SUKABUMIUPDATE.com - Kabupaten Sukabumi miliki manusia tertua berusia 101 tahun. Ia adalah Tiki, warga Kampung Simpang RT 04/06, Desa Cikangkung, Kecamatan Ciracap. Usia itu, sesuai dengan yang tertera di KTP-nya yang tertulis lahir Sukabumi 24/02/1916.
Dalam KTP keluaran tahun 2002 itu, tertera pula pekerjaan kakek tersebut pensiunan pegawai negeri sipil (PNS). Setiap bulan, ia masih menerima gaji pensiunan sebesar dua juta rupiah. Bagi warga dilingkungan, Uwa Tiki  begitu warga memanggilnya, termasuk dermawan dan betah ngobrol.
Sepanjang hidupnya, Uwa Tiki menikah dua kali. Dari istri pertamanya ia tidak memiliki anak. Dari istri keduanya bernama Uneh (75), dan dikarunia 11 anak. Dari sebelas orang anak itu, empat meninggal, tujuh masih hidup.
Ia memiliki empat anak perempuan dan tiga laki-laki. Hanya saja, Uwa Tiki, kini sulit diajak bicara, karena faktor pendengaran yang sudah mulai berkurang, serta daya ingat yang sudah memudar.
Sementara menurut Uneh istrinya, Uwa Tiki kini pendengarannya sudah mulai terganggu, sehingga kalau diajak bicara harus menggunakan suara keras. “Bapak itu kalau sakit tidak pernah ke dokter. Cukup mandi saja, sudah segar kembali,†ujar Uneh.
Pada masa mudanya, terang Uneh, Uwa Tiki termasuk pria yang diperebutkan gadis-gadis masa itu. “Mungkin bapak punya sesuatu,†tambahnya.
Sementara Nuriam (50) salah seorang anak Uwa Tiki mengatakan, bapaknya masih seiring melakukan aktivitas berbelanja ke pasar seorang diri.
“Biasanya belanja kebutuhan hidup sehari-hari. Bapak suka ngobrol. Sering anak-anak muda ke sini ngobrol sama bapak. Ada yang nanya rahasia umur panjang, dan lain-lain. Kalau bapak itu makanan kesukaannya Emes,†kata Nuriam.
BACA JUGA
Omo, Potret Lansia Kabupetan Sukabumi yang Terpaksa Bekerja Demi Bertahan Hidup
Namanya Sukatma, Kakek Tukang Parkir di Cibadak Kabupaten Sukabumi
Di Gubuk Kecil, Pasangan Lansia Miskin di Ciracap Kabupaten Sukabumi Hidup dari Belas Kasihan
Icwal terkuaknya usia Uwa Tiki ini, saat Bidang Perindustrian pada Dinas Perindustrian Energi Sumber Daya Mineral (PESDM) Kabupaten Sukabumi melakukan sosialisasi di Desa Cikangkung. Kepala Seksi Industri Kerajinan, Aneka, Bahan Bangunan,Sandang dan Kulit, Suherna merasa tertarik melihat kehadiran sosok Uwa Tiki.
“Ketika saya ajak ngobrol, memang pendengarannya sudah kurang. Ia mengaku pensiunan PNS Dinas Pekerjaan Umum kepada saya. Saya pun menyempatkan berfoto dengannya. Kemudian foto itu saya pasang di akun Facebook,†ujar Suherna saat dihubungi melalui sambungan selular.
Sekadar informasi, emes atau oyong tentu tak asing bagi masyarakat Indonesia. Oyong yang memiliki nama latin Luffa Cylindrica sering pula dikenal dengan gambas atau ceme. Buahnya bersiku-siku memanjang, kulit keras layak kaktus, namun dagingnya lunak dan halus berwarna hijau. Oyong biasa dimasak dengan cara dibuat sup, dicampur bihun, dan dikuahi banyak agar nikmat dan segar.
Tak berbeda dengan komoditas lain, oyong tumbuh subur di daerah penggunungan. Salah satu daerah yang diketahui sering ditemui mengonsumsi oyong adalah Jawa Barat. Konon, sebagian besar masyarakat Jawa Barat mengkonsumsi biji buah itu setiap kali pemeriksaan darah menjelang berhaji.
Mereka cukup mengkonsumsi dua biji setiap hari selama dua minggu untuk mendapatkan kadar gula dalam darah yang tidak terlalu tinggi. Secara otomatis, saat gula darah akan diukur, para calon haji lolos dari jeratan angka kadar gula yang terlalu tinggi.