SUKABUMIUPDATE.com - Bahasa Sunda, dengan segala keunikan dan kedalamannya, adalah cerminan dari budaya yang begitu peka terhadap detail kehidupan, indah, kaya dan lekat dengan alam. Salah satu bukti paling nyata dari kekayaan ini adalah bagaimana bahasa Sunda memiliki puluhan kata untuk mendeskripsikan satu peristiwa sederhana: "jatuh".
Hal tersebut bukan sekadar variasi kata, melainkan sebuah cara untuk merekam setiap nuansa, setiap sebab, dan setiap dampak dari sebuah kejadian. Mari kita buat scenario yang menunjukkan kekayaan kata 'jatuh' dalam suasana yang ringan dan akrab sehingga mudah dimengerti, Updaters!
Skenario Penuh Tawa dari Pawon Nini
Bayangkan suasana pawon nini (dapur nenek) di kampung di pedesaan, saat semua orang berkumpul dan memasak bersama. Di sudut ruangan, Cucu si bungsu yang baru belajar jalan terlihat titiliktikan (berjalan goyah) sambil membawa biskuit. Dia sempat titotolonjong (menyeimbangkan diri) sejenak, tapi kakinya titajong (terantuk) kaki meja hingga biskuit di tangannya muruluk (jatuh berhamburan) ke lantai.
Melihat kegaduhan itu, Bibi yang sedang membawa baskom berisi adonan comro tak sengaja tiseureuleu (terpeleset) karena menginjak biskuit yang jatuh tadi. Tubuhnya langsung tigubrag (jatuh berdebum) di depan pintu, membuat adonan di baskom ngagolosor (meluncur) perlahan dan menumpahi celana Mamang yang baru saja datang!
Sementara itu, si Aki yang sedang duduk di kursi kayu langsung tijengkang (jatuh terduduk ke belakang) saking kagetnya. Ia melihat Mamang yang celananya belepotan adonan kue, dan tanpa sadar ia malah ngahuleng (terdiam/terkejut) sambil menahan tawa. Di saat yang sama, seekor tikus kecil yang kaget pun ngagulutuk (jatuh berguling-guling) dari atas lemari, menambah kekacauan pagi itu.
Baca Juga: Lezat & Sederhana! Ini Resep Nasi Tutug Tempe Khas Sunda
Nah! Sekarang, mari kita selami lebih dalam, dimulai dari dua kata yang sering kali disalahpahami.
Ragrag vs. Rugrug Beda Tipis, Makna Jelas
Meskipun sering dianggap sinonim, ragrag dan rugrug memiliki konteks penggunaan yang sangat berbeda.
- Ragrag: Digunakan untuk benda atau makhluk hidup yang jatuh dari posisi atas ke bawah.
- Contoh: "Buah moal jauh ragragna tina tangkalna." (Buahnya tak kan jauh jatuh dari pohonnya.)
- Contoh: "Ucing bikang ragrag tina hateup diudag jaluna." (Kucing betina jatuh dari atap dikejar jantannya.)
- Rugrug: Khusus digunakan untuk benda besar, biasanya bangunan, yang roboh atau runtuh secara masif.
- Contoh: "Imahna rugrug ku sabab gempa bumi." (Rumahnya roboh karena gempa bumi.)
- Contoh: "Tembokna rugrug nalika dirubuhkeun." (Temboknya runtuh saat dibongkar.)
Perbedaan ini menunjukkan betapa detailnya bahasa Sunda dalam membedakan antara jatuhnya sebuah benda kecil dan runtuhnya sebuah struktur besar.
30+ Kata 'Jatuh' yang Menceritakan Kisah Berbeda
Di bawah ini adalah daftar lengkap yang menunjukkan betapa kayanya kosakata bahasa Sunda. Setiap kata bukan hanya sekadar "jatuh", melainkan sebuah narasi singkat tentang bagaimana sebauah peristiwa itu terjadi.
- Morosot: Jatuh meluncur tanpa hambatan, bisa juga artinya melorot.
- Ngagulutuk: Jatuh berguling-guling, biasanya untuk benda bulat.
- Ngagulitik: Jatuh seperti halnya ngagulutuk
- Tijalikeuh: Jatuh karena tersandung atau salah langkah, seringkali merujuk terkilir.
- Tigedebrug: Jatuh dengan bunyi keras, menggambarkan tubuh yang ambruk.
