SUKABUMIUPDATE.com - Alat kecerdasan buatan (AI) teks-ke-video terbaru milik OpenAI, Sora, mencatatkan rekor luar biasa dengan diunduh lebih dari satu juta kali dalam waktu kurang dari lima hari. Kecepatan pertumbuhan ini bahkan melampaui fenomena yang pernah dicapai oleh ChatGPT saat peluncuran pertamanya. Meski akses Sora masih sangat terbatas dan hanya tersedia untuk pengguna undangan di wilayah Amerika Serikat, kemampuannya membuat video realistis berdurasi 10 detik hanya dari perintah teks membuatnya langsung menduduki puncak tangga lagu Apple App Store AS, menunjukkan antusiasme publik yang sangat tinggi.
Namun, lonjakan popularitas yang cepat ini tidak lepas dari kritik tajam dan kontroversi etika yang memanas. Dunia maya terbagi antara kekaguman terhadap teknologi mutakhir dan kecemasan mendalam akan dampak yang mungkin ditimbulkan. Kekhawatiran utama berfokus pada penanganan materi berhak cipta serta etika dalam penggambaran figur publik yang telah meninggal dunia.
Berbagai platform media sosial dibanjiri konten-konten yang dihasilkan oleh Sora, yang sekaligus memperlihatkan potensi dan risiko teknologi ini. Salah satu fenomena yang mengundang perhatian adalah video deepfake selebritas almarhum seperti Michael Jackson dan Tupac Shakur yang dibuat seolah-olah mereka masih hidup dan berbicara. Realitas virtual yang diciptakan AI ini menimbulkan decak kagum sekaligus pertanyaan serius tentang izin, memori, dan batasan dunia digital.
Baca Juga: TikTok Rising Indonesia 2025 Bukan Sekadar Viral, Tapi Ekosistem Baru Industri Musik Lokal
Konten deepfake yang menampilkan tokoh yang sudah tiada ini memicu reaksi emosional, termasuk dari keluarga langsung. Zelda Williams, putri dari aktor legendaris Robin Williams, secara terbuka meminta publik untuk menghentikan pembuatan dan penyebaran video AI yang menampilkan ayahnya. Ia menilai praktik ini sebagai bentuk distopia yang mencabik hak para aktor yang telah meninggal dan melecehkan ingatan serta warisan seni mereka.
Kontroversi Sora semakin mendalam dengan munculnya konten yang jelas melanggar hak cipta, seperti karakter Pokémon yang dihasilkan tanpa izin dari pemegang hak. Walau juru bicara OpenAI menyebutnya sebagai bagian dari "kepentingan kebebasan berekspresi," perusahaan kini menghadapi ancaman gugatan hukum yang bisa sangat merugikan secara finansial.
Gugatan tersebut datang dari kreator dan pemegang hak cipta yang karyanya digunakan tanpa izin dalam pelatihan model AI, mirip dengan kasus hukum yang melanda platform AI generatif lain. Pertarungan hak kekayaan intelektual ini menjadi medan sengketa baru yang bisa menimbulkan kerugian besar bagi reputasi dan keuangan OpenAI.
Menanggapi kritik dan kontroversi, CEO OpenAI Sam Altman berjanji akan memberikan pemegang hak cipta kontrol lebih detail atas penggunaan karakter mereka. Selain itu, perusahaan tengah menjajaki skema pembagian pendapatan dengan pemilik konten asli. Namun, nasib Sora akhirnya bergantung pada sikap para pemegang hak cipta apakah mereka menerima klaim Altman yang menyebut video ini sebagai "fiksi penggemar interaktif," atau memilih menyelesaikan sengketa secara hukum.