Ras Muhamad Jadi Sorotan di Festival Musik Rise Up Unity 2025

Sukabumiupdate.com
Rabu 19 Nov 2025, 17:36 WIB
Ras Muhamad Jadi Sorotan di Festival Musik Rise Up Unity 2025

Di tengah hiruk-pikuk persiapan festival ini, sosok Ras Muhamad tetap menjadi sorotan sebagai benang merah yang menjaga kedalaman makna dalam industri musik kita. (Foto:@ras_muhamad/Instagram)

SUKABUMIUPDATE.com - Lupakan sejenak dominasi algoritma layanan streaming yang mendikte selera pasar secara digital. Di penghujung tahun 2025 ini, panggung musik Indonesia justru sedang menemukan kembali detak jantungnya melalui interaksi fisik yang masif, organik, dan penuh makna.

Dua festival besar, Rise Up Unity dan KOPLING (Koplo Keliling), hadir bukan sekadar sebagai perhelatan ritme, melainkan pembuktian bahwa musik lokal memiliki kekuatan magis untuk menyatukan polarisasi sosial sekaligus menggerakkan roda ekonomi kerakyatan. Dari sudut Jakarta Selatan yang menyuarakan perlawanan urban hingga stadion di Cibinong yang bersiap meledakkan euforia dangdut akhir pekan ini, benang merah yang terjalin sangat jelas: musik kita lahir dari akar rumput, tumbuh dalam komunitas, dan kini bergema lebih lantang dari sebelumnya.

Gelombang pertama baru saja menghantam Cibis Park, TB Simatupang, pada 8 November lalu lewat tajuk Rise Up Unity 2025. Diinisiasi oleh Hip Hop Reggae Connection (HRC), acara ini berhasil mengubah ruang terbuka hijau menjadi lautan getaran positif yang sarat pesan sosial. Di bawah panji slogan "One Vibration. One Movement," kolaborasi lintas genre terjadi begitu bertenaga.

Baca Juga: Wakapolri Jujur: Akui Warga Lebih Percaya Damkar Dari Polisi dalam Merespon Aduan

Empat pilar utama pergerakan ini  Ras Muhamad, Tuan Tigabelas, Conrad Good Vibration, dan produser visioner Dirayha tidak hanya tampil menghibur, tetapi menyuguhkan sebuah manifesto sonik. Momen paling ikonik malam itu terjadi saat power track "Rise Up Unity" dibawakan; perpaduan vokal tenor Ras Muhamad yang penuh jiwa rastafari beradu dengan rima tajam Tuan Tigabelas di atas beat hip hop dan bassline irie yang kental. Penonton yang hadir, sebuah demografi unik yang mencampurkan anak muda urban, aktivis lingkungan, hingga penikmat musik sidestream, bergoyang dalam satu frekuensi, merayakan solidaritas di tengah gerimis yang justru menambah kekhusyukan suasana.

Sementara gema perlawanan masih terasa di Jakarta Selatan, badai energi yang berbeda namun tak kalah dahsyat sedang bergerak menuju Cibinong. KOPLING 2025 atau Festival Musik Koplo Keliling, sebuah inisiasi brilian dari Kementerian UMKM bersama Gajah Mada Entertainment, tengah menjadi fenomena budaya pop baru. Setelah sukses besar mengguncang Gambir Expo, sorotan kini tertuju penuh ke Stadion Pakansari untuk edisi 22-23 November mendatang.

Bagi para partygoers yang bersiap merapat, strategi waktu menjadi krusial mengingat open gate dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB. Sesi senja diprediksi akan menjadi momen syahdu bersama Juicy Luicy yang memanaskan suasana sing-along, sebelum eskalasi energi memuncak di malam hari. Rundown indikatif menempatkan The Changcuters dan Aftershine sebagai pemicu adrenalin pasca-Maghrib, yang akan ditutup dengan klimaks "goyang ambyar" dari sang headliner, NDX AKA dan Ndarboy Genk, hingga tengah malam.

Baca Juga: Efek Rumah Kaca Merayakan "Sinestesia" di Panggung IMUST 2025

Logistik dan aksesibilitas menuju Stadion Pakansari juga menjadi perhatian utama penyelenggara demi kenyamanan ribuan pengunjung. Mengingat kepadatan lalu lintas area Cibinong saat akhir pekan, penggunaan transportasi publik sangat disarankan. Pengunjung dari Jakarta dapat memanfaatkan KRL Commuter Line rute Jakarta Kota-Bogor dan turun di Stasiun Bojong Gede atau Stasiun Cibinong, kemudian melanjutkan perjalanan singkat menggunakan ojek online yang telah bekerja sama dengan promo khusus festival.

Bagi yang membawa kendaraan pribadi, kantong parkir telah disiapkan di area lingkar luar stadion dan beberapa titik di Jalan Kol. Edy Yoso Martadipura, namun ketersediaannya akan sangat kompetitif. Pengunjung diimbau datang lebih awal, tidak hanya untuk mengamankan parkir, tetapi juga untuk menjelajahi ratusan booth UMKM kuliner Bogor dan Jakarta yang siap memanjakan lidah sebelum konser dimulai.

Di tengah hiruk-pikuk persiapan festival ini, sosok Ras Muhamad tetap menjadi sorotan sebagai benang merah yang menjaga kedalaman makna dalam industri musik kita. Pria kelahiran 1982 dengan nama asli Muhamad Egar ini kembali membuktikan bahwa ia bukan sekadar penampil, melainkan arsitek budaya. Dengan latar belakang pendidikan di New York City yang mempertemukannya dengan kultur hip hop Wu-Tang Clan hingga roots reggae Jamaica, Ras membawa intelektualitas ke dalam lirik-liriknya.

Baca Juga: Lirik Lagu ONE MORE TIME ALLDAY PROJECT, Menikmati Kebebasan Sepanjang Hari

Album terbarunya, Kaleidoscope Vol. 1, yang kini tengah mendulang ratusan ribu pendengar, menjadi bukti evolusi musikalitasnya. Penampilannya di Rise Up Unity, membawakan lagu "Bangkit" dan versi akustik "Selamat Tinggal", seolah menjadi pengingat bahwa di tangannya, musik adalah senjata perdamaian dan kritik sosial yang relevan, sebuah semangat yang ia harapkan juga menular pada kerumunan massa di festival manapun.

Inilah wajah industri musik Indonesia di tahun 2025: sebuah sinergi di mana idealisme menjaga kewarasan jiwa, sementara euforia menjaga semangat hidup. KOPLING membuktikan bahwa ekosistem musik adalah tulang punggung ekonomi riil, di mana tiket seharga Rp85 ribu hingga Rp260 ribu menjadi investasi yang menghidupi ratusan pelaku usaha kecil. Di sisi lain, Rise Up Unity mengingatkan kita akan pentingnya pesan di balik nada. Bagi Anda yang belum memiliki rencana akhir pekan ini, Stadion Pakansari memanggil untuk menjadi saksi sejarah di mana tradisi koplo dan modernitas pop berdansa dalam satu irama, menciptakan gelombang ekonomi dan kebahagiaan yang nyata bagi rakyat.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini