Kasus Bunuh Diri Meningkat: Ini Tanda Mental Rusak pada Remaja yang Tak Boleh Diabaikan!

Sukabumiupdate.com
Jumat 14 Nov 2025, 12:00 WIB
Kasus Bunuh Diri Meningkat: Ini Tanda Mental Rusak pada Remaja yang Tak Boleh Diabaikan!

Ilustrasi - Tanda Mental Rusak pada Remaja yang Tak Boleh Diabaikan (Sumber : Freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah perkembangan teknologi, media sosial, dan tekanan akademik yang semakin berat, remaja saat ini menghadapi tantangan mental yang jauh lebih rumit dibandingkan generasi sebelumnya. Beberapa tahun terakhir, kasus bunuh diri di kalangan remaja mengalami peningkatan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Bukan hanya soal stres, tetapi kerusakan mental (mental breakdown dan mental distress berkepanjangan) yang tidak tertangani dapat membuat remaja kehilangan kemampuan untuk mengelola emosi, kehilangan arah hidup, bahkan memilih jalan tragis. Karena itu, sangat penting bagi orang tua, guru, dan lingkungan sekitar untuk mengenali tanda-tanda awal kerusakan mental pada remaja sebelum terlambat.

1. Perubahan Emosi yang Ekstrem dan Tidak Stabil

Remaja memang sedang mengalami perubahan hormon, tetapi perubahan emosi yang terlalu drastis adalah sinyal bahaya.
Misalnya:

  • Mudah meledak marah tanpa penyebab jelas
  • Menangis tiba-tiba
  • Tiba-tiba apatis dan tidak menunjukkan emosi
  • Sangat sensitif terhadap kritik kecil

Ini menandakan remaja sedang mengalami beban mental yang tidak mampu mereka kendalikan.

Baca Juga: Mengukur Efektivitas Sanksi Edukatif Pascahukuman Fisik

2. Menarik Diri dari Teman, Keluarga, dan Aktivitas

Jika remaja mulai menghindari teman, keluarga, atau kegiatan yang biasanya disukai, ini bisa menjadi sinyal bahwa mentalnya terganggu. Isolasi sosial sering dikaitkan dengan depresi atau stres berat. Contohnya remaja mulai menghindari:

  • kegiatan sekolah,
  • kegiatan favorit,
  • teman dekat,
  • pertemuan keluarga,

dan lebih memilih menyendiri di kamar berjam-jam, itu bisa jadi tanda depresi atau kecemasan parah. Isolasi adalah pola yang sangat sering muncul sebelum remaja melakukan tindakan berbahaya.

3. Perubahan Pola Tidur dan Makan yang Tidak Wajar

Mental yang terganggu sering memengaruhi tidur dan nafsu makan. Beberapa remaja bisa terlalu banyak tidur, sulit tidur, atau mengalami penurunan/makanan berlebihan secara tiba-tiba. Tanda ini muncul tanpa alasan fisik:

  • Tidak bisa tidur (insomnia)
  • Tidur terlalu banyak
  • Nafsu makan hilang total
  • Atau justru makan berlebihan karena stres

Tubuh dan pikiran remaja bekerja dalam satu sistem. Ketika mentalnya rusak, pola biologis mereka ikut terganggu.

4. Prestasi Turun Drastis dan Kehilangan Motivasi Hidup

Mental rusak dapat membuat remaja kehilangan minat belajar atau menurunnya prestasi akademik. Mereka tampak lelah, mudah menyerah, atau tidak peduli lagi dengan hal-hal yang sebelumnya penting. Jika anak yang sebelumnya:

  • rajin menjadi malas,
  • semangat belajar hilang,
  • tidak peduli dengan masa depan,
  • sering berkata “capek”, “nggak kuat”, “nggak ada gunanya”,

itu pertanda besar bahwa kondisi mentalnya mulai melemah, bukan sekadar malas biasa.

Baca Juga: Manfaat Kangkung untuk Kesehatan: Murah, Mudah, dan Kaya Nutrisi

5. Keluhan Fisik Berulang Tanpa Sebab Medis

Mental yang rusak sering muncul dalam bentuk fisik, seperti:

  • sakit kepala
  • nyeri dada
  • perut melilit
  • mual
  • lelah terus menerus

dan hasil pemeriksaan medis selalu normal. Ini disebut psychosomatic, sangat umum pada remaja yang mengalami tekanan berat.

6. Ketergantungan pada Gadget atau Dunia Maya

Remaja yang mentalnya tidak stabil cenderung:

  • menghabiskan waktu di media sosial berlebihan,
  • scrolling tanpa henti,
  • menutup diri dari dunia nyata,
  • menghindari interaksi sosial yang sesungguhnya.

Ini cara mereka kabur dari realita yang terlalu berat.

7. Membuat Pernyataan Gelap tentang Kematian

Tanda mental rusak yang serius dapat muncul dalam perilaku berisiko, seperti menyakiti diri sendiri, atau bahkan secara terang-terangan membicarakan tentang kematian. Tanda paling serius:

  • Membicarakan mati
  • Mengucapkan “Aku sudah nggak kuat”
  • “Kalo aku nggak ada, enak kali ya?”
  • Menulis status yang bernada putus asa
  • Mencari konten tentang bunuh diri

Ini adalah alarm bahaya besar. Jangan anggap ini drama remaja. Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang berbicara tentang bunuh diri memiliki risiko lebih tinggi untuk mencobanya.

Baca Juga: Persikabumi vs ASAD Purwakarta di Babak 12 Besar, Kapten Arif: Pressing di Menit Awal

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

  1. Dengarkan dengan empati, bukan menghakimi.
    Remaja tidak butuh kuliah panjang, mereka butuh didengar.
  2. Jaga komunikasi tetap lembut.
    Perlahan ajak bicara tanpa memaksa.
  3. Kurangi tekanan dan ekspektasi berlebihan.
    Banyak remaja rusak mental bukan karena tidak mampu, tetapi karena takut mengecewakan.
  4. Pantau perubahan perilaku sekecil apa pun.
  5. Batasi paparan media sosial, tapi dengan pendekatan yang penuh pengertian.
  6. Bawa ke psikolog atau konselor profesional jika tanda-tanda berlangsung lebih dari 2 minggu.
  7. Bangun lingkungan rumah yang aman dan suportif, bukan yang penuh teriakan, kritik, atau perbandingan.

Remaja masa kini hidup dalam dunia yang penuh tekanan. Ketika mental mereka mulai rusak, sering kali mereka tidak tahu cara meminta bantuan. Di sinilah peran orang tua sangat besar mengenali tanda-tanda lebih awal, memberikan dukungan tanpa syarat, dan mengambil tindakan yang tepat. Karena seringkali  yang dibutuhkan seorang remaja untuk tetap bertahan adalah seseorang yang mau mendengarkan mereka.

Baca Juga: Dinsos Sukabumi Fokus Kembangkan PSM Sebagai Ujung Tombak Penanganan Sosial Desa

Sumber: Psikology Today

Berita Terkait
Berita Terkini