SUKABUMIUPDATE.com - Permainan tradisional anak-anak kini bertransformasi menjadi semacam "portal waktu interaktif", menawarkan glimpse langsung ke dalam cultural legacy dan sejarah dunia. Bayangkan: dari tantangan ketangkasan yang butuh fokus total, hingga aktivitas tim yang super energik, setiap bangsa punya DNA bermain yang unik sebuah tradisi keren yang sudah di-pass down dari generasi ke generasi. Ini bukan sekadar nostalgia; ini adalah cara fun untuk terkoneksi dengan akar sejarah kita.
Hebatnya, di mana pun lokasinya, game-game kuno ini secara universal menanamkan soft skill penting abad ke-21. Kita bicara tentang teamwork solid, strategi berpikir cepat, agility fisik, dan fair play dalam kompetisi. Dengan menyelami keseruan ini, kita tidak hanya bermain, tetapi juga mendapatkan tiket VVIP ke jendela global childhood sebuah koneksi mendalam yang melintasi timeline dan geography.
Di Indonesia sendiri, permainan tradisional seperti Engklek (dengan variasi pola yang menantang spatial awareness), Gasing (menguji keseimbangan dan teknik putaran sempurna), atau Bambu Gila dari Maluku, adalah aset heritage nyata yang siap di-reboot. Ini adalah hidden gems yang menawarkan alternatif screen time, mengajak anak-anak zaman sekarang untuk bergerak, berinteraksi langsung, dan merasakan keseruan otentik yang diturunkan oleh kakek-nenek mereka, menjadikannya sebuah jembatan yang fresh antara masa lalu dan digital age saat ini.
Baca Juga: Krisis Perlindungan Anak: Kaleidoskop 2025 di Balik Pintu Tertutup
Dari permainan ketangkasan yang fokus hingga kegiatan kelompok yang energik, setiap negara menawarkan tradisi bermain yang unik yang telah diwariskan secara turun temurun (Ilustrasi:CanvaAI)
1. Jepang
Anak-anak Jepang memiliki kecintaan terhadap permainan yang menuntut ketelitian dan kesabaran, mencerminkan apresiasi budaya terhadap detail dan penguasaan. Salah satu yang paling ikonik adalah Kendama, sebuah mainan kayu yang menantang pemain untuk menangkap bola pada tiga cawan berbeda atau bahkan menusuknya pada duri di ujung gagang. Permainan ini melatih fokus, keseimbangan, dan koordinasi mata-tangan yang luar biasa, sering kali membutuhkan latihan bertahun-tahun untuk mencapai level mahir.
Selain itu, ada Otedama, yang melibatkan melempar dan menangkap kantung kain kecil yang diisi kacang. Permainan ini dapat dimainkan sebagai juggling sederhana atau mirip dengan permainan Jacks, sering dilakukan bersamaan dengan nyanyian tradisional.
2. India
Permainan di India sering menonjolkan kekuatan fisik, strategi kelompok, dan daya tahan. Salah satu yang paling terkenal dan menuntut adalah Kabaddi, sebuah olahraga kontak yang unik. Dalam Kabaddi, seorang "penyerang" harus berlari ke wilayah lawan, menyentuh satu atau lebih pemain mereka, dan kembali ke wilayahnya tanpa menarik napas, sambil terus menerus meneriakkan kata "Kabaddi" sebagai bukti nafas yang ditahan. Permainan ini adalah tes unik dari kekuatan, kecepatan, dan perencanaan taktis. Di sisi yang lebih tenang, ada Pachisi, sebuah permainan papan silang kuno yang dimainkan dengan dadu kerang dan dianggap sebagai salah satu nenek moyang permainan modern seperti Ludo.
Baca Juga: Tinggalkan Work Life Balance 50:50! Ganti Work Life Harmony yang Bikin Hidup Ngalir Tanpa Stress
3. Korea Selatan 🇰🇷
Di Korea, permainan cenderung menekankan ketangkasan, ritme, dan interaksi yang cepat. Anak-anak sering bermain Gonggi, yang sangat mirip dengan permainan jacks tetapi menggunakan lima batu kerikil atau plastik kecil. Pemain harus melempar satu batu ke udara sambil dengan cepat memungut batu lain dari tanah dengan jumlah yang bervariasi mulai dari satu per satu hingga semua batu sekaligus sebelum menangkap batu yang dilempar. Permainan ini menuntut kecepatan tangan, konsentrasi, dan kontrol yang luar biasa.
Permainan-permainan ini, terlepas dari lokasinya, secara universal mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja sama tim, strategi, ketangkasan fisik, dan persaingan sehat (Ilustrasi:CanvaAI)
4. Ghana (Afrika Barat)
Permainan Afrika Barat sering berpusat pada kecerdasan, kecepatan, dan kerja tim yang kohesif. Pilolo dari Ghana adalah permainan yang sangat seru dan kompetitif, berfungsi sebagai perlombaan berburu harta karun cepat. Seorang pemain bertindak sebagai penyembunyi, menempatkan benda-benda kecil di tempat tersembunyi, dan pemain lain berlomba untuk menjadi yang pertama menemukan benda tersebut. Selain itu, permainan papan Mancala termasuk varian seperti Bao dan Oware—adalah warisan budaya Afrika yang mengajarkan perhitungan, perencanaan jangka panjang, dan strategi yang kompleks.
