SUKABUMIUPDATE.com - Peribahasa Sunda adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun. Dalam budaya Sunda, peribahasa bukan sekadar permainan kata, tetapi mengandung petuah, pengingat moral, filosofi hidup, dan cara pandang orang Sunda terhadap kehidupan.
Salah satu yang paling populer adalah Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak. Artinya di air selalu bersama, di darat selalu berkelompok. Pesan yang terkandung adalah bahwa manusia harus bisa beradaptasi, hidup rukun, dan tidak menyulitkan siapa pun di mana pun berada. Ini adalah gambaran ideal karakter masyarakat Sunda lembut, mudah berbaur, dan menghormati sesama. Berikut 35 peribahasa Sunda paling populer tentang kehidupan dan maknanya:
Baca Juga: Tiga Jantung Jawa Barat Simpan Rahasia Debus, Ternyata Bukan Monopoli Sunda Banten!
- Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak: Selalu bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, hidup kompak dan tidak menyulitkan orang lain.
- Cikaracak ninggang batu, laun-laun jadi dekok: Ketekunan akan menghasilkan perubahan besar.
- Hade ku omong, goréng ku omong: Ucapan dapat meninggikan atau menjatuhkan manusia.
- Ulah ngukur baju ku awak batur: Jangan menilai hidup orang lain dengan standar diri sendiri.
- Mun teu nyaba, moal nyaho: Tanpa merantau atau mencoba hal baru, kita tidak akan berkembang.
- Silih asah, silih asih, silih asuh: Saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan saling membimbing.
- Ulah gede hulu: Jangan sombong.
- Ulah gede ambek: Jangan mudah marah dan tersinggung.
- Nyaur kudu diukur, omong kudu ditangtung: Bicara harus dipikirkan dan dipertanggungjawabkan.
- Aya gula aya semut: Keuntungan menarik perhatian banyak orang.
- Nyaah ka sasama: Sayangi sesama manusia.
- Ulah poho ka asal: Jangan lupa asal-usul dan jati diri.
- Hirup kudu nyaho diri: Hidup harus mengetahui batas dan kemampuan diri.
- Ulah sarakah: Jangan tamak.
- Rada-rada ulah teuing: Hidup itu seimbang, jangan berlebihan.
- Mun teu nyaho ulah sok nyaho: Jika tidak tahu, jangan pura-pura tahu.
- Lebah nu bener kudu dibenerkeun: Yang benar harus dibenarkan.
- Ulah mokaha batur: Jangan menelantarkan teman.
- Ulah matak piceun batur: Jangan bersikap menyebalkan sampai orang menjauh.
- Ulah ngahina batur: Jangan merendahkan orang lain.
- Ulah jauh ka sorangan: Jangan menutup diri dari lingkungan.
- Beunang ka batur, ulah ngabeuratkeun: Jangan memberatkan hidup orang lain.
- Lamun rék nanjak kudu meunang cecekelan: Jika ingin naik tingkat, harus punya pegangan.
- Mun rék nyekel kudu kuat, mun rék ngaleupas kudu leupas: Jika berkomitmen, lakukan sepenuh hati, jika melepas, lakukan dengan ikhlas.
- Ulah kabita ku kulit luar: Jangan menilai dari penampilan saja.
- Ulah jadi tutunggul di buruan: Jangan pasif; lakukan sesuatu.
- Saur manuk keur eusi beuteung: Setiap orang berbicara sesuai kepentingannya.
- Lain lauk lain nyiur, ulah ngadagoan kiruh: Jangan menunggu sesuatu yang belum pasti.
- Ulah ngaleungitkeun jejak: Jangan melupakan proses dan perjuangan.
- Nyiar rejeki ulah ngarempak: Dalam mencari rezeki jangan merugikan orang lain.
- Moal aya haseup lamun henteu aya seuneu: Tidak ada akibat tanpa sebab.
- Anjeun enya, batur ogé enya: Hormati orang lain seperti menghormati diri sendiri.
- Ulah ukur ngadagoan hujan: Jangan hanya menunggu, lakukan tindakan.
- Sing sareundeuk saigel; Hidup dalam kebersamaan dan kekompakan.
- Ulah leuleus jeujeur, ulah pageuh teuing tulang: Bersikaplah fleksibel tetapi tetap punya prinsip.
Baca Juga: Dari Dewi sampai Gunung: 30 Inspirasi Nama Anak Sunda dari Alam dan Legenda
Peribahasa Sunda selalu relevan, karena berisi nilai-nilai universal kesopanan, kerja keras, empati, kedewasaan, dan harmoni sosial. Di tengah perubahan zaman, pesan seperti ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salogak menjadi pengingat penting bahwa manusia yang baik adalah yang mudah bergaul,kompak, rendah hati, dan bermanfaat di mana pun ia berada.
Sumber: berbagai Sumber




