SUKABUMIUPDATE.com – Peringatan Hari Anak Internasional atau Hari Anak Sedunia (World Children's Day), yang jatuh setiap tanggal 20 November, berfungsi sebagai pengingat global akan pentingnya menjamin hak-hak dasar dan masa depan anak-anak di seluruh dunia. Di Indonesia, fokus peringatan diperkuat oleh aksi nyata yang dilakukan oleh aktris, aktivis, dan figur publik terkemuka, Cinta Laura Kiehl (CLK).
Kunjungannya yang berfokus pada misi kemanusiaan di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, menjadikannya duta perubahan yang secara langsung menyentuh isu-isu paling mendesak yang dihadapi anak-anak Indonesia di wilayah terpencil. Peran gandanya sebagai Duta Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak sekaligus Duta Nasional BKKBN menunjukkan komitmen serius untuk tidak hanya menyuarakan, tetapi juga bertindak dalam memastikan janji perlindungan dan kesempatan dapat menjangkau setiap anak dari Sabang hingga Merauke.
“Ini kedua kalinya aku datang ke Papua. Dan somehow, rasa cinta aku makin dalam. 5 hari di Kabupaten Asmat mengubah banyak hal dalam cara aku melihat dunia. Papua ngajarin aku bahwa kemewahan bukan tentang AC atau Wi-Fi. Kemewahan adalah hujan yang turun pas kamu butuh air bersih. Kemewahan adalah perahu yang sampai dengan selamat. Kemewahan adalah anak-anak yang bisa sekolah walaupun dengan banyak keterbatasan. Dan kalau hal-hal kayak gitu aja sudah dihitung sebagai kemewahan di sana, berarti hal-hal yang kita punya setiap hari… itu privilege” ungkap CLK pada unggahan akun sosmednya (18/11)
Baca Juga: Tragedi di Kadudampit Sukabumi: Bocah 13 Tahun Tewas Terseret Arus Selokan saat Main Hujan
Pengalaman CLK di Kabupaten Asmat, Papua, benar-benar menjadi katalisator bagi refleksi mendalam tentang arti sesungguhnya dari "kemewahan" dan "privilege." Lima hari yang dihabiskan di tengah keterbatasan Asmat wilayah yang seringkali hanya dapat diakses melalui jalur air menghadirkan kontras tajam dengan kehidupan modern yang serba mudah.
Refleksi CLK menyoroti kesenjangan yang ada dan mendorong kita untuk menghargai privilege yang dimiliki sehari-hari.(Foto:@Cinta Laura Kiehl/Facebook)
Pernyataan bahwa hujan, perahu yang selamat, dan kesempatan sekolah adalah kemewahan menunjukkan betapa tinggi nilai kebutuhan dasar di sana. Hal-hal yang di kota besar dianggap sebagai hak asasi atau bahkan kebutuhan minimal seperti air bersih instan atau koneksi internet di Asmat harus diperjuangkan dan disyukuri sebagai anugerah. Cara pandang ini secara fundamental mengubah standar pengukuran kualitas hidup, menggeser fokus dari materi berlebih ke pemenuhan kebutuhan vital.
Melawan Stunting dan Ketidakadilan Gizi
Sebagai Duta Nasional BKKBN, fokus utama kunjungan Cinta Laura ke Papua tertuju pada upaya krusial pencegahan stunting, sebuah kondisi gagal tumbuh yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis, yang secara serius merampas potensi kognitif dan fisik anak. Kunjungan ini tidak hanya sebatas seremonial, tetapi melibatkan edukasi mendalam kepada masyarakat lokal, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan calon pengantin, mengenai pentingnya asupan gizi yang memadai dan sanitasi yang bersih.
Gizi yang layak adalah hak fundamental setiap anak sejak periode seribu hari pertama kehidupan. Melalui kampanye ini, ia menekankan bahwa investasi pada kesehatan dan gizi anak merupakan investasi vital bagi masa depan bangsa. Tindakan ini merupakan pengingat tegas bahwa hak untuk tumbuh sehat adalah landasan utama dalam menjamin anak-anak dapat mengakses hak-hak mereka yang lain, termasuk pendidikan dan kesempatan hidup yang lebih baik.