5. Meksiko
Di Meksiko, permainan sering kali melibatkan indra dan gerakan yang menyenangkan. La Gallina Ciega atau "Ayam Buta" adalah versi populer dari Blind Man's Bluff. Dalam permainan ini, satu pemain ditutup matanya dan harus menangkap pemain lain hanya dengan mengandalkan indra pendengaran dan sentuhan. Ini adalah permainan yang memicu kegembiraan dan tawa, melatih anak-anak untuk peka terhadap lingkungan sekitar mereka tanpa bantuan penglihatan.
6. Britania Raya
Anak-anak Inggris merayakan permainan musiman seperti Conkers, yang dimainkan di musim gugur dengan buah horse chestnut (yang disebut conker). Setiap conker dilubangi dan diikatkan pada tali. Dua pemain bergiliran mengayunkan conker mereka untuk mencoba memecahkan conker lawan. Ini adalah duel ketepatan dan kekuatan yang telah menjadi tradisi di sekolah-sekolah dan taman bermain selama ratusan tahun. Permainan Marbles (Kelereng) juga tetap menjadi favorit, di mana pemain berusaha memukul dan memenangkan kelereng lawan.
Baca Juga: Kaleidoskop 2025: Revolusi Baterai Solid-State & Isu Lingkungan di Rajaampat
Ilustrasi: Anak-anak Indonesia sedang bermain Permainan Tradisional. (Foto: IG/@sundabagja)
7. Amerika Serikat
Permainan Amerika sering bersifat perintah, kecepatan, dan kontrol diri. Red Light, Green Light adalah contoh utama yang sangat populer. Seorang pemimpin memberikan aba-aba untuk berlari ("Lampu Hijau") atau segera berhenti ("Lampu Merah"). Gerakan sekecil apa pun saat aba-aba "Lampu Merah" dikeluarkan akan membuat pemain harus kembali ke garis awal. Ini adalah permainan yang mengajarkan anak-anak untuk mengendalikan impuls dan merespons instruksi dengan cepat.
8. Filipina
Permainan tradisional Filipina dikenal sangat fisik dan energik, sering kali dimainkan di luar ruangan dan melibatkan kelincahan. Luksong Lubid adalah lompat tali yang dimainkan secara berkelompok menggunakan tali yang terbuat dari karet gelang yang disambung. Ketinggian tali secara bertahap dinaikkan, menantang pemain untuk melompat lebih tinggi hingga mencapai ketinggian kepala. Ada juga Luksong Baka, sebuah permainan melompati punggung orang lain di mana "baka" (sapi) yang membungkuk akan perlahan-lahan berdiri lebih tegak, menuntut lompatan yang semakin tinggi.
9. Indonesia
Sebagai negara kepulauan yang kaya akan budaya, Indonesia memiliki beragam permainan tradisional yang sangat digemari dan bervariasi di setiap daerah. Salah satu yang paling universal adalah Engklek (sering disebut Hopscotch), di mana pemain harus melompati kotak-kotak yang digambar di tanah dengan satu kaki sambil menggunakan 'gacuk' (batu kecil) sebagai penanda area terlarang. Permainan ini melatih keseimbangan, ketelitian, dan daya tahan fisik.
Selain itu, Egrang, yang melibatkan berjalan menggunakan dua tongkat bambu panjang dengan pijakan di tengahnya, adalah ujian keseimbangan, keberanian, dan keterampilan motorik yang sering dilombakan dalam festival rakyat.
Baca Juga: The Real Mother of Wi-Fi: Kisah Ajaib di Balik Sinyal Nirkabel Anda
Pada tanggal 20 November 2025, peran permainan tradisional dari seluruh dunia ini, mulai dari Engklek di Indonesia hingga Kendama di Jepang merupakan elemen yang mengingatkan akan kesamaan mendasar yang menyatukan wadah bagi anak-anak, di mana permainan-permainan ini beroperasi sebagai bahasa universal anak-anak, dengan mudah melintasi batasan-batasan geografis dan perbedaan budaya.
Aktivitas fisik yang kaya ini tidak hanya menawarkan kegembiraan bagi generasi muda, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian bagian penting dari identitas dan budaya global. Mefleksikan hak setiap anak untuk bermain, tawa yang dihasilkan saat memainkan permainan-permainan kuno ini merupakan suara yang idealnya perlu terus terdengar oleh generasi-generasi mendatang. Keberlanjutan praktik-praktik seperti ini secara tidak langsung mendukung pemeliharaan koneksi terhadap sejarah dan warisan budaya yang terwujud dalam kegiatan bermain yang sederhana, universal dan riil, terbebas dari gadget.



