SUKABUMIUPDATE.com - Selama ini, "Kopling" akrab di telinga masyarakat sebagai singkatan dari "Kopi Keliling" atau merujuk pada bisnis warung kopi keliling yang menghidupi banyak pelaku usaha mikro. Namun, pada 2025 ini, KOPLING mendapatkan makna baru yang lebih besar dan penuh gelora melalui Festival Musik Koplo Keliling (KOPLING) 2025. Inisiatif ini mentransformasi semangat wirausaha akar rumput tersebut ke dalam sebuah panggung festival besar.
Inovasi dalam menyinergikan gelora industri kreatif dengan denyut nadi ekonomi kerakyatan kembali dihadirkan oleh Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Melalui festival bertajuk Musik Koplo Keliling (KOPLING) 2025, kementerian bersama Gajah Mada Entertainment menciptakan sebuah platform terintegrasi yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi penggerak roda perekonomian lokal.
Sebagai festival musik dan UMKM terbesar di Indonesia, KOPLING 2025 akan digelar di dua kota: Gambir Expo, Jakarta, pada 8-9 November, dan berlanjut ke Stadion Pakansai, Cibinong, pada 22-23 November. Acara ini bertujuan mengubah paradigma bahwa musik koplo semata untuk hiburan, menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang memberdayakan.
Baca Juga: Komentar Thom Haye Setelah Ditunjuk Jadi Pemain Terbaik di Laga Menghadapi PSBS
Baca Juga: Jay Prasetyo Hadirkan "Butik", Sebuah Oase Jazz Absurd di Tengah Hiruk-Pikuk Industri Musik
"KOPLING hadir bukan sebagai konser biasa, melainkan sebuah panggung berkelas internasional yang memadukan bakat musisi ternama dengan gelora kewirausahaan para pelaku UMKM," papar Deputi Bidang Usaha Kecil KemenUMKM, Temmy Satya Permana, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/10). "Ini adalah wujud nyata dari kolaborasi antara industri kreatif dan ekonomi rakyat."
Festival yang mengusung semangat "Goyang Ambyar, UMKM Bersinar" ini akan menampilkan deretan artis papan atas seperti The Changcuters, Drive, Feby Putri, Danilla, dan Starbee. Mereka akan mempersembahkan pertunjukan spesial dengan aransemen koplo modern, memadukan elemen pop dan dangdut kekinian, membuktikan bahwa musik koplo dapat setara dengan genre musik lainnya.
Tidak hanya suguhan musik, KOPLING 2025 juga menjadi wadah bagi ratusan pelaku UMKM dari bidang kuliner, fesyen, dan gaya hidup untuk memamerkan produk-produk unggulan mereka. Seluruh produk yang ditampilkan telah melalui proses kurasi ketat untuk memastikan kualitas terbaik, menawarkan pengalaman berbelanja yang tak kalah menarik.
Baca Juga: One UI 8 Resmi Hadir untuk Galaxy A55 & A35!
Baca Juga: Warga Gotong Royong Bongkar Kelas Rusak Demi Keselamatan Siswa SDN Gunung Batu Sukabumi
Temmy juga menekankan bahwa KOPLING adalah momen penting bagi para pekerja kreatif, khususnya musisi, untuk menyadari posisi mereka dalam ekosistem UMKM. Karya seni, mulai dari lagu, aransemen, hingga penampilan, memiliki nilai ekonomi tinggi yang harus dikelola secara profesional.
"Seorang musisi pada hakikatnya juga adalah pengusaha. Mereka perlu memahami manajemen usaha, melindungi hak cipta, mengelola keuangan, dan membangun profesionalitas. KOPLING hadir sebagai ruang belajar dan sekaligus panggung untuk mewujudkannya," jelas Temmy. Pendapat senada diungkapkan oleh CEO Gajah Mada Entertainment, Jemmy Tyonoto. Ia menyatakan bahwa KOPLING lebih dari sekadar festival musik, melainkan sebuah gerakan budaya dan ekonomi.
"Kolaborasi dengan Kementerian UMKM dan BUMN memperluas dampak positif acara ini. KOPLING adalah bagian dari upaya kolektif untuk memperkuat fondasi ekonomi rakyat, dengan musik koplo sebagai kekuatan baru dalam industri kreatif nasional," tutur Jemmy. Tiket untuk KOPLING 2025 sudah dapat dipesan melalui platform Goers. Untuk tiket harian (Daily Pass), harga dimulai dari Rp99.000 (Festival) dan Rp150.000 (VIP). Sementara untuk tiket dua hari (2 Day Pass), harga berkisar di Rp185.000 (Festival) dan Rp270.000 (VIP).
Dengan konsep musik yang segar, partisipasi UMKM yang luas, serta misi strategis untuk memacu ekonomi kreatif, Festival Musik KOPLING 2025 siap menjadi sebuah perhelatan akbar rakyat yang tidak hanya menggoyang penonton, tetapi juga mengokohkan pondasi ekonomi kerakyatan Indonesia.
