SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah tengah menyiapkan langkah penanganan pasca temuan Kementerian Kelautan dan Perikanan soal pencemaran merkuri di waduk Cirata Jawa Barat. KKP mencatat ada kandungan merkuri atau Hg yang melebihi ambang batas pada ikan hasil budidaya di Waduk Cirata.
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mencatat pencemaran air di Waduk Cirata yang menyebabkan tingginya kandungan merkuri pada ikan-ikan setempat hingga membahayakan untuk dikonsumsi, sudah berlangsung sejak lama.
Juru Kampanye Jatam Alfarhat Kasman mengatakan, pencemaran berasal dari aktivitas industri, termasuk praktik penambangan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. "Karena dibiarkan makanya jadi bahaya, sebetulnya sudah sangat lama terjadi," ujar Farhat kepada Tempo pada Rabu, 16 Juli 2025.
Baca Juga: 5 Tips Jitu Beli Tiket Pesawat Jauh-jauh Hari Agar Liburan Lebih Hemat dan Nyaman!
Tak hanya ikan atau makanan, air yang mengandung merkuri juga dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Merkuri merupakan logam berat beracun yang berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan manusia.
Ketika masuk ke dalam lingkungan perairan, zat ini dapat mengalami transformasi menjadi bentuk yang jauh lebih toksik, yaitu metil merkuri. Bentuk ini sangat mudah diserap oleh organisme kecil dalam ekosistem dan secara bertahap terakumulasi dalam tubuh ikan melalui proses yang disebut bioakumulasi.
Dalam rantai makanan, konsentrasi merkuri dapat meningkat secara signifikan, terutama pada ikan-ikan besar atau predator yang berada di tingkat trofik atas melalui mekanisme biomagnifikasi.
Baca Juga: MPLS Rasa Simulasi Darurat: Pelajar di Cireunghas Sukabumi Latihan Atasi Kebakaran Gas Bocor
Paparan merkuri melalui konsumsi ikan yang telah terkontaminasi dapat memicu berbagai gangguan kesehatan. Sistem saraf pusat menjadi salah satu organ tubuh yang paling rentan, sehingga gejala seperti gangguan kognitif, tremor, gangguan penglihatan, serta gangguan koordinasi motorik dapat muncul akibat paparan jangka panjang. Selain itu, organ vital lain seperti ginjal, sistem imun, dan saluran pencernaan juga dapat terdampak.
Kondisi ini menjadi semakin mengkhawatirkan bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil dan anak-anak. Janin dalam kandungan, misalnya, sangat sensitif terhadap neurotoksin seperti merkuri. Paparan dalam masa kehamilan dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem saraf bayi, sehingga meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan atau gangguan neurologis permanen.
Di lingkungan perairan dengan aktivitas budidaya intensif, seperti keramba jaring apung dalam jumlah berlebih, pencemaran merkuri dapat diperparah oleh akumulasi limbah organik seperti sisa pakan dan feses ikan. Limbah ini menyebabkan kondisi minim oksigen (anoksik) di dasar perairan, yang mempercepat proses pembentukan metil merkuri. Akibatnya, tingkat toksisitas dalam tubuh ikan meningkat dan memperbesar risiko bagi manusia yang mengkonsumsinya.
Sumber: Tempo