Efek Rumah Kaca Merayakan "Sinestesia" di Panggung IMUST 2025

Sukabumiupdate.com
Rabu 19 Nov 2025, 13:03 WIB
Efek Rumah Kaca Merayakan "Sinestesia" di Panggung IMUST 2025

Bagi ERK, penampilan ini menegaskan posisi mereka. Sejak debut 2007, band ini telah berevolusi dari garage rock menjadi eksplorasi konseptual, namun inti lirik yang menggugat realitas tetap konsisten. (Sumber : Facebook)

SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah sorotan terhadap perkembangan dan tantangan industri musik Indonesia, Efek Rumah Kaca (ERK) tampil istimewa di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki. Band yang dikenal sejak akhir 2000-an dengan lirik-liriknya yang puitis dan kritis ini menggelar penampilan spesial "10 Tahun Sinestesia" sebagai bagian dari Indonesia Music Summit (IMUST) 2025.

Konser yang dilaksanakan pada Rabu, 19 November 2025, pukul 20.00 WIB, ini menandai pembukaan resmi acara summit dua hari tersebut, sekaligus menjadi momen refleksi atas salah satu karya paling ambisius ERK. Bayangkan, ruangan semi-gelap dengan sekitar 250 penonton terdiri dari musisi, penggemar musik indie, dan praktisi industri terisi penuh saat Cholil Mahmud, vokalis ERK, memulai pertunjukan dengan fragmen pembuka dari album "Merah".

Lagu "Ilmu Politik" dimainkan secara perlahan. Liriknya yang membahas manipulasi kekuasaan terasa sangat relevan di era informasi digital saat ini. Penampilan dilanjutkan dengan "Lara di Mana-mana" dan "Ada-ada Saja", membawa penonton kembali ke tahun 2015, masa ketika Sinestesia dirilis sebagai penolakan terhadap tenggat waktu ketat label dan ekspektasi pasar.

Album ketiga ERK tersebut, dirilis pada 18 Desember 2015 melalui Jangan Marah Records, memiliki konsep unik. Terinspirasi dari sinestesia yang dialami bassist Adrian Faisal Yunan kondisi di mana suara diterjemahkan sebagai warna Sinestesia dibagi menjadi enam fragmen panjang yang mewakili spektrum warna: Merah, Biru, Jingga, Hijau, Putih, dan Kuning. Setiap track berdurasi rata-rata sembilan menit, menggabungkan dua hingga tiga segmen lagu yang saling terkait, menciptakan narasi yang panjang dan kompleks.

Baca Juga: Gara-gara Bug Cloudflare 18 November! Miliaran Dolar Melayang Akibat Sentralisasi Internet

Album ketiga ERK dirilis pada 18 Desember 2015 melalui Jangan Marah Records, memiliki konsep unik. Terinspirasi dari sinestesia yang dialami bassist Adrian Faisal Yunan kondisi di mana suara diterjemahkan sebagai warna SinestesiaAlbum ketiga ERK dirilis pada 18 Desember 2015 melalui Jangan Marah Records, memiliki konsep unik. Terinspirasi dari sinestesia yang dialami bassist Adrian Faisal Yunan kondisi di mana suara diterjemahkan sebagai warna Sinestesia (Mockup foto Cover: Canva)

Format pertunjukan intim di panggung IMUST dipertahankan: minim efek visual, hanya pencahayaan lembut yang berubah mengikuti alur lagu. Transisi ke "Biru" yang berisi "Pasar Bisa Diciptakan" dan "Cipta Bisa Dipasarkan" menghadirkan tawa ironis dari penonton.

Lirik satir mengenai komersialisasi seni terasa menohok, terutama di tengah kondisi industri musik Indonesia yang kini bergantung pada platform streaming dan tantangan AI-generated content. "Ini lagu yang dulu kami tulis soal bagaimana pasar bisa 'menciptakan' kreativitas, tapi sekarang malah sebaliknya kreativitas dipaksa masuk pasar," jelas Cholil di tengah jeda lagu.

Momen klimaks terjadi pada "Jingga", fragmen terpanjang 13 menit 28 detik. Dimulai dengan "Hilang", yang terinspirasi dari aksi Kamisan, lagu ini membangun tensi dari nada minor menuju ledakan "Nyala Tak Terperi", dan ditutup dengan euforia "Cahaya, Ayo Berdansa". Banyak penonton, termasuk mereka yang lahir pasca-1998, berdiri dan bertepuk tangan, menunjukkan bahwa tema perjuangan hak asasi dalam lagu ini masih menggema.

Segmen "Hijau" dengan kritik tajamnya "Keracunan Omong Kosong" dan "Cara Pengolahan Sampah" menyajikan metafora lingkungan dan politik yang terasa profetik di tengah krisis iklim. Setelah "Putih" yang tenang, "Kuning" menutup sesi dengan emosi yang kuat. Cholil menutup sesi dengan berbagi cerita singkat bahwa Sinestesia lahir dari kondisi indrawi Adrian, yang kini menjadi kekuatan unik band untuk bertahan di industri yang berubah cepat.

Bagi ERK, penampilan ini menegaskan posisi mereka. Sejak debut 2007, band ini telah berevolusi dari garage rock menjadi eksplorasi konseptual, namun inti lirik yang menggugat realitas tetap konsisten.Bagi ERK, penampilan ini menegaskan posisi mereka. Sejak debut 2007, band ini telah berevolusi dari garage rock menjadi eksplorasi konseptual, namun inti lirik yang menggugat realitas tetap konsisten. (Foto: @Efekrumahkaca/FB)

Baca Juga: Dihadiri 19 Negara, Konferensi Internasional School of Computer Science Nusa Putra 2025 di Kairo Mesir

IMUST 2025, yang diselenggarakan oleh Sashana Indonesia, dirancang sebagai forum dialog. Selain konser ERK, acara yang berlangsung selama dua hari, 19–20 November 2025, ini mencakup Music Discourse yang menghadirkan musisi seperti Ariel NOAH, Piyu, Once Mekel, dan Endah Widiastuti. Diskusi berfokus pada isu hak kekayaan intelektual, distribusi digital, hingga peran teknologi dalam bermusik.

"Kita perlu berhenti sejenak, mendengar, lalu langkah bersama," ujar Project Director Dhani 'Pette' Widjanarko, menekankan pentingnya inklusivitas.

Bagi ERK, penampilan ini menegaskan posisi mereka. Sejak debut 2007, band ini telah berevolusi dari garage rock menjadi eksplorasi konseptual, namun inti lirik yang menggugat realitas tetap konsisten. Di saat platform digital mendominasi, Sinestesia mengingatkan bahwa fondasi musik indie Indonesia adalah kualitas lirik dan konsep yang matang, bukan sekadar tren sesaat. Efek Rumah Kaca tampil intim membawakan album kritis "Sinestesia" di Indonesia Music Summit (IMUST) 2025 pada 19 November 2025. Perayaan 10 tahun album ini jadi refleksi tajam soal politik, komersialisasi, dan perjuangan hak asasi di industri musik.

Di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, persiapan akhir sedang dilakukan menjelang pembukaan Indonesia Music Summit (IMUST) 2025 malam ini. Puncak acara pembuka adalah penampilan spesial dari Efek Rumah Kaca (ERK) yang akan membawakan album ikonik mereka, "10 Tahun Sinestesia". Konser intim yang telah lama dinantikan ini dijadwalkan dimulai pada Rabu, 19 November 2025, pukul 20.00 WIB, dan diprediksi akan menjadi momen penting yang menggabungkan perayaan karya musik kritis dengan dialog industri.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini