Paradoks Tanah Surga: Mengapa Petani Indonesia Tetap Miskin?

Kamis 31 Oktober 2024, 18:02 WIB
ilustrasi petani (Sumber: pinterest)

ilustrasi petani (Sumber: pinterest)

Indonesia, negeri kaya raya yang dikaruniai dengan tanah subur gemah ripah loh jinawi, tampaknya menyimpan paradoks dalam kehidupan petaninya. Di balik kemakmuran alam, ironisnya, para petani yang menjadi tulang punggung sektor pertanian justru hidup dalam kondisi mengkhawatirkan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dari 27,76 juta penduduk miskin di Indonesia, sebanyak 17,28 juta adalah penduduk pedesaan yang mayoritasnya bekerja sebagai petani.

Rumah Tangga Pertanian (RTP)—rumah tangga dengan setidaknya satu anggota yang menghasilkan produk pertanian untuk dijual—menjadi potret dari ketidakadilan ini. Dari hasil sensus pertanian 2018, terdapat 27,7 juta RTP, di mana lebih dari setengahnya (51%) berusia di atas 45 tahun. Generasi muda enggan bertani, takut miskin, sehingga profesi yang seharusnya mulia ini justru terabaikan. Dalam beberapa dekade mendatang, tanpa adanya regenerasi, profesi petani berisiko terpinggirkan.
Nasib Malang di Tanah Surga

Di tengah kesenjangan ini, rasa kebersamaan di kalangan petani tetap kuat. Berbeda dengan masyarakat di perkotaan yang individualis, rasa senasib justru melahirkan semangat kebersamaan (komunal) bagi mereka yang sama-sama tidak memiliki apa-apa dan tengah berada dalam belenggu kemiskinan di pedesaan.

kenyataan di lapangan memperlihatkan sisi ironis lain dari kemiskinan petani, seperti yang terlihat di Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi. Di sana, lahan pertanian yang sempit harus dibagi menjadi beberapa petak untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga petani. Sebagai contoh, sepetak lahan milik keluarga di desa tersebut dibagi-bagi untuk anak-anak mereka agar semua anggota keluarga bisa bertahan hidup. Akibatnya, lahan yang seharusnya cukup dikelola oleh tiga orang, kini dikerjakan hingga delapan orang untuk mempertahankan semangat komunal dan family-oriented di antara para petani.

Baca Juga: Doa Membolak Balikan Hati Seseorang, Amalan yang Bisa Bikin Hatinya Luluh

kepemilikan lahan yang terbatas memaksa keluarga petani menggarap lahan yang kecil dan membaginya dengan banyak anggota keluarga untuk sekedar bertahan hidup. Clifford Geertz, antropolog asal Amerika, menyebut fenomena ini sebagai "Konsepsi Subsistensi," yakni upaya bertahan hidup yang tidak sepenuhnya berdasarkan pertimbangan ekonomi rasional, melainkan kondisi ekologis dan sosial masyarakat.

Selain itu, akses pasar juga menjadi tantangan besar bagi para petani. Setelah panen, mereka sering kesulitan memasarkan produk, karena kurangnya pemahaman tentang pasar digital. Akhirnya, hasil panen terjual murah kepada tengkulak, dengan upah rendah sebagai imbalan.

Setelah tiga dekade sejak merdeka, kondisi petani di negeri ini tampak belum berubah. Sistem pertanian kita masih menyerupai pola kolonial yang menguntungkan sedikit pihak saja, sedangkan petani tetap menjadi “kelas pekerja” yang miskin. Untuk menghadapi kenyataan ini, perlu ada perubahan sistem pendidikan yang berfokus pada pertanian demi mempersiapkan generasi baru petani yang berintegritas dan memiliki kemampuan adaptasi dengan teknologi modern. Hemat saya.

Baca Juga: Sebut Prabu Siliwangi, Mitos Maung Lodaya Hewan Mitologi Raja Pajajaran

Pentingnya Pendidikan Pertanian Berbasis Ideologi Agraris

Lembaga pendidikan pertanian seperti Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian (SMKP) dan Perguruan Tinggi Pertanian (PTP) seharusnya menjadi benteng pertahanan utama dalam mencetak petani masa depan. SMKP, misalnya, memainkan peran vital dalam memperkenalkan siswa pada dunia pertanian dari hulu ke hilir, serta menyadarkan generasi muda akan pentingnya profesi petani. Kurikulum yang modern dapat mengatasi stigma kuno yang melekat pada profesi petani dan membuka wawasan akan pentingnya pertanian dalam menjaga ketahanan pangan bangsa.

