Sesak Napas karena Serangan Panik: Mengapa Terjadi dan Cara Mengatasinya

Sukabumiupdate.com
Sabtu 13 Sep 2025, 10:02 WIB
Sesak Napas karena Serangan Panik: Mengapa Terjadi dan Cara Mengatasinya

Ilustrasi sesak napas karena serangan panik (Sumber: Freepik/@8photo)

SUKABUMIUPDATE.com - Saat serangan panik muncul, banyak orang merasakan gejala sesak napas yang tiba-tiba dan menakutkan. Rasanya seperti tercekik atau bernapas lewat sedotan kecil. Sensasi ini disebut air hunger atau “kekurangan udara”, dan termasuk salah satu reaksi umum tubuh saat mengalami kecemasan hebat.

Apa Itu Kekurangan Udara?

Meski namanya terdengar menakutkan, kekurangan udara bukan berarti tubuh benar-benar kehilangan oksigen. Yang terjadi hanyalah sensasi sulit bernapas lega. Biasanya disertai napas pendek, dada terasa tertekan, hingga perasaan panik yang makin meningkat.

Mengapa Bisa Terjadi?

Gejala ini berkaitan dengan aktivasi sistem saraf simpatik, yaitu mekanisme tubuh untuk bertahan saat merasa terancam (fight or flight response). Saat cemas, nafas otomatis jadi lebih cepat untuk mempersiapkan tubuh menghadapi bahaya meskipun sebenarnya tidak ada ancaman nyata.

Menurut psikiater Jeffrey R. Strawn, otak bisa salah mengartikan sinyal tubuh seperti napas cepat atau detak jantung kencang sebagai tanda bahaya. Kesalahan tafsir inilah yang membuat rasa panik makin kuat. Kondisi ini disebut intersepsi, yaitu kepekaan terhadap sensasi tubuh yang seringkali berlebihan pada penderita gangguan panik.

Baca Juga: Apa Itu Diet Mediterania Hijau? Manfaat, Cara Konsumsi, dan Resikonya

Cara Mengatasinya

Refleks alami ketika sulit bernapas adalah menarik napas lebih cepat. Sayangnya, ini justru memperburuk sesak. Sebagai gantinya, cobalah teknik pernapasan terukur:

  • Tarik napas perlahan selama 4 hitungan
  • Tahan selama 4 hitungan
  • Hembuskan pelan selama 6–8 hitungan

Kunci utamanya adalah hembusan napas yang lebih panjang daripada tarikan napas. Pola ini membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yang menenangkan tubuh.

Selain itu, cara berpikir juga berpengaruh besar. Alih-alih panik dengan pikiran “Aku nggak bisa bernapas,” coba ubah menjadi “Ini hanya reaksi tubuh saat cemas, dan sebentar lagi akan mereda.” Terapi perilaku kognitif (CBT) sangat efektif untuk melatih pola pikir ini.

Teknik sederhana lain yang bisa dicoba adalah grounding, misalnya menyentuh benda dingin atau menyebutkan beberapa objek yang terlihat di sekitar. Tujuannya untuk mengalihkan fokus dari sensasi menakutkan ke hal-hal nyata di sekitar Anda.

Perlukah Obat?

Dalam beberapa kasus, obat dapat membantu. Penelitian menunjukkan bahwa penderita serangan panik dengan gejala pernapasan lebih baik merespons antidepresan, sedangkan sebagian lainnya terbantu dengan benzodiazepin.

Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Hubungan Sehat dan Langgeng yang Perlu Anda Ketahui

Seperti dialami Heather Voyeur, banyak penderita perlu mencoba beberapa jenis obat hingga menemukan yang cocok. Selain itu, mengikuti terapi intensif dan menyiapkan “rencana darurat” bersama keluarga dapat membantu menghadapi serangan panik yang datang tiba-tiba.

Sesak napas saat cemas memang terasa menakutkan, tetapi bukan pertanda tubuh kekurangan oksigen. Ini hanyalah respons stres yang bisa dikendalikan. Dengan teknik pernapasan, pola pikir yang lebih sehat, terapi, dan jika perlu bantuan obat, gejala ini bisa diatasi. Semakin Anda mengenali pola ini, semakin besar pula kendali yang bisa Anda miliki saat kecemasan menyerang.

Sumber: verywellhealth

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini