SUKABUMIUPDATE.com - Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Jaya Mandiri (Perumdam TJM) terus mengupayakan kualitas air baku yang aman dan layak konsumsi bagi masyarakat Sukabumi, meski menghadapi tantangan musiman dan teknis yang cukup kompleks. Kualitas air baku yang dikelola Perumdam TJM diketahui bervariasi tergantung musim, kondisi hidrologi, serta aktivitas masyarakat di sekitar sumber air.
Meski demikian, air baku tersebut masih berada dalam batas aman sesuai regulasi. Oleh karena itu, proses pengolahan lanjutan menjadi krusial agar air yang disalurkan ke pelanggan memenuhi standar mutu air minum.
Ida Darmawati, A.Md, Kabag Produksi Perumdam TJM Kabupaten Sukabumi menegaskan bahwa perusahaan sudah menerapkan berbagai langkah strategis untuk menjaga kualitas air, antara lain:Pengurasan intake secara rutin untuk mencegah penumpukan lumpur dan sedimen; Pembersihan bak sedimentasi dan filtrasi secara berkala; Penyesuaian dosis bahan kimia seperti koagulan dan flocculant sesuai kondisi air baku.
Baca Juga: Timnas Kalah Tapi 4 Pemain Persib Tampil, Bojan Hodak: Bagus Mereka Dapat Menit Bermain
Perumdam TJM juga melakukan pemantauan kualitas air melalui laboratorium dan sistem SCADA. Kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan LABKESDA untuk pengawasan eksternal.
“Juga melakukan pemeliharaan jaringan distribusi agar air tetap bersih hingga ke pelanggan, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sumber air,” jelasnya.
Teknologi SCADA Dukung Pengawasan Real-Time
Salah satu inovasi yang telah diterapkan adalah sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition), yang memungkinkan pemantauan dan pengendalian proses pengolahan air secara real-time. Teknologi ini telah digunakan di beberapa Instalasi Pengolahan Air (IPA) seperti IPA Cibadak Caringin, IPA Cikembar, IPA Palabuhanratu, dan IPA Pasir Bandera Cisolok.
Baca Juga: Pemerintah Buka Peluang UMKM Kelola Tambang? Menteri Maman: Harus Pengusaha Lokal
Menurut Ida, upaya ini juga menghadapi sejumlah kendala diantaranya:Kekeruhan air baku saat musim hujan; Penyumbatan pada intake, pompa, dan saringan akibat sampah dan lumpur; Penurunan debit air saat musim kemarau; Pencemaran dari aktivitas warga di sekitar sumber air; Kerusakan jaringan distribusi seperti kebocoran pipa dan valve rusak; serta Gangguan alam seperti longsor dan gempa yang merusak infrastruktur. (adv)