Menurut hemat saya, kurikulum SMKP mesti dirancang sedemikian rupa laksana infanteri yang memberikan penetrasi ideologi pertanian modern, menyadarkan betapa pentingnya hal tersebut, menyelamatkannya dari gempuran-gempuran bias yang melekat di masyarakat akan pertanian yang kuno dan ketertinggalan dalam segala aspek, serta melepaskan stigma kuat dan melekat mengenai paradigma sistem pertanian ala kolonial.

Peran SMKP adalah memasok ideologi-ideologi pertanian sebagai entitas negara kita yang merupakan negara agraris, SMKP memperkenalkan kepada siswa/kadernya tentang pertanian dari hulu sampai hilir, SMKP membangun kesadaran siswa akan vitalnya profesi petani dalam orientasi pertanian. Sehingga pada akhirnya minat generasi muda terhadap pertanian tidak lagi berbuah kekhawatiran.

Disini peran krusial PTP mulai terlihat setelah ideologi pertanian tertanam kuat, PTP kemudian bermanuver memperkenalkan kepada mahasiswanya agroindustri, teknologi-teknologi pertanian terbaru dan terbarukan. outputnya tidak lain dan tidak bukan adalah untuk negara dan kepentingan masyarakat banyak. PTP, sebagai lembaga pendidikan lanjutan, juga perlu berperan aktif dalam mengenalkan teknologi pertanian modern dan agroindustri.

Baca Juga: 7 Cara Alami Agar Wajah Tetap Awet Muda Meski Usia Sudah Tua

Dengan otoritasnya, PTP diharapkan mampu menjadi benteng pertahanan terakhir dengan kekuatan research development-Nya mengajak lulusan SMKP tidak hanya mengandalkan pertanian yang monoton dan berorientasi pada budaya pertanian kolonial namun juga menerapkan konsep pertanian yang memiliki daya saing, daya jual tinggi, modern dan yang tidak kalah penting adalah diversifikasi usaha pertanian.

Para lulusan PTP diharapkan menjadi petani-petani yang mandiri dan mampu menciptakan diversifikasi usaha pertanian yang berdaya saing tinggi. Mereka tidak lagi mengandalkan metode lama, tetapi siap menerapkan sistem pertanian modern yang lebih efisien dan berorientasi pada pasar digital. Dengan strategi ini, petani muda diharapkan mampu mengembangkan sektor pertanian yang mandiri, tidak lagi bergantung pada struktur kolonial yang kaku.

Apabila semua skenario telah berjalan dengan baik sesuai dengan parameternya, output (lulusan) dari PTP ini kemudian keluar menyapa dunia, sembari memperkenalkan ideologi pertaniannya yang didapatkan selama ia belajar di kampus dan sekolah kejuruan kepada masyarakat luas.

Pemerintah Sebagai Aktor Pendukung

Bak sebuah drama, aktor utama membutuhkan dukungan untuk menjalankan peran dengan baik. Pemerintah dalam hal ini diharapkan berperan aktif sebagai pendukung, sebagaimana diungkapkan Francis Wahono dalam artikelnya “Soal Pangan Percayakan ke Petani dan Nelayan.” " (kompas, 19/10/23). Wahono menegaskan pentingnya peran pemerintah dalam memastikan petani dan nelayan menjadi sokoguru pangan nasional yang berdikari.

Baca Juga: Pantai Pasir Putih Purwakarta, Yuk Coba Sensasi Renang di Tengah Hutan Tropis!

Pemerintah tidak boleh mengambil alih peran petani dan nelayan, melainkan mendukung mereka dengan memberi akses ke sarana dan prasarana yang memadai. Program penyuluhan yang memperkenalkan petani pada pasar digital, serta sosialisasi teknologi informasi dan komunikasi, adalah contoh langkah konkret yang bisa membuka keterpencilan desa. Dengan demikian, petani dapat memiliki akses yang lebih luas ke pasar dan bisa mendapatkan harga jual yang layak.

Mewujudkan Kemandirian Pangan

Jika semua upaya ini diterapkan dengan baik, maka harapan akan kemandirian pangan yang berdikari tidak lagi sekedar impian. Tingkat kemiskinan di pedesaan akan berkurang, dan ironi “petani miskin” di tanah yang subur dapat perlahan memudar. Dengan dukungan pemerintah, pendidikan yang tepat, dan perubahan sistem pertanian menuju modernisasi, kesejahteraan petani di negeri ini bukanlah lagi angan-angan.
Bukan begitu, Pak Francis Wahono?

Penulis: Oleh Turangga Anom, Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Insan Cita Indonesia dan Petani Milenial

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini
Life11 November 2024, 21:00 WIB

Kampung Adat Kuta Ciamis, Destinasi Wisata Kearifan Lokal Jawa Barat

Destinasi Wisata Kearifan Lokal Jawa Barat. Rumah-rumah di Kampung Adat Kuta Ciamis biasanya berbentuk panggung dengan bahan-bahan alami seperti bambu dan kayu, serta atap yang terbuat dari ijuk atau daun kelapa.
Kampung Adat Kuta Ciamis, Destinasi Wisata Kearifan Lokal Jawa Barat. Foto: IG/sundanese.guy
DPRD Kab. Sukabumi11 November 2024, 20:54 WIB

DPRD Sukabumi Konsultasikan Pembentukan 5 Perda di 2025 ke Kemenkumham Jabar

Badan Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Kabupaten Sukabumi melakukan kunjungan kerja ke Kanwil Kemenkumham Jawa Barat dalam rangka konsultasi mengenai Program Pembentukan Peraturan Daerah (Propemperda) tahun 2025.
H. Apep Saepul Mahdan, Anggota Bapemperda DPRD Kabupaten Sukabumi periode 2024-2029 | Foto : Ist
Sehat11 November 2024, 20:30 WIB

Salah Satunya ADHD :  Kenali 7 Jenis Gangguan Kesehatan Mental pada Anak

Penyakit mental bisa menyerang anak-anak namun hal ini seringkali tidak disadari oleh orang tua.
Ilustrasi gangguan mental pada anak (Sumber : pexels.com/@Keira Burton)
Life11 November 2024, 20:00 WIB

7 Ciri Orang yang Mudah Bahagia Meskipun Hidupnya Sangat Sederhana

Kebahagiaan tidak selalu bergantung pada harta atau kemewahan, bahkan banyak juga orang yang mudah bahagia meski hidupnya sederhana.
Ilustrasi. Kebahagiaan tidak selalu bergantung pada harta atau kemewahan, bahkan banyak juga orang yang mudah bahagia meski hidupnya sederhana. | Foto: Pixabay/kalyanayahaluwo
Sukabumi11 November 2024, 19:57 WIB

Akses Jalan ke Geopark Ciletuh Sempat Terhambat Akibat Pohon Tumbang di Loji Sukabumi

Hujan badan akibatkan pohon tumbang menghalangi jalan provinsi akses ke Geopark Ciletuh Sukabumi. Saat ini arus lalin kembali normal usai dievakuasi.
P2BK Simpenan Dandi saat mengevakuasi pohon tumbang di Loji Sukabumi dengan gergaji mesin. (Sumber Foto: Istimewa)
Nasional11 November 2024, 19:43 WIB

Kapolri Sebut Marketing Judol Penyawer Gunawan Sadbor Sudah Ditangkap

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebut penangkapan itu dilakukan setelah dilakukan pengembangan kasus promosi judol oleh Gunawan Sadbor.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat rapat kerja perdana bersama Komisi III DPR RI. (Sumber : Humas Polri)
Jawa Barat11 November 2024, 19:30 WIB

Data Sementara: 1 Meninggal 8 Luka 19 Kendaraan Remuk, Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang KM 92

Kasubditgakkum Ditlantas Polda Jabar, AKBP Lalu Wira Sutriana mengungkap data sementara (hingga petang) bahwa 1 orang meninggal dunia, 8 lainnya luka (berat dan ringan) akibat kecelakaan tersebut.
Truk tronton yang diduga los rem dan memicu kecelakaan beruntun di tol cipularang km 92 arah jakarta (Sumber: istimewa)
Musik11 November 2024, 19:30 WIB

Lisa BLACKPINK, Jimin BTS, LE SSERAFIM Menang di MTV Europe Music Awards 2024

Dalam MTV EMA 2024 sejumlah artis K-Pop berhasil menorehkan prestasi dengan meraih penghargaan dari beberapa nominasi. Mereka adalah Jimin BTS, Lisa BLACKPINK, dan LE SSERAFIM.
Lisa BLACKPINK, Jimin BTS, LE SSERAFIM Menang di MTV Europe Music Awards 2024 (Sumber : Istimewa)
Food & Travel11 November 2024, 19:00 WIB

Terletak di Kaki Gunung Salak, Curug Nangka Bogor Cuma 30 Menit Dari Pusat Kota!

Terletak di kaki Gunung Salak, dalam kawasan Taman Nasional Halimun Salak atau TNGHS, udara di Curug Nangka terasa segar layaknya pegunungan.
Curug Nangka Bogor Terletak di Kaki Gunung Salak. Foto: IG/@curugnangka_btnghs
Entertainment11 November 2024, 18:30 WIB

Merry Riana Ditunjuk Jadi Staf Khusus Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan

Motivator Merry Riana ditunjuk oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) staf khusus untuk Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kabinet Merah Putih.
Merry Riana Ditunjuk Jadi Staf Khusus Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan (Sumber : Instagram/@agusyudhoyono)