SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah maraknya isu intoleransi beberapa waktu lalu, di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi justru menampilkan wajah damai lewat pertemuan lintas agama yang digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Sabtu (1/11/2025).
Kegiatan yang bertajuk Penanaman Pohon dan Saresehan Lintas Agama ini berlangsung di lingkungan Pondok Pesantren Al-Hasaniyyah, Kampung Kaum Babakan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Ulama, pendeta, dan perwakilan umat Katolik duduk bersama, menanam pohon, dan berbincang tentang pentingnya menjaga keharmonisan di tengah perubahan zaman.
Baca Juga: Sungai Cikarang Ngamuk, Jembatan Goa Monyet di Waluran Sukabumi Kembali Putus
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Hasaniyyah, KH. R. Rahmat Fauzi, menyebut kegiatan ini bukan sekadar simbol toleransi, melainkan langkah untuk menghidupkan kembali nilai historis hubungan antaragama di Cicurug.
“Cicurug punya sejarah panjang soal kerukunan. Sekitar tahun 1870-an, Mama Hasan Basri mendirikan pesantren ini dan menjalin hubungan baik dengan tokoh Katolik di masa itu. Bahkan orang Katolik menyebut masjid pertama di Cicurug ya berdiri di sini,” ujar KH. Rahmat kepada Sukabumiupdate.com, Minggu (02/01/2025).
Ia menambahkan, melalui kegiatan ini pihaknya ingin mengingat kembali bagaimana para ulama dan tokoh agama di masa lalu membangun hubungan yang saling menghormati.
Baca Juga: Diduga Cabuli Balita, Pemuda Asal Kadudampit Sukabumi Ditangkap Polisi
“Kita ingin belajar dari pendahulu, bagaimana mereka menjadikan hubungan antaragama sebagai dasar keharmonisan. Dari sejarah itu kita bisa membentuk pola pikir menuju perdamaian, kerukunan, dan keseimbangan dengan alam,” tuturnya.
Selain sarasehan, kegiatan ini juga diisi dengan penanaman 100 pohon di sekitar lingkungan pesantren. Menurut KH. Rahmat, penanaman ini menjadi simbol keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian alam di tengah pesatnya perubahan wilayah Cicurug yang kini kian urban.
Sementara itu, Pendeta Samuel dari GKI Cicurug menilai kegiatan ini sebagai bukti nyata bahwa masyarakat Cicurug hidup dalam suasana damai dan rukun.
Baca Juga: Kidung Sunda Pusara Cinta, Ambisi Politik, dan Tragedi Lapangan Bubat
“Cicurug itu keluarga besar. Kita bisa bersatu, saling memahami, dan saling mengenal agar tidak ada lagi benturan karena ketidakpahaman,” kata Pendeta Samuel.
Ia juga menegaskan bahwa toleransi di Cicurug bukan hal baru. “Sejak dulu toleransi di Cicurug sudah kuat. Tempat ini bahkan menjadi penanda sejarahnya. Kita semua satu keluarga, satu Indonesia,” ujarnya.
Senada dengan itu, Petrus Hadis Setia Rukun mewakili umat Katolik mengatakan bahwa hubungan baik antaragama di Cicurug sudah terjalin sejak lama.
Baca Juga: CEK FAKTA: Link Pemutihan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) itu Hoaks!
“Tahun 50-an, masjid Bintang di sini sudah dikenal sebagai tempat yang terbuka untuk semua. Bahkan almarhum Kang Papah mengumpulkan warga Tionghoa untuk membentuk klub bola bersama. Jadi sejak dulu, Cicurug memang sudah jadi tempat yang penuh toleransi,” ungkapnya.
Sementara Ketua Bakor FKUB Kecamatan Cicurug, M. Aziz Saepulloh, SH, menyebut kegiatan ini juga menjadi bentuk klarifikasi terhadap pandangan negatif tentang wilayah Cicurug.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Cicurug adalah kecamatan yang harmonis. Di sini Romo, pendeta, dan ulama bisa duduk bersama tanpa sekat. Ini bukti nyata, bukan hanya wacana,” tegasnya.
Menurut Aziz, kegiatan lintas agama ini akan terus berlanjut. FKUB Cicurug sudah memiliki agenda rutin seperti ngopi bareng sebulan sekali untuk membangun komunikasi antar tokoh lintas iman.
“Kalau kita sering bertemu, tidak akan canggung. Dari situ kita bisa saling mengenal dan mengantisipasi hal-hal kecil sebelum jadi persoalan besar,” jelasnya.
Aziz juga menyebut, deklarasi damai akan segera dipasang di kantor kecamatan sebagai pengingat bahwa Cicurug adalah wilayah yang aman dan rukun bagi siapa pun.
“Yang kita tanam hari ini bukan hanya pohon, tapi juga kebersamaan. Harapannya tumbuh subur sampai ke generasi yang akan datang,” pungkasnya.