Baca Juga: Cegah Tindak Pidana Pencucian Uang, Penerapan PMPJ oleh Notaris Perlu Diperketat
Pengalaman CLK di Kabupaten Asmat, Papua, benar-benar menjadi katalisator bagi refleksi mendalam tentang arti sesungguhnya dari "kemewahan" dan "privilege."(Foto:@Cinta Laura Kiehl/Facebook)
Mengakhiri Ancaman Kekerasan Seksual terhadap Anak
Di sisi lain, dalam perannya sebagai Duta Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, Cinta Laura membawa misi yang sangat sensitif dan mendesak: menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari ancaman kekerasan seksual. Di Asmat, ia secara aktif memberikan edukasi dan pemahaman kepada komunitas, terutama menargetkan orang tua dan tokoh masyarakat, mengenai bahaya, dampak jangka panjang, serta prosedur pelaporan kasus kekerasan seksual.
CLK mendorong pemberdayaan perempuan agar berani menyuarakan kebenaran, melindungi diri dan anak-anak mereka, serta memutus rantai kekerasan yang mungkin terjadi secara turun-temurun. Pesan yang ia bawa adalah pesan harapan dan keberanian, yang memastikan bahwa hak setiap anak untuk merasa aman, terlindungi, dan bebas dari trauma adalah sesuatu yang harus dijaga dan diperjuangkan oleh seluruh elemen masyarakat.
Menuntut Perwujudan Hak Anak Seutuhnya
Melalui interaksi personalnya yang menyentuh dengan anak-anak di Asmat, Cinta Laura terus menegaskan bahwa pendidikan yang berkualitas, ruang untuk berekspresi, dan kesempatan untuk memiliki mimpi bukanlah privilege melainkan hak mutlak setiap anak. Ia menggambarkan situasi di lapangan, di mana bagi anak-anak di wilayah tersebut, mengakses fasilitas dasar seperti sekolah yang layak dan air bersih dapat menjadi kemewahan sejati yang seringkali terabaikan dalam diskursus nasional.
Pesan tersebut menggarisbawahi pentingnya kesetaraan hak yang menjadi inti dari Konvensi Hak-Hak Anak PBB dan peringatan Hari Anak Sedunia. Perjuangan Cinta Laura di daerah terpencil ini adalah panggilan bagi semua pihak untuk bersama-sama mengikis disparitas, memastikan bahwa setiap anak Indonesia, di mana pun mereka berada, memiliki landasan yang sama kuatnya untuk mencapai potensi penuh mereka tanpa diskriminasi.
Baca Juga: Culinary Class Wars 2 Tayang Desember 2025, Para Koki Kembali Bersaing Ketat
Mewujudkan Indonesia Layak Anak
Kisah perjuangan gizi dan anti-kekerasan yang dibawa oleh Cinta Laura dari Asmat ini menjadi refleksi penting di momen Hari Anak Internasional. Ia menunjukkan bahwa upaya mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) memerlukan lebih dari sekadar komitmen politik; ia membutuhkan aksi nyata, kolaborasi lintas sektor, dan kepedulian tulus dari setiap individu.
Keterlibatan figur publik yang tulus menjadi katalisator kuat untuk meningkatkan kesadaran publik dan mendorong alokasi sumber daya yang tepat sasaran. Hari Anak Sedunia ini harus menjadi momentum kolektif bagi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan seluruh masyarakat untuk bersatu. Melindungi hak anak berarti melindungi masa depan keberlanjutan bangsa, dan perjuangan di Papua adalah bukti nyata bahwa upaya tersebut harus dilakukan dengan totalitas, cinta, dan dukungan tanpa henti.
Refleksi CLK menyoroti kesenjangan yang ada dan mendorong kita untuk menghargai privilege yang dimiliki sehari-hari. Mulai dari listrik yang stabil, transportasi yang mudah, hingga fasilitas kesehatan yang memadai semua kemudahan ini adalah bentuk kemewahan yang tak disadari.
Pengalaman di Papua mengajarkan bahwa banyak orang di Indonesia masih berjuang untuk hal-hal yang bagi sebagian lainnya sudah tersedia tanpa perlu dipikirkan. Oleh karena itu, kesadaran ini bukan hanya tentang bersyukur, tetapi juga memunculkan tanggung jawab untuk peduli dan berbuat sesuatu terhadap saudara-saudara yang kurang beruntung, serta menggunakan privilege yang ada untuk memberikan dampak positif bagi mereka yang masih menganggap air bersih dan pendidikan sebagai kemewahan tertinggi.



