Doomscrolling: Kebiasaan Scroll yang Menggerus Kesehatan Mental

Sukabumiupdate.com
Kamis 30 Okt 2025, 11:00 WIB
Doomscrolling: Kebiasaan Scroll yang Menggerus Kesehatan Mental

Ilustrasi Doomscrolling: Kebiasaan Scroll yang Menggerus Kesehatan Mental (Sumber : Freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Di era digital saat ini, banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam menatap layar ponsel atau komputer, terutama untuk mengikuti berita terbaru. Salah satu fenomena yang kini marak adalah doomscrolling, yaitu kebiasaan terus-menerus menggulir (scroll) berita negatif, tragedi, atau informasi menakutkan di media sosial atau platform berita daring. Fenomena ini tidak hanya membuat kita lebih cemas, tetapi juga dapat menggerus kesehatan mental secara signifikan.

Apa Itu Doomscrolling?

Doomscrolling adalah perilaku mengonsumsi berita negatif secara berlebihan yang memicu stres, kecemasan, atau rasa takut. Biasanya perilaku ini terjadi saat seseorang merasa khawatir akan kondisi dunia, seperti pandemi, bencana alam, konflik sosial, atau krisis ekonomi. Kebiasaan ini diperparah oleh algoritma media sosial yang menampilkan konten sensasional untuk meningkatkan interaksi pengguna.

Baca Juga: Dari Sandwich Generation hingga Imposter Syndrome:10 Tekanan Hidup di Era Modern

Dampak Doomscrolling terhadap Kesehatan Mental

Dampak doomscrolling dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari ringan hingga serius:

  1. Kecemasan dan Stres, Paparan berita buruk secara terus-menerus meningkatkan hormon stres (kortisol) dalam tubuh, yang membuat perasaan cemas lebih intens. 
  2. Gangguan Tidur, Mengonsumsi berita negatif sebelum tidur mengganggu pola tidur karena pikiran terus aktif memproses informasi, yang menyebabkan insomnia atau mimpi buruk.
  3. Penurunan Mood dan Depresi Ringan, Terpapar tragedi atau konflik secara terus-menerus dapat membuat seseorang merasa putus asa, kehilangan energi positif, dan mengalami penurunan motivasi sehari-hari.
  4. Kelelahan Mental dan Digital Fatigue, Doomscrolling termasuk salah satu penyebab digital fatigue, di mana otak lelah karena terlalu banyak menerima informasi negatif tanpa jeda atau refleksi.

Fenomena ini diperkuat oleh psikologi perilaku. Otak manusia cenderung fokus pada informasi negatif karena faktor evolusi yang menekankan kewaspadaan terhadap ancaman. Selain itu, media sosial menggunakan algoritma yang memperkuat konten sensasional agar pengguna tetap terlibat, sehingga seseorang sering sulit berhenti scroll meski sadar konten itu menimbulkan stres.

Baca Juga: Bukan Hanya Fisik, Kata-Kata Pun Melukai! Berbenah dengan Sekolah Anti-Bullying

Cara Mengurangi Doomscrolling

  1. Batasi Waktu Media Sosial, Gunakan fitur screen time atau alarm untuk mengatur durasi scroll harian.
  2. Kurasi Sumber Informasi, Pilih berita dari sumber terpercaya dan hindari membuka konten yang bersifat sensasional atau menakutkan.
  3. Jeda Digital, Sisihkan waktu tanpa layar, misalnya untuk olahraga, meditasi, atau membaca buku fisik.
  4. Refleksi Emosi, Catat perasaan setelah membaca berita, sehingga dapat lebih sadar dampak emosionalnya dan mengurangi kebiasaan scroll berlebihan.
  5. Dukungan Sosial, Bicara dengan teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental jika rasa cemas terus meningkat.

Doomscrolling memang terlihat seperti kebiasaan ringan, namun dampaknya nyata bagi kesehatan mental. Mengatur waktu, memilih konten yang sehat, dan menyadari efek emosionalnya adalah langkah penting untuk melindungi diri dari stres digital. Menjadi pengguna media digital yang cerdas bukan hanya soal produktivitas, tetapi juga soal menjaga kesehatan mental di tengah arus informasi yang tiada henti.

Baca Juga: Kutipan Ahli Psikologi Indonesia "Bullying adalah Epidemi atau Penyakit yang Menular dengan Cepat"

Sumber: Berbagai Sumber

Berita Terkait
Berita Terkini