Hunian Layak Kampung KDM, Babak Baru Kehidupan Penyintas Bencana Nyalindung Sukabumi

Sukabumiupdate.com
Senin 01 Des 2025, 15:40 WIB
Hunian Layak Kampung KDM, Babak Baru Kehidupan Penyintas Bencana Nyalindung Sukabumi

Kampung KDM (sebutan warga) di Desa Mekarsari Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. (Sumber : SU/Turangga Anom).

SUKABUMIUPDATE.com - Rasa waswas setiap kali hujan turun perlahan mulai sirna bagi sebagian warga Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. Hampir satu tahun pasca peristiwa pergerakan tanah yang melanda wilayah selatan Sukabumi pada 4 Desember 2024, kini warga mulai bisa bernapas lega.

Hunian baru yang dibangun di kawasan yang oleh warga disebut Kampung KDM mulai ditempati sejak beberapa bulan lalu, menjadi fase baru setelah masa panjang tinggal di bawah kekhawatiran retakan tanah dan tenda pengungsian.

Pada Senin siang (1/12/2025) Reporter sukabumiupdate.com berinisiatif meliput area relokasi baru tersebut, Misbah, salah satu penghuni baru, kini lebih sering duduk di teras rumah barunya sambil memandang hamparan sawah dan pepohonan.

Sudah satu bulan ia dan istrinya tinggal di sini. Ia masih mengingat jelas malam ketika rumah lamanya di Kampung Cirendeu Pasir mulai berubah, lantai meretak, keramik terangkat, tembok terbelah.

Baca Juga: Kebakaran Diduga Konsleting Mesin Cuci, Dapur Rumah Warga di Parungkuda Sukabumi Hangus

"Di rumah lagi diem aja, cuman bunyi gitu kalau malam itu trek-trek," kenangnya pelan. "Pas dilihat keramik udah pada ngangkat, kamar mandi pada belah. Panik waktu itu, makanya saya ngungsi aja ke orang tua." lanjutnya lirih.

Beberapa hari sebelumnya hujan turun tanpa henti. Malam-malam menjadi panjang, bukan karena aktivitas, tetapi karena rasa takut rumah akan benar-benar runtuh. Hingga akhirnya, pagi itu tiba: bangunan yang ia tempati selama 10 tahun tak lagi utuh. Banyak kenangan tertinggal di sana, tetapi tidak lagi keselamatan.

Dari Lokasi Merah ke Zona Hijau

Pemerintah kemudian menetapkan lokasi rumah Misbah dan warga lainnya sebagai zona merah. Tinggal di sana saat musim hujan bukan lagi pilihan. Bantuan darurat datang, tenda pengungsian berdiri, dan harapan perlahan tumbuh bersama rencana relokasi. Hingga suatu hari, rombongan pejabat melintas.

"Pas itu pak Dedi (Gubernur Jawa Barat) lewat ke Cisayar, dibawah ada bencana juga sama. Udah itu dipanggilah kesana lembur Pakuan," ujar Misbah. "Karena 17, pak kades minta tambahan dikasih lah 20. Abis itu dikasihlah bantuan satu unit 40 juta." jelasnya tersenyum.

Baca Juga: Potensi Banjir Menengah-Rendah Kecamatan Kota-Kab Sukabumi, Dasarian I Desember 2025

Sebuah lahan dibeli secara gotong royong dan dikoordinasi pemerintah desa. Rumah-rumah dibangun cepat; hanya butuh sekitar sebulan untuk berdiri. Rumah Misbah berukuran 7x5 meter, dengan dinding bilik dan fondasi kayu. Dan, anehnya, rumah itu terasa lebih hangat lebih manusiawi daripada beton.

"Kalau disini adem ya, kalau panas masuk ke dalam enak adem. Kalau malam gak dingin karena kayu," tuturnya sambil tersenyum kecil.

Nama Kampung KDM, kata Misbah, juga bukan program resmi. Itu sebutan warga untuk mengenang siapa yang menginisiasi pembangunan kawasan tersebut. “Warga yang nyebut. Kalau nanti pak gubernur mau ganti nama juga gak apa-apa,” katanya.

Rumah Panggung Sebagai Identitas Baru

Kepala Desa Mekarsari, Ilham Maulana, membenarkan bahwa pemilihan desain rumah dilakukan langsung atas arahan pemprov. Ia mengatakan, “Pak gubernur ingin desainnya dikembalikan ke ornamen rumah tradisional. Jadi konsepnya rumah panggung.” katanya.

Ilham menjelaskan hingga awal Desember 2025 sudah 26 rumah berdiri dari target 28 unit. “Total korban bencana ada 102 KK. Baru 26 yang tertangani. Sisanya masih berharap bantuan dari pemerintah pusat atau pihak lain,” ujarnya.

Ia juga menyebut kawasan tersebut dipilih karena telah dinyatakan aman oleh BPBD. “Itu zona hijau. Mudah-mudahan nanti semua warga terdampak bisa dipindahkan kesana,” jelasnya.

Meski puluhan rumah sudah jadi, fasilitas pendukungnya masih dalam proses penyelesaian. Pemerintah provinsi bersama TNI sedang menyelesaikan area jalan, penataan lingkungan, dan paving blok. “Awalnya hotmix, tapi akhirnya diputuskan paving karena sesuai konsep kawasan,” kata Ilham.

Ia menyebut Kampung KDM kini dihuni sekitar 80–90 jiwa dari empat RT terdampak. Kawasan ini juga disiapkan sebagai tempat evakuasi cepat bila ada warga yang sewaktu-waktu harus pindah karena kondisi tanah lama memburuk.

Ilham berharap kawasan ini bukan hanya hunian relokasi, tetapi juga memiliki nilai ekonomi. “Di belakang Kampung KDM ada pemandangan bagus, ada sawah dan view Gunung Gede. Kita ingin ini jadi potensi wisata,” ujarnya.

Menata Hidup dari Awal

Misbah kini bekerja serabutan di kebun sekitar kampung karena pekerjaan lamanya di percetakan terhenti. Namun ia tidak kehilangan arah. “Yang penting aman dulu. Nanti pelan-pelan kita tata hidup lagi,” katanya.

Di ruang panggung bambunya, Misbah menatap dinding rumah baru dengan ekspresi yang sulit dimaknai campuran syukur, kehilangan, dan harapan.

Rumah lama mungkin tinggal kenangan, tetapi bagi warga Kampung KDM, yang terpenting mereka tidak lagi hidup dalam ketakutan.

 

Berita Terkait
Berita Terkini