Biasanya Urusan Pribadi, Psikolog Ini Kaget Ada Warga Stres karena Mikirin Negara

Sukabumiupdate.com
Rabu 17 Des 2025, 18:56 WIB
Biasanya Urusan Pribadi, Psikolog Ini Kaget Ada Warga Stres karena Mikirin Negara

Ilustrasi stres (Sumber: edit by copilot)

SUKABUMIUPDATE.com - Konten seorang psikolog asal Balikpapan Kalimantan viral di media sosial. Dalam konten tersebut sang psikolog, Lya Fahmi berbagi pengalaman uniknya yang didatangi dua orang pasien unik, karena mengalami tekanan kondisi mental akibat kondisi negara dan kebijakan pemerinta serta kelakuan para pejabat pemerintah.

Dari postingan tersebut, Lya Fahmi menceritakan bahwa tersebut adalah pengalaman itu adalah yang pertama baginya selama menjadi psikolog.

"Baru kali ini terjadi selama 7,5 tahun karir sebagai psikolog, dua klien berturut-turut datang bukan karena masalah pribadi, tapi distress karena negara," tulis Lya di akun Instagramnya, yang diposting Senin 15 Desember 2025.

Baca Juga: Kondisi Terkini 216 Penyintas Bencana Luapan Sungai Cidadap Mengungsi di SDN Kawungluwuk

Lebih jauh ia menjelaskan bahwa isu struktural dan kebijakan negara memiliki kaitan erat dengan kondisi psikologis individu. Pengalaman dari kliennya yang datang dengan emosi dan rasa putus asa menjadi WNI, dengan menyebut kekacauan penanganan bencana di Sumatera.

“Aku tau kesehatan mental itu berkaitan erat dengan isu struktural, tapi biasanya klien nggak menyadari itu. Lha ini datang-datang langsung nangis dan bilang…Kalo ngeliat cara pemerintah menangani korban bencana Sumatera, aku merasa seolah rakyat ni nggak ada harganya. Gak didengarkan, diabaikan pula. Putus asa banget rasanya jadi WNI," tulis Lya dalam postingan itu.

Pengakuan ini, membuat Lya sadar bahwa kekecewaan terhadap negara tidak hanya ramai di media sosial, tetapi juga sampai ke ruang konselingnya.

Baca Juga: Kualitas Pengaspalan Jalan di Cidadap Sukabumi Disoal Warga: Baru 3 Hari Selesai Sudah Rusak

"Aku kira narasi menderita sebagai WNI itu cuma di dunia maya, tapi ternyata sampai ke ruang konseling juga," lanjut Lya.

Diujung postingan, psikolog perempuan ini juga menceritakan kejutan lainnya dari klien tersebut.

“Abis konseling, kliennya ngasih cokelat. Katanya, untuk memperbaiki moodku yang pasti jadi jelek karena liat dia marah-marah sama pemerintah. Bukan kamu yang bikin moodku jelek, Mbak. Inkompetensi pemerintah yang membuatku merasa berada dalam mental state yang sama juga.”

Karena mendapat respon besar dari publik perempuan berkaca mata ini membuat konten kedua untuk membahas postingan pertama yang viral. Disini Lya merekam penjelasannya langsung tidak melalui tulisan.

Baca Juga: Rapat Dinas, Bupati Sukabumi Instruksikan Penanganan Bencana dan Pengawasan Objek Wisata

Lya ingin menjelaskan apa jawabannya atas apa yang disampaikan oleh klien tersebut dalam sesi konseling sebelumnya. Ia menegaskan bahwa kesehatan mental tidak hanya persoalan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik.

Menurut Lya, masalah ini bersifat kolektif dan tidak dapat diselesaikan secara individual.
"Penderitaan kolektif harus ditangani secara kolektif juga. Kemarahan terhadap negara solusinya bukan curhat ke psikolog saja. Percuma, psikolognya sudah stres juga," ujarnya.

Lya menyarankan agar orang-orang yang mengalami kelelahan emosional saling bertemu, terhubung, mendengarkan, dan mengungkapkan isi hati. Dengan begitu, individu akan menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan terbentuk solidaritas.

Baca Juga: Pesisir Jabar dan Sukabumi, BMKG: Potensi Banjir Rob 20 Desember 2025 di Perairan Indonesia

Lya juga menyoroti perasaan tidak berdaya dan putus asa terhadap kondisi sosial politik yang tidak ideal. Ia mengajak individu untuk melakukan hal berarti, sekecil apa pun, dan tidak meremehkan diri sendiri.

"Buat kalian yang merasa kecil dan tidak berarti, jangan pernah meremehkan diri kalian sendiri. Semua suara itu penting, sekecil dan selirih apa pun. Cari teman di sekitar kalian. Jangan jalan sendiri. Jangan sakit hati sendiri," pesannya.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini