima Gandhi, menyatakan bahwa otoritas Jepang sempat mengeluarkan peringatan potensi tsunami setinggi tiga meter.

“Pada pukul 10:30 sampai 11:30 waktu setempat, warga langsung merespons dengan tertib. Di wilayah seperti Hokkaido dan Iwate, tidak ada kegiatan belajar mengajar dan perkuliahan pun dihentikan. Semua langsung dievakuasi ke tempat yang lebih tinggi,” ungkapnya saat diwawancarai sukabumiupdate.com melalui sambungan WhatsApp, Kamis (30/7/2025).

Baca Juga: 350 Pelari Siap Ramaikan Sukabumi Global FUN RUN 2025, Ini Rute yang Dilalui

Namun pada sore harinya, kata Prima Gandhi, sekitar pukul 16.00 (waktu setempat), pemerintah Jepang resmi mencabut peringatan tersebut.

“Tsunami memang terjadi, tapi hanya setinggi 30–40 cm. Sesuai prediksi, potensi maksimalnya 3 meter, namun yang sampai ke daratan Jepang jauh lebih kecil. Setelah pencabutan peringatan, aktivitas masyarakat kembali normal,” kata mahasiswa lulusan Insititut Pertanian Bogor tersebut. 

Menurut Gandhi, kondisi tetap aman di daerah seperti Tokyo dan Osaka, meski masyarakat tetap dalam kewaspadaan tinggi. Ia juga menekankan bahwa masyarakat Jepang telah terbiasa menghadapi situasi seperti ini karena negara itu berada di wilayah Cincin Api Pasifik (Ring of Fire).

“Kami, para mahasiswa Indonesia di Jepang, juga sudah terbiasa dengan pelatihan rutin penanggulangan bencana. Kami tahu ke mana harus mengungsi saat terjadi gempa atau tsunami. Koordinasi dilakukan bersama KBRI dan KJRI, baik di Tokyo maupun Osaka, untuk memantau kondisi mahasiswa dan warga Indonesia,” tuturnya.

Jumlah mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam PPI Jepang saat ini mencapai sekitar 7.314 orang. Gandhi menjelaskan bahwa koordinasi antaranggota dilakukan secara cepat melalui berbagai saluran komunikasi. “Kami punya grup WhatsApp dan Line untuk seluruh ketua dari 45 kampus anggota PPI Jepang. Dari sana kita bisa cepat menyampaikan informasi atau arahan,” ujarnya.

Baca Juga: Cerita Pilu Ibu di Sukabumi, Anaknya Tewas Terlindas Truk Usai Terpental dari Motor

Ia juga menyoroti keunggulan Jepang dalam sistem mitigasi dan kesiapsiagaan. “Di sini, kalau ada gempa di atas 5 skala Richter, maka tiga detik sebelumnya HP kita akan berbunyi sebagai peringatan, bahkan walau tidak pakai SIM card. Sistem ini menunjukkan bagaimana teknologi dan kedisiplinan berjalan bersama,” terang Gandhi.

Ia menilai kesiapan masyarakat Jepang dalam menghadapi bencana sangat tinggi. “Dari kecil, masyarakat Jepang sudah diajarkan untuk tertib dan tanggap terhadap arahan pemerintah. Bahkan bangunan di sini pun dirancang tahan gempa,” pungkasnya.

Berita Terkait
Berita Terkini