- Tigejebur: Jatuh ke dalam air, seringkali dengan suara cipratan air yang volumenya besar.
- Tikucuprak: Jatuh ke genangan air, menimbulkan suara "kucuprak".
- Tilelep: Jatuh dan tenggelam di air/Tenggelam.
- Ticengklak: Jatuh hingga otot atau saraf terasa sakit.
- Tigulitik: Jatuh terguling.
- Tigatruk: Jatuh tersandung dan mengeluarkan bunyi "truk".
- Tisorodot: Jatuh terpeleset dan meluncur.
- Tigorobas: Jatuh hingga meninggalkan jejak atau bekas, biasanya merujuk jatuh ke rumpun perdu, jurang tak terlalu dalam atau jatuh dari atap rumah menimpa benda lain karena lapuk.
- Muruluk: Jatuh atau rontok dengan lembut, untuk hal-hal ringan seperti daun atau tepung.
- Tigubrag: Jatuh dengan suara "gubrag".
- Tigolepak: Jatuh terkapar, biasanya karena lelah atau pingsan.
- Tigorolong: Jatuh menggelinding.
- Tigurawil: Sempat berpegangan sebelum akhirnya jatuh.
- Tikudawet: Jatuh karena tidak sengaja menginjak ujung pakaian sendiri.
- Titiliktikan: Jatuh karena goyah saat belajar berjalan.
- Titotolonjong: Sempat menyeimbangkan diri sebelum terjatuh.
- Titajong: Jatuh karena kaki terantuk benda.
- Ngagolosor/Tigolosor: Jatuh atau melorot secara perlahan.
- Murag: Kata umum untuk jatuh (netral).
- Labuh: Jatuh
- Geubis: bentuk halus dari labuh
- Tijengkang: Jatuh terduduk ke belakang.
- Tikusruk: Jatuh tersungkur ke depan.
- Tiseureuleu: Jatuh terpeleset.
- Tijungkel: Jatuh terjungkal.
- Tigebrus: Jatuh ke dalam lubang.
- Nyangsaya: Kata ini berhubungan dengan akibat, Lemas karena terjatuh, bisa juga mengambarkan kesedihan, ketidakberdayaan.
- Nyangked: Tertahan, sama seperti kata nyangked yang merupakan akibat terjatuh, contoh: “Kang Memed nyangked dina dahan, pas tigurawil dina tangkal duren wanci ngala manuk”
- Tihuleng/Ngahuleng: Keadaan terduduk karena terkejut bisa akibat jatuh, atau melamun.
Setiap kata ini membawa cerita yang berbeda, menciptakan gambaran yang jelas dan hidup di benak pendengar yang mengerti maknanya, tentu Bersama penuturnya dengan kosa kata yang serupa tapi tak sama.
Baca Juga: Yuk Terapkan! 10 Cara Sederhana Merawat Gigi Sehat untuk Anak dan Dewasa
Melestarikan Harta Karun Bahasa yang Terancam Punah
Sayangnya, kekayaan kosakata ini disinyalir perlahan memudar. Generasi muda lebih sering menggunakan kata "jatuh" dari Bahasa Indonesia, membuat nuansa-nuansa unik dari Bahasa Sunda yang kaya ini terancam menjadi lost colloquialisms (kosakata sehari-hari yang terlupakan).
Bagaimana kita bisa melestarikannya?
- Gunakan dalam Percakapan: Cobalah gunakan kata-kata ini dalam obrolan sehari-hari.
- Buat Konten Kreatif: Tulis cerpen, puisi, atau postingan di media sosial yang memasukkan kosakata ini.
- Ajarkan pada Anak-anak: Kenalkan keindahan ini kepada generasi mendatang.
- Dokumentasikan: Catat dan bagikan melalui blog, vlog, atau platform lain.
Kosakata "jatuh" dalam bahasa Sunda bukan hanya sekadar daftar kata, melainkan bukti kecerdasan budaya dan kepekaan masyarakat Sunda terhadap alam sekitarnya. Setiap kata adalah jembatan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang keunikan warisan leluhur.
Mari kita jaga bersama kekayaan bahasa ini dengan cara menggunakannya dalam percakapan sehari-hari, jangan sampai kita tiseureuleu lalu ngagubrag tijengkang ka tukang di tengah jalan karena memikirkan kenangan, hayu urang anggo deui basa Sunda sebelum ia hanya menjadi kenangan.