SUKABUMIUPDATE.com - Prasasti Batu Tulis adalah salah satu peninggalan sejarah dari Kerajaan Pajajaran yang terletak di Kota Bogor, Jawa Barat.
Prasasti Batu Tulis ditemukan pada tahun 1690 oleh ekspedisi pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Adolf Winkler. Peninggalan abad ke-16 itu terletak di seberang Istana Batutulis, yang merupakan tempat peristirahatan milik Presiden Soekarno.
Prasasti Batu Tulis menandai pengangkatan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi sebagai pemimpin Kerajaan Pajajaran (Kerajaan Sunda). Prasasti Batu Tulis juga menjadi bukti penting bagi sejarah Bogor dan Indonesia dalam umum karena memberikan wawasan tentang sejarah sosial dan politik Kerajaan Sunda.
Merujuk laman Budaya Indonesia, Situs Prasasti Batu Tulis berada di bawah pengawasan pemerintah dan disimpan di dalam sebuah bangunan persegi empat berukuran sekitar 5 x 5 meter di atas tanah seluas 255 meter persegi. Prasasti Batu Tulis berdiri setinggi 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan memiliki ketebalan antara 12-14 cm.
Di dekat Prasasti, ada sebuah lingga, batu lonjong yang melambangkan kesuburan pria, setinggi Prasasti Batu Tulis Bogor. Ada pula sebuah batu tegak yang terletak agak terpisah yang diduga digunakan sebagai tempat bersandar.
Baca Juga: Sejarah Volksraad, DPR Versi Hindia Belanda yang Lahir di Batavia
Isi Prasasti Batu Tulis
Merangkum berbagai sumber, ada mitos bahwa Prasasti Batu Tulis peninggalan Kerajaan Pajajaran memiliki kekuatan gaib dan menyimpan rahasia spiritual.
Menurut legenda, siapa saja yang bisa membaca seluruh Isi Prasasti Batu Tulis akan mendapatkan kekuatan luar biasa. Namun, Prasasti Batu Tulis Bogor menggunakan bahasa dan aksara kuno yang sulit dipahami oleh kebanyakan orang.
Prasasti Batu Tulis berisi tulisan menggunakan huruf Sunda Kuno dengan aksara Kawi (Pallawa) dan memakai bahasa Sanskerta, yang berbunyi:
"Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
diwastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
pun ya nu nyusuk na pakwan
diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka “Panca Pandawa Mengemban Bumi”."
Sebagai informasi, Hutan Samida yang disebut dalam Prasasti Batu Tulis diduga berada di tempat yang kini adalah Kebun Raya Bogor. Sementara sangkala “Panca Pandawa Mengemban Bumi” di akhir tulisan, berarti 5541, yang jika dibalik adalah 1455 Saka (1533 Masehi).